Beranda blog Halaman 28

Arsenal Kalah? Ya Begini Kalau Ngerasa Udah Juara, Padahal Tim Ampas Tetaplah Ampas!

0

Gol Mateta membuat Arsenal gagal menjuarai Liga Inggris, membiarkan trofi itu dipeluk Darwin Nunez. Kalau gol Fabian Ruiz sebenarnya bukan penentu. Tapi lewat gol itu, permainan Arsenal goyah. Mental yang sudah nyaris berada di titik nadir ketika menatap Parc des Princes dari luar pun anjlok di atas lapangan.

PSG asuhan Luis Enrique membuat Arsenal kembali terhempas ke inti bumi, sekaligus menyadarkan posisi mereka. Menyadarkan Arsenal dari apa?

Menatap Semifinal dengan Gagah

Apa lagi kalau bukan menyadarkan bahwa Arsenal adalah tim yang tak punya mental juara. Padahal sebelum melangkah ke semifinal, Arsenal baik-baik saja. Malah lebih baik dari PSG yang susah payah meladeni lawan-lawannya.

Langkah kaki Meriam London kian mantap juga karena, yang dikalahkan di perempat final adalah Real Madrid. Ya, sekali lagi Real Madrid. Meski kamu sudah sering mendengarnya, ini perlu ditegaskan berkali-kali. Real Madrid itu rajanya UCL.

Namun di hadapan The Gunners, Madrid tak ubahnya Preston North End. Bayangin, sekali lagi bayangin, peraih 15 UCL itu dilibas lewat agregat 1-5. Di Santiago Bernabeu, Arsenal bahkan cuma ngasih satu gol saja buat Los Galacticos.

Tak ayal keyakinan untuk minimal mencapai final, dan mungkin mengambil kesempatan meraih trofinya, membuncah. Teriakan bahwa Arsenal akan membawa Si Kuping Besar terdengar dari para fans seperti kentongan yang dipukul saat ada maling. Terlebih ada sebuah mitos yang diyakini oleh banyak orang. Mitos apa itu?

Kalau Ngalahin Madrid, Juara Katanya

Barangsiapa mengalahkan Real Madrid, konon ganjarannya adalah trofi Liga Champions. Ini bukan bunyi ayat dari kitab suci mana pun, melainkan semacam keyakinan yang terpatri pada hati seluruh fans sepak bola. Tak peduli apa agama mereka.

Dua musim lalu, Manchester City sudah membuktikan itu. Di semifinal, Manchester City menyingkirkan Real Madrid. Caranya mengagumkan. Empat gol diborong di leg kedua. Chelsea, pada musim 2020/21 juga membuktikan magis itu.

Di empat besar, Chelsea memulangkan Real Madrid setelah di leg kedua menang 2-0 dan menahan imbang di pertandingan pertama. The Blues asuhan Thomas Tuchel pun melenggang ke final dan bertemu Manchester City. Gol Kai Havertz membawa Chelsea juara untuk kali kedua.

Lewat catatan itu fans Arsenal yang bertebaran seperti laron di media sosial, terus menggebu-gebu. Keyakinan akan raihan trofi bulat sempurna. Padahal catatan tinggallah catatan. Mengalahkan Real Madrid lalu memenangkan Liga Champions, itu hanya satu dari sekian banyak jenis-jenis mitos.

Toh, apabila diperhatikan baik-baik, Arsenal tidak memenuhi syarat agar mitos itu jadi kenyataan. Chelsea dan Manchester City bisa menjadi juara setelah mengalahkan Real Madrid di semifinal. Dengar ini baik-baik, di semifinal, bukan perempatfinal.

Ada lagi nih yang membuat magis mengalahkan Real Madrid mungkin tidak bekerja pada Arsenal. Pada musim 2014/15, Juventus juga pernah mengalahkan Los Merengues di semifinal. Namun saat itu, Juve toh gagal. Di final pasukan Massimiliano Allegri diperdaya Barcelona.

Kamu ingat dong pelatih Barca saat itu? Nah, silakan kamu ambil benang merahnya sendiri. Kalau nggak ketemu benang merahnya, coba cari di toko benang. Di Tambora atau Pademangan ada. Eh di Duri Selatan juga ada ding.

Yang lebih menyedihkan lagi, Arsenal bukan hanya kalah dan tersingkir oleh PSG. Tapi mereka menahbiskan diri sebagai tim Inggris terburuk di hadapan Paris Saint-Germain. Lho, lho, lho, kok bisa begitu to, Nal?

Tim Terbapuk di Hadapan PSG

Pasukan Luis Enrique sudah menghadapi tiga tim Inggris di fase gugur Liga Champions musim ini. Tapi hanya Arsenal yang bisa bikin Pangeran Charles menutup matanya karena menahan malu. Coba ngana pikir. Arsenal diberi dua kesempatan bertemu PSG di semifinal. Dua kali, lho, kurang baik apa coba?

Tapi tak ada satu pun yang dimenangkan. Tidak di Emirates, tidak pula di Paris. Sementara dua tim Inggris lain sekurang-kurangnya sanggup memenangkan satu pertandingan. Liverpool mengalahkan PSG di Parc des Princes. Lalu ada Aston Villa, ya Aston Villa bung, yang mengalahkan PSG di Villa Park.

Lain kali kalau berkunjung ke Paris, Arsenal cukup lawan Paris FC saja. Kebetulan markasnya juga dekat dari Parc des Princes. Gimana lagi ya, lawan PSG dengan kekuatan yang dikurangi saja, Arsenal nggak bisa menang. Sebentar, kamu pasti bakal nanya, dikurangi gimana maksudnya, min?

PSG Stel Kendo

Gini lhur. Di dua kesempatan, PSG seolah-olah membiarkan Arsenal bermain apa yang mereka mau. Menguasai bola, terus melakukan tembakan ke arah gawang, dan lain sebagainya. Di leg pertama, PSG cuma mencetak satu gol. Ousmane Dembele yang mencetak gol di menit ke-4 bahkan ditarik keluar.

Kurang mulia apa coba? Kalah 1-0 doang di leg pertama, kemungkinan untuk remontada terbuka. Sangat terbuka malah. Lebih-lebih di leg kedua, PSG seakan memberi peluang agar Arsenal bisa comeback. Nanti kan kalau bisa comeback makin ngadi-ngadi itu fansnya.

Lho, memberi peluang gimana?

Jauh sebelum pertandingan, Dembele, pencetak gol di leg pertama, mengalami sedikit masalah. Ia bisa saja tidak tampil di leg kedua. Namun cedera yang dialami Dembele tampak tak serius. Walau begitu, Enrique tak memainkan Dembele sejak menit awal.

Mungkinkah Enrique hati-hati agar cedera Dembele tak makin parah? Itu mungkin saja. Tapi kalau mimin sih percaya, Enrique sedang memberi belas kasihan pada Mikel Arteta yang baru merasakan atmosfer semifinal UCL.

Andai Dembele diturunkan sejak menit awal, Arteta bakal tulang-tulung sepanjang laga. Tapi apakah dengan tanpa Dembele, Arteta tidak mencak-mencak di pinggir lapangan?

Jalannya Pertandingan

Jelas masih mencak-mencak dan keringat dingin. Lihat saja, tanpa Dembele sejak menit awal pun, Arsenal dibuat mengkis dua. The Gunners yang tak punya penyerang murni, memang terus menggempur pertahanan PSG. Tak kurang dari 19 tembakan dilepaskan. Tapi lucunya, yang mengarah ke gawang tidak sampai sepertiganya.

Hanya empat yang melayang ke gawang Gianluigi Donnarumma. Lalu ke mana 15 bola lainnya? Ada yang sampai San Marino, ada yang sampai Kebon Sirih, mungkin ada juga yang sampai ke Rengasdengklok. Oh ya, jumlah tembakan yang meleset itu termasuk satu dari Bukayo Saka.

Memasuki 10 menit terakhir, Saka yang tinggal memasukkan bola ke gawang justru mengincar atap Parc des Princes. Barangkali tujuannya bukan mencetak gol, tapi merusak lampu stadion, semata-mata agar PSG diusir dan nggak diizinkan lagi menyewa Parc des Princes.

Derasnya tembakan namun hanya empat yang mengarah ke gawang memperlihatkan bahwa pertahanan PSG begitu solid. Lini tengah yang digalang Vitinha, Joao Neves, dan Fabian Ruiz juga rancak bana. Yang menarik lagi, dua gol PSG justru datang bukan dari pemain depan. Ini membuktikan betapa cairnya permainan Les Parisiens.

Arteta Tetap Sombong

Umumnya, orang yang melakukan kesalahan akan introspeksi diri, dan memilih tidak sombong. Tapi rendah hati seolah tidak ada di kamus Mikel Arteta. Usai kalah dari PSG, saat wawancara dengan TNT Sports, Arteta masih menyebut timnya sebagai tim terbaik di Liga Champions musim ini.

Arteta boleh jadi benar. Secara gaya bermain, Arsenal mungkin salah satu yang terbaik. Kita juga perlu mengapresiasi Arteta karena berhasil bikin tim yang punya sistem, dan konsisten menerapkan sistem itu. Tapi Arteta salah jika hanya memikirkan sistem dan cara bermain.

Sebuah tim hadir untuk meraih trofi. Tapi Arsenal tak punya mental juara. Arteta belum bisa mewujudkan mentalitas itu. Kecuali ingin mempertahankan label “nyaris juara”, Arteta perlu membentuk identitas pemenang bagi Arsenal. Atau, kalau dirasa mentok, mungkin Arteta perlu mencoba melatih Bodo/Glimt saja.

Sumber: PremierLeague, UEFA, SkySports, TheAthletic, Football365, Detik

Barcelona Merusak Ousmane Dembele, Tapi PSG Membuatnya Bersinar

Ousmane Dembele kembali menghentak dunia dengan performa menakjubkan di Paris Saint-Germain. Namun perlu diingat, Dembele sebelumnya telah melewati masa-masa perih di Barcelona. Talenta besar Dembele saat berseragam Borussia Dortmund terasa mubazir di Camp Nou. Bukannya jadi rumah, Blaugrana justru jadi semacam mesin penghancur bagi karier Dembele.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di Camp Nou, sampai-sampai Dembele diolok-olok sebagai pembeliaan gagal hingga dijuluki Si Manusia Kaca ini? Dan bagaimana Dembele bisa kembali menemukan sisi terbaiknya ketika hijrah ke Paris?

Kami telah membuat ulasan spesialnya untuk football lovers semua.  

Diboyong Mahal, Disebut The Next Neymar

Musim panas 2017, Barcelona tengah mencari pengganti Neymar yang pergi ke Paris Saint-Germain. Banyak pemain yang dirumorkan tapi pada akhirnya klub Catalunya merasa sudah menemukan sebongkah emas dalam diri Ousmane Dembele. Alhasil, Dembele yang saat itu masih hijau ditebus dengan harga yang mencengangkan. Tak tanggung-tanggung, Borussia Dortmund menerima nominal 105 juta euro plus bonus. 

Sebuah angka yang secara tak langsung menciptakan harapan besar, dan tentu sebesar beban yang menyertainya. Namun jika melihat betapa jagonya pemain berkebangsaan Prancis saat berseragam Kuning Hitam, rasanya Barcelona akan jadi rumah yang indah bagi Dembele.

Tapi di lain sisi, publik Camp Nou sudah menuntut keajaiban sejak hari pertama. Pada mulanya harapan itu tak salah, lantaran di laga debut kontra Espanyol, Dembele langsung mencatatkan assist memukau ke Luis Suarez. Di laga itu Dembele ditempatkan sebagai winger kiri.

Ia bermain dengan penuh percaya diri. Pergerakannya lincah, sentuhan bola di kakinya mematikan.  Dembele tidak bermain seperti pemuda 20 tahun. Ia bermain seperti seseorang yang tak sadar bahwa ia sedang ditonton oleh dunia. 

Alhasil  media-media pun berani menyebut Dembele sebagai  the new atau next Neymar. Dembele sendiri tak pernah meminta sebutan itu. Namun dua presiden Barcelona, pernah memuji Dembele lebih baik daripada Winger asal Brasil tersebut. Bahkan bukan saja Neymar, seorang Juan Laporta tak ragu mengatakan kalau Dembele lebih jago ketimbang Kylian Mbappe.

Langganan Cedera Disebut Manusia Kaca

Namun kenyataannya, keseluruhan karier Dembele di Camp Nou tak semanis omongan para petinggi Blaugrana. Di laga ketiga melawan Getafe, Dembele mengalami cedera otot paha belakang yang membuatnya absen di tengah kompetisi. Sebuah awal yang buruk, tapi publik Camp Nou masih sabar. Dembele masih muda dan masih bisa kembali. Namun sayang, setiap kali Dembele kembali beraksi, cedera yang lain menghampiri. Hamstring, engkel, lutut, semua jenis cedera rasanya sudah dicicipi.  

Namun, bukan luka fisik saja yang menyakitkan, melainkan bagaimana fans Barcelona dan publik pada umumnya mulai memandangnya sebagai pembelian gagal. Selain itu olok-olokan juga mulai menggema, Dembele disebut sebagai Si Manusia Kaca.

Dembele dikenal sebagai pesepakbola yang punya kaki terlalu tipis dan mudah retak. Bagaimana tidak, riwayat cedera Dembele di Barcelona memang bikin geleng-geleng kepala: 14 kali cedera, absen dalam 784 hari, dan melewatkan lebih dari 100 pertandingan.

Dosa Barcelona Pada Dembele

Dengan daftar panjang cedera tersebut, pertanyaan besar pun muncul. Mengapa Dembele sering kali cedera? Ada yang berpendapat, saat tubuh dan mentalitas Dembele mulai rapuh, Barcelona seperti tak tahu harus berbuat apa. Banyak pihak yang menilai Barcelona tak memberi Dembele ruang pulih dengan tenang. Mereka memaksanya kembali cepat. Tak jarang ia dimainkan saat belum 100 persen fit.

Salah satu kritik utama datang dari surat kabar olahraga Prancis, L’Équipe, yang menyoroti bahwa program latihan fisik Barcelona tidak mempersiapkan Dembélé secara optimal untuk tuntutan pertandingan. Mereka mencatat bahwa dalam latihan, hanya sekitar 20% dari lari Dembele berupa sprint, sementara dalam pertandingan, angka tersebut mendekati 90%. Ketidaksesuaian ini dianggap sebagai faktor utama yang menyebabkan rentetan cederanya. ​

Selain itu, laporan dari Diario AS mengungkapkan bahwa departemen medis Barcelona melakukan kesalahan dalam mendiagnosis cedera hamstring Dembele pada awal 2020. Awalnya, cedera tersebut dianggap sebagai kelelahan otot ringan, namun kemudian diketahui bahwa Dembele mengalami robekan hamstring yang signifikan, yang membuatnya absen untuk sisa musim tersebut. Kesalahan ini menimbulkan ketidakpercayaan antara pemain dan staf medis klub. ​

Kritik juga datang dari internal klub, di mana beberapa anggota dewan Barcelona mengakui bahwa pendekatan klub terhadap pelatihan dan pemulihan cedera Dembele kurang optimal. Mereka bahkan menghubungi rekan mereka di Borussia Dortmund untuk memahami mengapa Dembele jarang cedera saat bermain di Jerman.

Faktor lain yang membuat Dembele redup saat di Barcelona adalah kondisi klub yang tak stabil. Blaugrana kerap gonta-ganti pelatih. Mulai dari Ernesto Valverde, Quique Setien, Ronald Koeman, Xavi Hernandez. Tak ada satu pun yang bisa benar-benar membangun sistem untuk Dembele. Ia jadi korban eksperimen taktik, dari winger ke false nine, kadang bahkan jadi cadangan tanpa penjelasan.

Pada musim 2021/22, titik nadir itu terasa semakin nyata. Blaugrana yang saat itu tengah mengalami krisis keuangan menyodorkan kontrak baru kepada Dembele, tapi dengan klausul yang membuatnya tampak seperti upaya halus untuk memaksanya pergi. Yakni Dembele harus rela gajinya disunat dan nggak ada jaminan dia bakal dimainkan.

Yang ironis, Dembele sendiri sebenarnya ingin bertahan di Barcelona. Ia menyukai kota itu, merasa nyaman secara personal, dan yakin bahwa ia bisa bangkit, terutama di era Xavi yang menaruh kepercayaan besar padanya. Namun sekali lagi, kenyataan finansial Barca berbicara lain. Klub membutuhkan uang. Dan Dembele, dengan nilai jual yang masih lumayan dan kontrak yang hampir habis, adalah komoditas yang harus dilepas.  

Di sisi lain, tawaran dari klub lain pun tak kunjung datang. Banyak yang ragu mengambil resiko membeli pemain yang lebih sering cedera daripada mencetak gol.  Akhirnya, setelah drama panjang saga transfer, barulah pada musim panas 2023, kedua belah pihak menemukan jalan tengah. Paris Saint-Germain datang membawa tawaran sekitar 50 juta euro untuk membawa Dembele kembali ke tanah kelahirannya.

Reinkarnasi Dembele di PSG

Publik Prancis pun terbagi dua: antara harapan dan keraguan. Banyak yang mengira ini hanya proyek gagal lain. Tapi diam-diam, Paris bersiap menjadi tempat kelahiran ulang seorang bintang.  PSG yang tak hanya menyelamatkan Dembele dari keterpurukan, tetapi juga membuka bab baru dalam kariernya.

Di bawah arahan tim medis dan pelatih fisik klub ibu kota Prancis, Dembele menjalani treatment yang sangat personal. Dembele mengaku, manajemen kebugaran dan pencegahan cedera di PSG sangat membantunya. Selain itu, Les Parisiens juga menyediakan dukungan mental yang konsisten agar Dembele bisa mengatasi tekanan dan trauma cedera masa lalu.

Selain itu, Luis Enrique selaku pelatih juga memainkan peran kunci dalam transformasi Dembele. Bukan cuma soal taktikal, pelatih asal Spanyol ini juga mampu mengubah mentalitas Dembele. Buktinya, Dembele menunjukkan peningkatan dalam hal kedewasaan. Hampir tak ada cerita Dembele didenda karena melakukan tindakan indisipliner seperti ketika dia masih di Barcelona.

PSG dan Luis Enrique tidak menuntut Dembele jadi pahlawan. Mereka hanya memberinya kepercayaan. Bersama Les Parisiens, Dembele pun menemukan lingkungan yang mendukung untuk berkembang tanpa harus ada tekanan berlebihan. Dan untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, Dembele bermain tanpa rasa takut.

Hasilnya pun luar biasa. Di musim pertamanya, Dembele tampil reguler, minim cedera, dan jadi salah satu pemain paling konsisten di lini depan. Ia tidak harus mencetak 30 gol. Ia hanya perlu memainkan peran naturalnya sebagai pencipta ruang, pengacak pertahanan, pemberi assist.

Kadang kala Dembele juga mencetak gol-gol tunggal yang krusial. Seperti yang baru saja kita saksikan di leg pertama semifinal Liga Champions kontra Arsenal. Atau sebelumnya lagi, juga di kompetisi Kuping Gajah kontra Liverpool di babak 16 besar.

Tapi lebih dari itu, ia kembali menikmati sepak bola. Sesuatu yang lama hilang darinya di Camp Nou. Kini, Dembele bukan lagi “pemain rapuh”. Ia adalah pemain yang bertahan dari masa gelap dan kembali dengan sinar yang lebih terang. PSG sebenarnya tidak menyulapnya. Mereka hanya menyelamatkan dengan cara memberi Dembele apa yang Barcelona tak pernah beri: kepercayaan dan kesabaran.

Barcelona pernah menyebutnya investasi masa depan. Tapi mereka memperlakukannya seperti aset rusak. PSG tidak menyebutnya penyelamat. Tapi mereka memperlakukannya seperti seseorang yang pantas diselamatkan.

Di usianya yang ke-27, ia sedang berada di masa terbaik. Dan sekarang, Dembele bukan hanya pemain yang bangkit. Ia adalah simbol: bahwa yang retak tidak selalu hancur. Bahwa yang jatuh bisa kembali berdiri. Dan bahwa dalam sepak bola, seperti dalam hidup, kadang kita hanya butuh tempat yang benar untuk akhirnya bersinar.

https://www.youtube.com/watch?v=Wfj8ziIf7i0

Berita Bola Terbaru 7 Mei 2025 – Starting Eleven News

HASIL PERTANDINGAN 

Inter Milan secara mengejutkan mengandaskan perlawanan Barcelona di leg kedua semifinal Liga Champions dengan skor 4-3. Empat gol Nerazzurri hadir dari Lautaro Martinez menit 21, penalti Hakan Calhanoglu menit 46, Francesco Acerbi menit 93, dan gol penentu kemenangan Davide Frattesi menit 99. Sementara tiga gol tim tamu dicetak oleh Eric Garcia menit 54, Dani Olmo menit 60, dan Raphinha menit 87. Inter berhak ke final dengan keunggulan agregat 7-6.

INZAGHI SPEECHLESS INTER BISA TAMPIL LUAR BIASA

Simone Inzaghi tak bisa menyembunyikan rona kebahagiaannya, hingga speechless karena Inter Milan bisa tampil begitu luar biasa dengan membunuh Barcelona. Mengutip dari La Gazzetta Dello Sport, Inzaghi bahagia campur haru setelah mata kepalanya sendiri melihat versi permainan Nerazzurri yang jauh berbeda dari sebelumnya. Inzaghi sampai melabeli seisi timnya dengan sebutan Super Inter, karena seolah punya kekuatan dahsyat menghentikan langkah Barca yang sebelumnya dielu-elukan akan mencapai treble.

FLICK SEDIH BARCA DIRUGIKAN DENGAN KEPUTUSAN WASIT

Sementara, kekalahan dari La Beneamata membuat pelatih Barcelona, Hansi Flick geram. Ia merasa timnya berulang kali dirugikan dengan keputusan wasit, Szymon Marciniak. Mengabarkan dari Football Espana, Flick dibuat oleh kinerja wasit Polandia yang mengeluarkan keputusan tidak adil. Salah satu yang diperdebatkan adalah ketika Pau Cubarsi dianggap menjegal laju Lautaro Martinez di babak pertama. Wasit perlu untuk meninjau tayangan VAR, sebelum memberikan voucher penalti pada Hakan Calhanoglu.

RICE BEGITU PEDE ARSENAL BISA BALIKKAN DEFISIT AGREGAT

Menjelang semifinal leg kedua Liga Champions antara Arsenal vs PSG, Declan Rice amat percaya diri kalau timna bisa membungkam cemoohan dengan membalikkan defisit agregat dari PSG. Melansir dari The Sun, Rice memang mengakui kalau timnya butuh mukjizat untuk menang. Namun, ia meyakini kalau Meriam London punya mental dan nyali yang besar untuk tertantang memenangkan laga. Rice juga bersyukur Thomas Partey, yang dianggap menjadi kunci Arsenal untuk bangkit, sudah kembali dari cederanya. 

WASIT PSG VS ARSENAL PUNYA REKAM JEJAK BURUK

Masih berkaitan dengan PSG versus Arsenal, di mana timbul kekhawatiran tentang wasit Felix Zwayer yang dipilih oleh UEFA memimpin laga itu. Mengutip dari Mirror, ternyata wasit asal Jerman punya rekam jejak buruk, termasuk pernah menerima suap pengaturan skor. Belum lagi, Zwayer terkenal suka mengeluarkan keputusan kontroversial saat memimpin laga Eropa, hingga dibenci oleh pemain-pemain ternama. Menanggapi hal ini, Mikel Arteta berharap tidak ada keputusan janggal yang dikeluarkan Zwayer di Paris.  

KEPERGIAN TAA LEBIH EMOSIONAL BAGI FANS LIVERPOOL

Sambil mengamati drama Trent Alexander-Arnold yang tambah memanas, Steve McManaman memberikan pendapatnya tentang sang pemain yang mengikuti jejaknya pindah ke Madrid. Menurut TNT Sports, McManaman berujar bahwa kepergian Trent menimbulkan luka yang mendalam bagi fans Liverpool, daripada seandainya Mohamed Salah atau Virgil van Dijk yang hengkang. Hal itu disebabkan karena bek kanan 26 tahun merupakan putra daerah Liverpool dan tumbuh besar di akademi The Reds. Meski tersakiti, McManaman berharap fans dapat memberikan perpisahan yang pantas untuk Trent. 

MAU SELEBRASI JUARA KE IBIZA, KANE DITEGUR MUNCHEN 

Harry Kane tampaknya senang bukan kepalang setelah menjuarai Bundesliga musim ini. Sampai-sampai bomber Timnas Inggris itu mau merayakannya dengan berlibur ke Ibiza, Spanyol padahal liga belum berakhir. Melaporkan dari Sport Bible, jelas saja rencana itu ditolak oleh manajemen Bayern Munchen, bahkan pihak klub memberikan teguran kepada Kane. Direktur Olahraga Munchen, Max Eberl menganggap rencana Kane keterlaluan dan tidak pantas. Pasalnya, Munchen masih harus meladeni dua laga tersisa musim ini.

SELEPAS EL CLASICO, BRASIL BISA UMUMKAN ANCELOTTI

Peluang Timnas Brasil untuk meresmikan Carlo Ancelotti sebagai pelatih baru sangat besar menjelang akhir pekan ini, tepatnya setelah berakhirnya laga akbar El Clasico. Melansir dari Mundo Deportivo, berdasarkan sumber yang kini berkembang di Spanyol, Ancelotti sudah bisa digaet Selecao, apapun hasil pertandingannya nanti. Don Carlo yang sudah diberi izin meninggalkan Madrid dikabarkan akan menandatangani kontrak bersama perwakilan Brasil secara tertutup, selang beberapa waktu pasca laga. Barulah, Federasi Sepak Bola Brasil mengumumkan kedatangan Ancelotti secara resmi.

CEFERIN: INFRASTRUKTUR STADION DI ITALIA MEMALUKAN EROPA

Sementara itu, kondisi infrastruktur stadion di Italia mendapat komentar miring dari Presiden UEFA, Alexander Ceferin. Menurut Football Italia, Ceferin mengkritik keadaan stadion di Italia dan mengklaim bahwa negara itu memiliki infrastruktur terburuk dibandingkan negara-negara terbesar di Eropa. Ceferin lelah dengan mandeknya peremajaan dari stadion-stadion di Italia. Untuk itu, ia mendorong pemerintah Italia untuk segera serius memperbaiki kualitas stadion, untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain. Apalagi, Italia dikabarkan berencana mengajukan bidding tuan rumah Euro 2032 bersama Turki. 

BUKAN CITY ATAU MADRID, WIRTZ PILIH RIVAL LEVERKUSEN

Setelah lama diisukan menuju Inggris bersama Manchester City atau mengikuti Xabi Alonso ke Real Madrid, Florian Wirtz telah bulat untuk memilih Bayern Munchen sebagai rumah barunya. Mengabarkan dari 90min, Wirtz dilaporkan telah memberi tahu Bayer Leverkusen tentang keinginannya untuk menyelesaikan transfer ke Bavaria, selepas musim ini rampung. Pemain berbakat 22 tahun itu, menyadari kalau ada tawaran lain yang mengarah padanya. Kendati begitu, ia memantapkan hati untuk menyeberang ke rival lokal Leverkusen itu. 

JORGE MENDES GELAPKAN PAJAK DI PORTUGAL

Super agen pemain, Jorge Mendes dikabarkan telah menggelapkan pajak di Portugal dengan nominal yang lumayan besar. Melaporkan dari Yahoo Sports, Mendes dituduh melakukan penipuan pajak sebesar 18 juta euro, yang jika ditelisik, transaksinya tidak ada hubungannya dengan bisnisnya di dunia sepak bola, melainkan masuk dalam kantong pribadi sang istri. Pihak berwenang di Portugal mensinyalir operasi penggelapan ini dilakukan dengan mekanisme yang terstruktur. Tuduhan ini seketika dibantah oleh kuasa hukum Mendes, yang berdalih kliennya tidak merasa melakukan penipuan dan menimpali tuduhan itu tanpa menyertai bukti valid. 

DEMI LOLOS PIALA DUNIA ANTARKLUB, DUA TIM INI LEWATI PLAYOFF

Pasca menjatuhkan vonis kepada klub Meksiko, Leon untuk tidak boleh bertanding di Piala Dunia Antarklub, FIFA akan menentukan siapa tim yang akan menggantikan Leon, lewat skema playoff. Melansir dari The Guardian, Klub Major League Soccer, Los Angeles FC dan tim Meksiko lainnya, Club América, kemungkinan akan menjadi pengganti, setelah menjalani pertandingan playoff satu pertandingan yang belum dijadwalkan. Alasannya, FIFA masih memantau jadwal dari kedua tim yang padat Mei ini. Nantinya, salah satu di antara tim tadi akan tergabung di grup yang berisi Chelsea, Flamengo, dan Esperance de Tunis. 

ANAK CR7 DIPANGGIL TIMNAS PORTUGAL U-15

Cristiano Ronaldo patut berbangga karena anak sulungnya, Cristiano Ronaldo Jr. telah dipanggil memperkuat Timnas Portugal kelompok U-15. Mengutip dari BBC, Ronaldo Jr. yang kini berusia 14 tahun dan membela Al-Nassr juga, dipilih untuk ikut serta dalam turnamen pemuda di Kroasia pada 13-18 Mei. Nantinya, Portugal akan bertemu dengan Jepang, Yunani, dan Inggris. Sebagai ayah, CR7 mengunggah postingan yang disertai pesan bangga pada putra penerusnya itu. 

TIMNAS INDONESIA MAU UJI COBA LAWAN NEGARA TIMUR TENGAH

Menuju berita dari Indonesia. Timnas Merah-Putih direncanakan ingin menggelar uji coba melawan negara Timur Tengah di FIFA Matchday September mendatang. Menurut Bolanet, ketua umum PSSI, Erick Thohir membeberkan agenda itu, dan sudah mencoba menjajaki peluang tanding dengan negara yang dipilih. Dikabarkan, Kuwait dan Lebanon masuk dalam daftar calon lawan yang akan dihadapi Skuad Garuda. PSSI memilih lawan sparing dari Timur Tengah,karena sebagai persiapan Timnas Indonesia untuk putaran keempat kualifikasi Piala Dunia. 

PSSI KANGEN TIMNAS INDONESIA KETEMU HARIMAU MALAYA

Selain menargetkan dua negara Timur Tengah untuk jeda Internasional September, PSSI rupanya juga mencoba untuk mengajak Malaysia untuk tanding. Mengabarkan dari Bolanet, PSSI memilih Harimau Malaya sebagai calon lawan, karena Indonesia sudah kangen bermain bersama tetangga serumpun. Erick Thohir membenarkan langkah PSSI yang menghubungi Federasi Sepak Bola Malaysia atau FAM terkait ajakan uji coba. Tapi, pihaknya belum menerima balasan dari mereka untuk setuju atau tidak. 

BELLINGHAM JADI FAKTOR PENENTU GABUNGNYA TAA KE MADRID

Baru-baru ini telah terungkap faktor penentu di balik keputusan Trent Alexander-Arnold memilih pindah ke Spanyol bersama Real Madrid. Melansir dari 90min, ternyata ada sosok Jude Bellingham yang dikaitkan menjadi alasan utama Trent untuk pergi dari Liverpool. Bellingham dan Trent dilaporkan merupakan sahabat karib, terutama saat mereka berdua membela Timnas Inggris. Banyak pihak yang memprediksi kalau Bellingham berperan sangat besar dalam negosiasi Madrid dengan Trent, hingga akhirnya tercapai. 

JORGINHO TANDA TANGANI PRA-KONTRAK DENGAN FLAMENGO

Setelah tak masuk dalam rencana Arsenal berikutnya, Jorginho memutuskan untuk berpetualang bersama Flamengo di Brasil. Mengutip dari Tribal Football, Jorginho telah menyetujui dokumen pra-kontrak selama tiga tahun dengan Flamengo dan sudah menandatanganinya secara langsung. Dengan begitu, gelandang berpaspor Italia itu akan jadi bagian Flamengo untuk Piala Dunia Antarklub 2025. Kepergian Jorginho secara free agent dikarenakan menit bermainnya yang menurun drastis bersama Meriam London. 

ANTISIPASI MARTINEZ KE ARAB, VILLA MELIRIK KIPER MADRID

Melihat timbulnya ketertarikan dari klub Liga Pro Saudi pada Emiliano Martinez, membuat Aston Villa mau tak mau perlu mencari penggantinya, dan nama kiper Real Madrid jadi pilihannya. Menurut Goal, Andriy Lunin yang menjadi ban serep dari Thibaut Courtois di Madrid dipilih jadi solusi Villa, seandainya Dibu jadi tergiur uang dari Saudi. Sampai sekarang, Lunin memang masih terikat kontrak panjang hingga 2030. Namun, kiper 26 tahun asal Ukraina itu bisa saja mendarat di Villa Park, jika diiming-imingi menit bermain yang lebih banyak.

MBEUMO MASUK DAFTAR INCARAN UNITED

Manchester United mulai mengganggu langkah Newcastle United dan Liverpool untuk mendatangkan penyerang Brentford, Bryan Mbeumo. Melaporkan dari TNT Sports, United tampaknya setuju dengan harga pasar pemain 25 tahun yang berada di kisaran 60 juta pounds. Mbeumo yang sejauh ini sudah mengumpulkan 18 gol di Premier League jadi opsi lain United, bila negosiasi dengan Matheus Cunha terhambat. United akan menempatkan Mbeumo sebagai pengganti Rasmus Hojlund yang diminati Juventus, dan Antony yang dilirik Atletico Madrid. 

KAPTEN HULL CITY BAKU HANTAM DI PUB

Sementara itu, kapten Hull City di Championship, Lewie Coyle terlibat baku pukul bersama seorang mantan petinju profesional di sebuah pub di kota Hull. Mengabarkan dari The Sun, Lewie dan saudaranya, Rocco Coyle bertengkar dengan sang petinju, hingga merembet ke luar pub. Akibatnya, suasana sekitar pub jadi chaos dan membuat arus lalu lintas terhambat. Pihak Hull City sendiri sudah menonton rekaman perkelahian itu yang sudah meluas di media sosial. Mereka akan menyelidiki kasus ini, sebelum nantinya memutuskan akan memanggil Lewie dan Rocco yang sama-sama membela Hull.

KARENA PIALA DUNIA ANTARKLUB, DE LA FUENTE PUSING PEMILIHAN SKUAD

Terbang ke Spanyol. Ajang Piala Dunia Antarklub yang sebentar lagi bergulir, ternyata membuat entrenador Timnas Spanyol, Luis De la Fuente pusing memikirkan pemilihan pemain untuk skuadnya. Melansir dari Football Espana, De la Fuente bingung karena sejumlah pemain kunci Spanyol kemungkinan tak dapat membela La Furia Roja, karena tim mereka akan main di Amerika Serikat. Salah satunya adalah Rodri yang dikhawatirkan tak dapat izin Guardiola untuk ke kamp timnas. Padahal, Spanyol akan menghadapi Prancis di semifinal UEFA Nations League 5 Juni nanti. 

MODRIC RELA POTONG GAJI ASALKAN KONTRAKNYA DIPERPANJANG

Sempat diisukan untuk pergi dan tak menambah masa kerjanya di Real Madrid, Luka Modric kini mulai terbuka untuk menantikan tawaran perpanjangan baru yang disodorkan Los Merengues. Menurut Football Espana, pemain senior 39 tahun dari Kroasia itu menginginkan tambahan semusim lagi di Bernabeu karena tertarik dengan momen reuni bersama Xabi Alonso yang dikabarkan menggantikan Carlo Ancelotti. Bahkan, Modric rela potong gaji asalkan ia masih diberi kesempatan merumput di Madrid. 

MANTAN PELATIH MUNCHEN MENGAKU BOSAN NONTON BUNDESLIGA

Pindah ke Jerman. Mantan pelatih Bayern Munchen, Jupp Heynckes mengaku kalau dirinya sudah bosan untuk menonton pertandingan Bundesliga. Mengabarkan dari Get Football News Germany, sejak pensiun dari sepak bola pada 2018, pria 80 tahun itu secara jujur mengatakan minatnya mulai pudar dengan sepak bola modern, khususnya Bundesliga. Peraih treble winner 2013 bersama Munchen itu tak melihat hal yang spesial dari perkembangan Liga Jerman. Saking bosannya, Heynckes lebih memilih pergi ke gym, daripada nonton sepak bola. 

INI ALASAN PSSI PILIH BALI SEBAGAI LOKASI TC TIMNAS 

Kembali ke sepak bola tanah air. Terkuak alasan di balik keputusan PSSI menjadikan Bali sebagai lokasi training center Timnas Indonesia selanjutnya. Melaporkan dari Okezone, Pulau Dewata dipilih karena memiliki fasilitas yang lengkap, sehingga menunjang kebutuhan persiapan skuad, termasuk kompleks latihan yang berstandar dunia. Selain itu, suasana alam di Bali dianggap dapat menyeimbang kondisi mental anak asuh Patrick Kluivert, sehingga selain latihan keras, mereka bisa healing untuk recharge energi. 

PANGERAN JOHOR SINDIR MENTALITAS BOBROK FANS MALAYSIA

Sementara itu dari negeri jiran, Pangeran Johor sekaligus presiden Johor Darul Takzim, Tunku Ismail Idris menyindir mentalitas fans sepak bola Malaysia yang bobrok, karena mengolok-olok JDT yang setiap musim kuasai liga. Melansir dari Superball, Tunku Ismail sampai heran dengan sikap mereka yang tak menghargai hasil pembangunan yang konsisten dari JDT. Baginya, mereka hanya nyinyir saja dan iri dengan prestasi timnya. Tunku Ismail sampai mengatakan seharusnya fans yang benci itu malu dengan mentalitas fans di Indonesia yang saling mendukung. 

 

JIKA KALAH, SELESAI SUDAH! El Clasico Paling Berbahaya bagi Real Madrid

0

Kesempatan biasanya tidak datang dua kali. Namun, hal tersebut tidak berlaku pada Carlo Ancelotti musim ini. Pelatih asal Italia itu terus mendapat kesempatan dari Real Madrid untuk memperbaiki performa tim. Manajemen klub bahkan rela bersabar untuk tidak memecatnya di pertengahan musim.

Laga melawan sang rival, Barcelona biasanya jadi kesempatan bagi Ancelotti untuk kembali memenangkan hati Madridista. Namun, sudah diberi kesempatan berkali-kali Madrid tetap saja gagal membawa pulang hasil positif. Untuk tahun 2025 saja, Ancelotti sudah diberi dua kali kesempatan, tapi semuanya gagal total.

Dan El Clasico yang akan diselenggarakan pada 11 Mei mendatang kabarnya akan jadi kesempatan terakhir bagi Don Carlo untuk membersihkan nama baik Los Blancos. Lantas, bagaimana cara Ancelotti untuk mensukseskan misi terakhirnya ini? Mungkinkah ini akan menjadi akhir yang buruk atau justru memberikan kenangan manis?

Last Dance

Laga antara Barcelona dan Real Madrid pertengahan 11 Mei nanti akan jadi El Clasico terakhir musim ini. Total, kedua tim telah bertemu sebanyak empat kali di semua kompetisi. Dua kali di La Liga, sekali di Piala Super Spanyol, dan sekali di Copa Del Rey. Dari tiga pertemuan sebelumnya, Madrid selalu sial. Mereka tak mampu meredam keganasan skuad asuhan Hansi Flick.

Tentu saja, itu artinya Barcelona jadi PR tersendiri bagi El Real. Sudah tiga kali mencoba, Madrid tak kunjung menemukan ramuan terbaik untuk mengalahkan sang rival. Dari tiga pertemuan itu, semuanya kalah dengan sangat menyakitkan. Pertama, dibantai 4-0 di putaran pertama. Kedua, kalah di final Piala Super Spanyol, ketiga ya kemarin, kalah lagi di final Copa Del Rey.

Selain jadi yang terakhir di musim ini, El Clasico pada 11 Mei mendatang kemungkinan besar juga akan menjadi yang terakhir bagi allenatore Real Madrid, Carlo Ancelotti. Ibarat membaca buku, mantan pelatih Everton itu sudah sampai di halaman terakhir. Ceritanya sudah mau habis dan buku baru sudah menanti untuk dibaca.

Ya, buku baru itu adalah Timnas Brazil. Menurut cuitan Fabrizio Romano, Federasi Sepakbola Brazil sudah mencapai kesepakatan personal dengan Ancelotti. Namun, keputusan di tangan Madrid. Apakah mereka mau melepas Don Carlo atau tidak. Nah, pertimbangan terakhirnya adalah hasil laga melawan Barcelona nanti.

Penebusan Dosa Ancelotti

Bukan cuma tekanan dari Real Madrid saja yang semakin tinggi, tekanan darah Carlo Ancelotti pun semakin tinggi jelang pertandingan terakhir melawan Barcelona. Ancelotti paham betul situasi yang sedang dialaminya. Oleh karena itu, sang pelatih tengah berpikir keras untuk bisa mengembalikan marwah Si Putih di hadapan publik Spanyol.

Di sisi lain, Carlo Ancelotti juga tak mau mengakhiri musim ini dengan selimut awan kelabu. Ancelotti ingin memberikan kesan positif di masa-masa akhirnya dengan Real Madrid. Dan laga melawan Barcelona adalah satu-satunya cara. Jika menang, maka itu akan jadi simbol permintaan maaf Ancelotti untuk manajemen dan fans.

Kabarnya, kemenangan atas Celta Vigo pekan lalu akan diubah Ancelotti menjadi suplemen penambah semangat bagi pasukannya. Pelatih asal Italia itu meminta anak asuhnya untuk berjuang lebih keras dari biasanya. Anggap ini adalah laga yang paling penting dari sebuah final Copa Del Rey. Karena ini akan menjadi laga penentuan gelar juara La Liga.

Upaya Mengejar Ketertinggalan

Tak berlebihan jika menyebut laga nanti sebagai penentuan gelar juara. Karena memang begitu adanya. Barcelona saat ini memang masih bercokol di puncak klasemen sementara Liga Spanyol. Namun, perolehan poinnya tidak terlalu jauh dari Real Madrid. Barca telah mengumpulkan 79 poin, sedangkan Madrid yang berada di urutan kedua bermodalkan 75 poin.

Kedua tim sama-sama telah memainkan 34 pertandingan. Jika pertemuan ini dimenangkan Real Madrid, maka ambisi Carlo Ancelotti untuk memangkas jarak poin dengan Barcelona pun tercapai. Dengan tambahan tiga poin, selisih poin Madrid dengan Barca cuma satu. Situasi ini akan membuat pertarungan gelar juara La Liga musim 2024/25 semakin seru.

Jika rencana ini terlaksana, kedua tim akan bertarung habis-habisan di tiga laga terakhir. Menurut jadwalnya, Barca masih harus menghadapi dua tim kuat, yakni Athletic Bilbao dan Villarreal. Keduanya merupakan tim penghuni zona Eropa. Jadi, mereka juga tak akan semudah itu menyerah pada Barca demi mengamankan posisinya di klasemen.

Jika terpeleset sekali saja, maka itu jadi celaka 13 bagi tim Catalan. Sebab, lawan Madrid selanjutnya cuma tim papan tengah. Mereka adalah Sevilla, Mallorca, dan Real Sociedad. Dengan rangkaian lawan seperti ini, anak asuh Carlo Ancelotti lebih dijagokan untuk menyapu bersih sisa laga yang ada.

Kondisi Real Madrid

Rencananya sih gitu, tapi bagaimana dengan kemungkinan keberhasilannya? Mari kita bedah. Yang pertama, dari kondisi skuad El Real. Ya, tak ada yang mudah untuk menuju roma. Boleh dibilang, musuh terbesar Madrid di laga ini bukanlah Barcelona, melainkan Madrid itu sendiri. 

Selain harus memainkan laga tandang, Los Merengues kabarnya datang dengan kondisi skuad yang berantakan. Bagaimana bisa, sebuah raksasa Eropa tak memiliki pemain belakang berpengalaman? Cuma Madrid. Dengan kabar terbaru yang mengatakan Antonio Rudiger naik meja operasi dan David Alaba kembali mengalami cedera, praktis bek inti Madrid abis.

Dalam daftar pemain, hanya tersisa Raul Asencio dan Jesus Vallejo untuk posisi bek tengah. Tak sampai di situ saja, lini tengah Madrid pun mengalami krisis. Itu karena Eduardo Camavinga mengalami cedera. Namun, posisinya mungkin masih bisa digantikan oleh Dani Ceballos atau yang lain ya. Lah kalau bek? Wallahualam. Nggak usah Ancelotti, mimin pun ikutan bingung kalau situasinya begini. 

Duh, Wasitnya

Kedalaman skuad yang menipis kan masalah internal nih? Lantas, apakah Madrid juga akan menghadapi masalah dari eksternal? Wo ya jelas. Barcelona kabarnya akan diuntungkan dengan pemilihan wasit. Rumor yang berhembus, La Liga telah memilih Alejandro Hernandez Hernandez sebagai pengadil lapangan. 

Sebagai informasi tambahan saja, kalian tak salah dengar kok, namanya memang Hernandez kuadrat. Jika kita membuka buku catatan sepak terjangnya di La Liga, Hernandez beberapa kali memimpin pertandingan el clasico. Menariknya, di laga-laga yang ia pimpin, Hernandez kerap merugikan El Real.

Menurut Marca, hingga tahun 2021, Hernandez sudah mencatatkan sepuluh kesalahan pengambilan keputusan saat memimpin laga yang melibatkan Real Madrid. Kabarnya, kesalahan demi kesalahan yang dilakukan sang pengadil sudah dimulai sejak musim 2015/16. 

Salah satu kesalahan paling terkenal dari Hernandez adalah pada musim 2017/18. Saat itu ia memimpin laga El Clasico. Dalam laga yang berjalan panas itu, ada momen panas antara Jordi Alba dan Luca Modric. Alba lolos dari hukuman kartu merah disaat terang-terangan mencekik Luka Modric. Jika pada akhirnya Hernandez Hernandez benar jadi wasit yang bertugas, maka fans Madrid musti was-was.

Pertaruhan dari Ancelotti

Melihat serangkaian masalah itu, Carlo Ancelotti butuh lebih sekedar keajaiban untuk memenangkan laga ini. Perubahan ekstrim pun kabarnya akan dilakukan demi meraih hasil maksimal. Carletto kabarnya akan mengkhianati sistem permainannya sendiri. Kemungkinan, ia akan meniadakan model tridente

Jika merujuk pada kebiasaan, tridente di lini depan berisi Kylian Mbappe, Vini Jr dan Rodrygo. Lalu, dilengkapi dengan Jude Bellingham yang berada di belakang striker. Namun, karena Rodrygo diragukan tampil, maka formasinya agak sedikit diubah. Untuk gimana nantinya, Ancelotti belum mau memberikan bocoran.

Selain itu, Ancelotti juga kabarnya akan menjadikan Arda Guler sebagai senjata rahasia di laga ini. Performa apik di laga melawan Celta Vigo adalah bukti bahwa pemain asal Turki itu sudah bisa selaras dengan Kylian Mbappe dan Vinicius.

Misi Carlo Ancelotti saat ini cuma satu, yakni memenangkan El Clasico. Bagaimana caranya, itu bisa dipikir nanti. Yang pasti, momentum kekalahan Barca atas Inter Milan kemarin akan dimanfaatkan dengan baik. Mantan pelatih AC Milan itu paham betul, bahwa kemenangan di Estadi Olímpic Lluís Companys lah yang bisa menjaga asa Madrid meraih gelar tetap hidup.

____

Sumber: Marca, CBS, Goal, ESPN

Doa Fans Madrid Mujarab! Kemenangan Inter, Kemenangan Tim Melarat

0

Giuseppe Meazza sekali lagi jadi jimat keberuntungan bagi Inter Milan ketika menghadapi pertandingan Liga Champions. Musim ini, La Beneamata masih tak terkalahkan jika bermain di stadion yang berkapasitas 75.817 kursi itu. Setelah Arsenal dan Bayern Munchen yang sudah lebih dulu mencoba kesialan, kini giliran Barcelona.

Setelah bermain imbang 3-3 di waktu normal, Davide Fratessi jadi aktor antagonis bagi publik Catalan. Golnya di menit 99 seakan merampas seluruh harapan yang sudah melambung tinggi. Kemenangan ini bak sebuah klimaks dari sebuah kisah drama.

Lucunya, bukan cuma fans Inter yang bersorak kegirangan. Di tengah kerumunan orang di stadion ada fans Real Madrid yang juga mengangkat tangan tanda rasa syukur. Nyatanya, bukan Vatikan, melainkan Giuseppe Meazza lah yang mampu mengabulkan doa-doa para Madridista. Lho, lho, iyakah?

Fans Madrid Menjelma Fans Inter

Meski beda negara dan tak ada hubungan kerjasama apa pun antara Madrid dan klub Italia itu, dukungan dan doa terbaik Madridista pun dilangitkan untuk La Beneamata. Bahkan sebagian besar dipanjatkan melalui media sosial masing-masing.

Bahkan, di X ada salah satu foto yang viral. Dalam foto tersebut, menampilkan fans berbaju biru-biru yang justru mengibarkan bendera Real Madrid saat Inter Milan mencetak gol. Usut punya usut, itu adalah fans Madrid yang jauh-jauh terbang ke Milan untuk menyamar sebagai fans Inter. Tentu tak perlu banyak alasan dan petimbangan mengapa fans Madrid repot-repot melakukan itu.

Mereka cuma butuh satu alasan, yakni Barcelona. Madridista tak mau melihat Barcelona tampil di final Liga Champions musim 2024/25. Sebab, jika itu terjadi, Barca punya peluang yang lebih besar untuk menggondol trofi si kuping besar. Dengan DNA Eropa yang dimiliki, Barca lebih diunggulkan ketika melawan Arsenal atau PSG nantinya.

Usaha mereka pun tak sia-sia. Barcelona benar-benar kalah. Pun dengan cara yang dramatis. Selain melihat tim rival kalah, fans Madrid atau siapa pun yang menonton laga antara Inter vs Barcelona bisa terhibur dengan drama, intrik, dan momen-momen menggelitik yang tersaji di laga tersebut.

Yang menarik tanda-tanda kalau doa fans Real Madrid akan terkabul sudah muncul sejak jauh-jauh hari. Hmmm… tanda apakah itu?

Wasit Jadi Pertanda

Pertanda yang dimaksud adalah sosok yang memimpin pertandingan. UEFA menunjuk Szymon Marciniak, wasit asal Polandia sebagai pengadil lapangan untuk leg kedua semifinal Liga Champions tersebut. 

Munculnya nama wasit asal Polandia itu langsung membuat fans Barcelona kebakaran jenggot. Ada yang skeptis, ada juga yang langsung tidak terima dan marah-marah di media sosial. Bagaimana tidak? Marciniak ini dikenal sebagai fans Real Madrid sejati. Dugaan itu muncul setelah videonya di ruang ganti dengan tas perlengkapan mandi berlogo Real Madrid viral di media sosial beberapa waktu lalu.

Selain itu, Marciniak juga sempat dituding menguntungkan Real Madrid saat memimpin pertandingan mereka pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions kontra Atletico Madrid. Ya, wasit berkepala botak itu adalah sosok di balik tak sahnya sepakan penalti Julian Alvarez. 

Eks Manchester City itu dianggap melakukan sentuhan ganda saat mengeksekusi sepakan 12 pas. Gol yang dianulir ini secara tidak langsung mempengaruhi mental eksekutor penalti Atletico setelahnya, di mana Marcos Llorente ikut-ikutan gagal setelah tembakannya membentur tiang. Los Rojiblancos pada akhirnya kalah adu penalti dari Real Madrid.

Tentunya kalian masih ingat kan, bagaimana momen itu langsung menjadi kontroversi di jagad media sosial? Fans, pemain, hingga pelatih Atletico Madrid, yakni Diego Simeone mempertanyakan keputusan itu. Nah, yang menciptakan gelombang protes besar-besaran itu ya si Marciniak ini.

Barca Mengeluhkan Kinerja Wasit

Dan benar saja, di laga melawan Inter Milan semalam, Szymon Marciniak dianggap berat sebelah. Keputusan-keputusan yang diambil seringkali merugikan Barcelona. Hansi Flick barangkali jadi yang paling kecewa dengan pertandingan ini.

Seperti yang diwartakan oleh Football Espana, Hansi mengatakan kalau dirinya kecewa, tapi bukan dengan performa pemainnya, melainkan soal kinerja Szymon Marciniak. “Beberapa keputusan bersifat 50-50 dan selalu menguntungkan Inter. Itulah sepak bola. Kami harus menerimanya,” tutur Hansi Flick usai timnya tersingkir dari semifinal UCL.

Bukan cuma Flick yang cuap-cuap soal kinerja wasit. Tapi Eric Garcia pun tak mau kalah. Pemain yang berposisi sebagai bek itu merasa Marciniak tidak adil dalam beberapa momen krusial. Misalnya Garcia menyoroti keputusannya memberi penalti bagi Inter usai Lautaro Martinez dijatuhkan Pau Cubarsi. Namun, dalam insiden lain Marciniak tidak memberikan hal yang sama untuk Barca.

Keberadaan Marciniak di lapangan pun dianggap sebagai perwujudan doa-doa yang dirapal sejak beberapa hari lalu. Barcelona pun layaknya maling yang sedang dikeroyok. Selain harus melawan sebelas pemain Inter, Lamine Yamal cs dianggap harus menghadapi wasit yang berat sebelah dan teror ultras Inter yang gila. Namun, apakah benar demikian? Atau Barca cuma sedang cari alasan saja?

Bukan Cuma Modal Wasit

Akan terlalu jahat jika menyebut kemenangan Inter Milan cuma gara-gara wasit. Kita tak bisa mengesampingkan permainan Inter Milan yang lebih spartan ketimbang Barcelona. Ya, secara mentalitas, Inter terlihat jauh lebih unggul dari Barca. Anak asuh Simone Inzaghi tidak menyerah meskipun sempat beberapa kali menemui momen sulit.

Terutama ketika Barcelona berhasil menyamakan kedudukan di menit-menit akhir, Inter tetap fokus dan tidak kehilangan semangat. Justru sebaliknya, tim ini menunjukkan kegigihan dan determinasi yang luar biasa. Kemampuan untuk mengatasi tekanan dan tetap bermain dengan percaya diri hingga babak tambahan waktu adalah salah satu kunci keberhasilan Nerazzurri.

Bukan cuma perkara mental yang berhasil dikobarkan oleh Inter, tapi kedalaman skuad yang baik juga jadi indikator pendukung dalam kemenangan ini. Meskipun beberapa pemain kunci absen, tim ini tetap mampu tampil kompetitif dan memberikan perlawanan yang berarti. Ini menunjukkan bahwa Simone Inzaghi telah berhasil membangun tim yang solid.

Dengan komposisi skuad yang baik, Simone Inzaghi mampu meracik skuad yang bisa tampil konsisten selama 120 menit. Pergantian pemain jadi pembeda di sini. Keputusan Inzaghi untuk memasukan Mehdi Taremi dan Davide Frattesi jadi langkah yang brilian. Keduanya bahu membahu menciptakan gol kemenangan di menit 99.

Padahal secara materi pemain, Inter kalah jauh jika dibandingkan dengan Barcelona. Perbandingan yang paling ketara adalah soal market value. Pemain-pemain Barca kebanyakan berstatus bintang dan berbanderol mahal. Menurut Transfermarkt, La Blaugrana memiliki market value di angka 1,02 miliar euro. Sedangkan Inter Milan cuma memiliki nilai pasar di angka 663,8 juta euro. Namun, La Beneamata sekali lagi membuktikan bahwa Souljah benar: Yang berkilau tak selamanya indah.

Inter Lebih Matang

Pemain mahal Barcelona, Lamine Yamal memang terbukti gesit dan tajam dalam menyerang. Namun, pemain-pemain Inter Milan terlihat lebih matang dan tenang menghadapi segala ancaman. Ketika Hansi Flick mengandalkan pemain-pemain muda macam Pedri, Lamine Yamal, Pau Cubarsi, dan Gavi, Simone Inzaghi mengedepankan pemain yang memiliki segudang pengalaman.

Pengalaman dan kematangan ini yang membuat legenda Inter, Marco Materazzi merasa bahwa Inter sudah unggul, bahkan sebelum laga dimulai. Sebagai catatan, Barcelona merupakan tim dengan rata-rata usia termuda di semifinal yakni 25 tahun. Sementara Inter adalah yang tertua dengan 29,5 tahun. 

Pemain yang viral karena disundul Zinedine Zidane itu mengakui bahwa penyerang Barcelona kapabel untuk mencetak gol melawan tim-tim top. Tapi di sisi lain, mereka sangat muda. Kedewasaan Inter nyatanya lebih berperan untuk mengontrol emosi dan intensitas pertandingan di laga semalam. 

Momen ini akan dikenang sebagai salah satu pertandingan paling dramatis dalam sejarah klub. Laga ini juga sekaligus memberikan harapan baru bagi para penggemar Inter untuk melihat tim kesayangan mereka melangkah lebih jauh di Liga Champions. Sekali lagi, selamat untuk Inter dan terimakasih atas doa-doa mujarab dari fans El Real.

___

Sumber: Goal, Football Espana, Football Italia, Aljazeera

Apakah Anomali itu Jay Idzes? Seberapa Cocok Bang Jay Main di AC Milan?

Kita patut berbangga karena punya pesepakbola sekece Jay Idzes. Bek tangguh yang bermain untuk Venezia FC ini jadi perwajahan Indonesia di pentas Serie A. Bahkan belum genap semusim mentas di kasta teratas Negeri Pizza, kehadiran Bang Jay sudah jadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola Italia.

Di tengah performa apik nan konsistennya bersama I Lagunari, banyak klub kenamaan Serie A yang dirumorkan menaruh minat serius terhadap Bang Jay. Mulai dari Bologna, Udinese, Atalanta, hingga Napoli. Namun yang lebih mengejutkan lagi ketertarikan juga datang dari  AC Milan yang memasang kode keras lewat sosial media resmi mereka.

Lantas, benarkah Rossoneri bermaksud merekrut Jay Idzes? Apakah Bang Jay memang sosok yang mereka butuhkan untuk mengisi satu pos di lini belakang? Seberapa cocokkah El Capitano Timnas Indonesia ini bermain untuk AC Milan?

Kamu akan menemui jawabannya di video ulasan ini.

Kode Keras AC Milan Boyong Jay Idzes

Bagi pencinta sepak bola tanah air, terutama yang selalu haus dengan info pemain keturunan yang abroad, kabar diminatinya Jay Idzes oleh klub Serie A bukanlah sesuatu yang baru. Beberapa jurnalis Italia seperti Gianluca Di Marzio dan Nicolo Schira menyebut banyak klub Serie A yang sudah memasukan Bang Jay dalam daftar belanja pemain di musim depan. Bahkan Inter Milan disebut sampai mengirim talent scouting untuk memantau dan menganalisis kapten Venezia dan Timnas Indonesia ini secara langsung.

Namun dari semua kabar itu,  belum ada yang membuat fans lebih bersemangat ketimbang rumor Bang Jay tengah dipepet oleh AC Milan. Kabar ini bukan lagi datang dari jurnalis, melainkan dari sosial media resmi Rossoneri langsung.  AC Milan mengunggah postingan bergambar kartun dengan sound anomali Tung-tung-tung sahur.

Tentu saja netizen Indonesia familiar dengan meme viral ini. Selain itu yang bikin netizen tambah salah fokus adalah gambar sang anomali yang tengah menandatangani kontrak, di mana terpampang jelas inisial ‘JI’ yang auto disematkan pada sosok Jay Idzes.

Unggahan itu lengkap dengan caption Here We Go yang jadi ciri khas Jurnalis Fabrizio Romano ketika memberi info valid seputar bursa transfer. Kode ini pun semakin benderang dan menemukan benang merah ketika AC Milan mengunggah momen di laga kontra Venezia. Seakan memberi konteks tambahan, AC Milan secara khusus mengunggah momen Jay Idzes sukses menutup ruang dan memblok bola dari Theo Hernandez.

Sontak saja, serangkaian unggahan yang sudah pasti sengaja dibuat ini membuat pencinta sepak bola tanah air heboh. Ribuan komentar yang membanjiri pun kompak kegirangan dan menyimpulkan kalau AC Milan bakal merekrut El Capitano kebanggan Timnas Indonesia ini.

Seberapa Cocok Bang Jay di AC Milan

Seperti pepatah yang sudah sering kita dengar bahwa bola itu bulat. Artinya segala sesuatu mungkin saja terjadi. Termasuk kepindahan Jay Idzes ke San Siro.  Jika ditelaah lebih dalam, minat terhadap Jay Idzes sebenarnya cukup masuk akal.

Pasalnya komposisi dan performa bek tengah AC Milan di musim ini bikin fans geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak, Fikayo Tomori sempat harus menepi lama karena cedera. Lalu ada Malick Thiaw, yang beberapa kali malah tampil inkonsisten dan bahkan sempat blunder dengan cetak dua gol bunuh diri.

Di tengah kekacauan itu, AC Milan jelas butuh solusi segar di lini belakang. Bukan sekadar nama besar, tapi pemain yang bisa cepat beradaptasi dengan sistem bertahan mereka yang mengandalkan ketenangan, kemampuan membaca ruang, dan distribusi bola dari lini belakang. Dan di titik inilah nama Jay Idzes masuk sebagai opsi logis.

Eks pemain Go Ahead Eagles ini dikenal sebagai bek tengah yang memiliki ketenangan dan kedewasaan dalam bertahan. Sepanjang membela Venezia di Serie A musim ini, Jay hampir nggak pernah terganti. Pemain berusia 24 tahun ini mencatatkan rataan intersepsi dan blok yang tinggi, serta menunjukkan presisi passing yang baik.

Gaya bermain Bang Jay sebagai ball-playing defender sangat cocok dengan skema AC Milan yang dibangun dari bawah. Tubuhnya tinggi, duel udara bukan masalah, dan lebih penting lagi: dia tidak mudah panik di bawah tekanan.

Jay juga terbiasa bermain dalam sistem pragmatis bersama timnas Indonesia, yang tak jauh berbeda dari pendekatan defensif AC Milan saat menghadapi lawan besar. Selain itu, di luar kualitas teknisnya, AC Milan tampaknya melihat sesuatu yang lebih besar dari sudut pandang komersial dan pemasaran.

Bukan rahasia lagi, kalau banyak pemain-pemain dari Asia yang diboyong ke Eropa untuk kebutuhan marketing klub. Bayangkan potensi dampaknya: jersey dengan nama Idzes ludes terjual. Engagement media sosial AC Milan juga bakal melonjak. Juga sejumlah hal positif lainnya yang bisa didapat Rossoneri secara instan.

AC Milan Bertaruh dengan Membeli Jay Idzes?

Tapi di balik semua potensi tersebut, perekrutan Jay Idzes tetaplah sebuah taruhan besar. Pasalnya, Jay baru musim ini mencicipi Serie A bersama Venezia dan belum pernah tampil di kompetisi antarklub Eropa.  Meski sudah teruji menggendong Venezia dan kerap mengantongi striker-striker top Serie A, Jay belum teruji menghadapi laga-laga dengan tekanan besar semacam Derby della Madonnina.

AC Milan adalah klub yang tak hanya menuntut kemampuan, tapi juga mental baja. Bermain di klub seperti AC Milan berarti siap dikritik, diawasi, dan diadili tiap pekan. Tekanan dari fans, media, hingga ekspektasi sejarah klub bisa jadi tantangan mental yang tak semua pemain mampu tangani. Jay belum menunjukkan apakah ia bisa bertahan di iklim sekeras ini. Karena selama ini lebih banyak pujian yang datang dari pada caci maki.

Selain itu, AC Milan juga  punya sejarah belanja bek “menengah” yang gagal bersinar. Rodrigo Ely dari klub Serie B kala itu yakni Avellino, dan Mattia Caldara dari Spezia, adalah contoh nyata bahwa loncatan dari tim kecil ke AC Milan bisa sangat sulit jika tak benar-benar siap.

Namun, jika benar-benar jadi diboyong, AC Milan nggak perlu khawatir dengan kemampuan adaptasi Bang Jay. Pasalnya, pemain keturunan Semarang ini sudah punya koneksi personal dengan Tijjani Reijnders. Pemain berdarah Maluku ini bisa bisa menjadi jembatan adaptasi Idzes.

Bahkan pemain berambut klimis ini bisa melipatgandakan motivasinya karena sudah ada contoh nyata kalau DNA Nusantara juga bisa bersaing dan bahkan jadi tulang punggung tim di klub sebesar AC Milan. Kalau Tijjani yang juga jebolan klub Eredivisie mampu, maka kesempatan bagi Jay Idzes untuk unjuk aksi di San Siro sangatlah terbuka lebar.

https://www.youtube.com/watch?v=Po2k2CgRq10

Kemarin Degradasi, Sekarang Juara Bundesliga! Vincent Kompany Kembalikan Kejayaan Bayern Munchen

Banyak cara untuk merespon omongan nyinyir. Salah satunya dengan bersikap rendah hati. Selain itu, tentu saja dengan melakukan pembuktian yang bisa membalikan omongan tersebut. Vincent Kompany menempuh cara yang demikian. Ketika diragukan saat ditunjuk sebagai pelatih anyar Bayern Munchen, Kompany tak banyak cincong.  

Juru taktik asal Belgia ini tahu kalau fans The Bavarians tak bisa berpikir jernih lantaran kecewa dan menginginkan sosok terbaik. Kompany juga tahu apa yang harus diperbuat untuk menerbitkan kepercayaan dan memulihkan namanya yang sempat tercoreng lantaran Burnley terdegradasi di tangannya.

Inilah kisah pembuktian Vincent Kompany. Dari degradasi di tim kecil menuju tahta juara di tim raksasa. Namun sebelum menikmati kisah tersebut, jangan lupa untuk menekan tombol subscribe dan menyalakan lonceng notifikasi agar kamu nggak ketinggalan update menarik lainnya dari Starting Eleven Story.

Kemunduran Bayern Munchen dan Keraguan Terhadap Vincent Kompany

Musim lalu, untuk ukuran klub sebesar Bayern Munchen, hasil akhir yang mereka dapatkan nyaris tak bisa diterima akal sehat. Bukan juara, bukan runner-up, bahkan bukan sekadar tersandung di tikungan akhir. Sang raksasa Bavaria, hanya mampu finis di posisi ketiga Bundesliga, di bawah Bayer Leverkusen dan VfB Stuttgart. Sebuah catatan yang begitu kontras dengan dominasi mereka selama lebih dari satu dekade terakhir di tanah Jerman.

Di bawah arahan Thomas Tuchel, Bayern terlihat kehilangan arah. Konsistensi luntur, aura juara menguap, dan untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir, “Mia San Mia” terdengar seperti slogan usang tanpa taring. Tuchel yang sempat dielu-elukan saat pertama datang, akhirnya menjadi simbol dari musim 2023/24 yang gagal.

Maka, saat musim panas datang, perubahan harus dilakukan. Bayern Munchen butuh pelatih baru. Seseorang yang mampu mengembalikan dominasi. Seseorang dengan kapasitas dan kharisma tinggi. Nama-nama besar sempat dikaitkan seperti Xabi Alonso, Julian Nagelsmann, hingga Zinedine Zidane. Tapi dari semua nama yang beredar, pilihan akhir justru mengejutkan.

Dan seperti kilatan petir di langit Allianz Arena, pengumuman itu disambut dengan keheningan penuh tanda tanya. Bagaimana mungkin klub sebesar Bayern, yang lapar akan trofi, menyerahkan kendali tim kepada seorang pelatih yang baru saja membawa klub lain terdegradasi?

Ya, Vincent Kompany datang dengan bayang-bayang kelam dari Inggris. Bersama Burnley, di musim sebelumnya ia tak mampu bersaing di Premier League. Meski sempat memikat di Championship dengan gaya bermain atraktif dan hasil impresif, kenyataannya di kasta tertinggi Inggris, timnya menjadi bulan-bulanan. Alhasil, ketika musim berakhir, mereka pun harus menerima kenyataan pahit yakni terdegradasi.

Hal ini pun berujung pada pemecatan Kompany. Maka tak heran jika penunjukan pelatih berusia 39 tahun ini dianggap oleh sejumlah media sebagai sesuatu yang mengejutkan. Meski banyak juga yang berusaha berpikir positif, tapi tak sedikit juga yang fans yang berseru pesimistis

Bagaimana mungkin seorang pelatih yang baru saja gagal di Premier League bisa membawa Bayern kembali ke singgasana Bundesliga? Pertanyaan semacam itu menggema di kepala para fans dan publik Allianz Arena pun butuh jawaban segera.

Media dan fans boleh meragu, namun manajemen Bayern melihat sesuatu dengan kaca mata yang berbeda. Mereka melihat visi. Mereka melihat keberanian. Dan yang terpenting, mereka melihat  Kompany sebagai pelatih muda dengan potensi besar yang cocok dengan identitas klub.

Max Eberl dan Christoph Freund, dua figur penting di manajemen Bayern, berdiri teguh di belakang Kompany. Mereka yakin, meski masih cukup hijau di dunia kepelatihan, Kompany punya sesuatu yang spesial. Sosok pemimpin dengan karakter kuat, filosofi sepak bola progresif, dan kepribadian yang mampu menjaga harmoni di ruang ganti. 

Kompany Menjawab Ragu, Hantar Bayern Jadi Nomor 1 Lagi

Apa yang diyakini oleh dua petinggi Die Roten terbukti benar. Kompany bisa menjawab semua keraguan dengan kemenangan demi kemenangan. Sejak pekan pertama Bundesliga musim ini, perubahan Bayern terasa nyata. Bukan hanya dari hasil, tapi dari cara bermain. Kompany kembali memperkenalkan sepak bola berani, menyerang, dan intens. Ball possession tinggi, rotasi pemain dinamis, pressing ketat saat kehilangan bola. 

Harry Kane tajam, Jamal Musiala semakin matang, dan Leroy Sane kembali menemukan performa terbaik. Di belakang, Matthijs de Ligt dan Kim Min-jae membentuk tembok kokoh yang disiplin. Bayern menjadi mesin penghancur lagi. Mereka mencetak gol demi gol, memainkan sepak bola menyerang yang menghibur, dan lebih dari itu: mereka terlihat lapar.

Namun jalan menuju gelar tidak semudah itu. Bayer Leverkusen asuhan Xabi Alonso masih menjadi pesaing yang mengancam. Beberapa laga penting menjadi ujian nyata bagi Kompany dan Bayern. Duel dua kali melawan Leverkusen dan Borussia Dortmund sama-sama berakhir imbang. Klub pesaing dan rival sengit ini mampu menahan laju The Bavarians.

Mereka juga sempat merasakan kekalahan dan hasil imbang di dua pekan krusial beruntun. Namun Kompany tahu: juara ditentukan oleh cara bangkit, bukan cara jatuh. Di pekan ke-30, Bayern mengamuk. Mereka menghancurkan Heidenheim dengan skor telak 4-0.

Anak asuh Kompany bermain tajam, cepat, dan tanpa ampun. Sebuah pernyataan bahwa mereka ingin segera memastikan gelar juara. Dan pernyataan itu diperkuat di laga berikutnya: Bayern membantai Mainz dengan tiga gol tanpa balas.

Alhasil Bayern cuma butuh satu kemenangan lagi untuk mengunci gelar. Kabar buruknya, di pekan ke-32, Bayern bertandang ke markas RB Leipzig yang dengan penuh kesadaran bakal mempersulit langkah sang tamu. Benar saja,  Die Roten Bullen tampil ngotot dan sempat unggul dua gol di babak pertama. Namun, entah motivasi dan energi macam apa yang disuntikan Kompany ke anak asuhnya hingga di babak kedua, kurang dari dua menit Bayern menyamakan kedudukan. Lalu di menit 83, gol Leroy Sane mempercepat status juara.

Harry Kane pun tampak sudah bersiap merayakan gelar perdananya. Namun sebelum wasit benar-benar meniup peluit panjang, Yussuf Poulsen mencetak gol. Apa mau dikata, laga berakhir imbang 3-3 dengan sangat dramatis. Harapan juara Bayern pun sempat tertunda dan mau nggak mau mereka tak bisa memastikan dengan usaha sendiri. Harus bergantung pada laga Bayer Leverkusen keesokan harinya. 

Beruntunglah Dewi Fortuna memihak pada perjuangan anak asuh Kompany. Leverkusen harus puas ditahan imbang oleh Freiburg. Hasil itu memastikan Bayern Munchen juara Bundesliga dengan dua laga tersisa. Drama pun mencapai klimaks. Semua keraguan terbungkam. Vincent Kompany, pelatih yang pada mulanya diremehkan, kini mengangkat trofi Bundesliga di musim perdananya.

Rahasia Sukses Vincent Kompany di Musim Perdana

Kesuksesan Kompany ini pun selaras dengan keyakinan manajemen di awal. Bahwa pertama, Kompany punya kapabilitas kepemimpinan, eks kapten Manchester City dan Timnas Belgia ini tahu bagaimana menjaga atmosfer ruang ganti tetap positif. Ia bukan hanya pelatih, tapi juga pemimpin yang dipercaya pemain. Ia mendengarkan, tapi juga tegas.

Kedua, filosofi bermain. Kompany tidak berkompromi dalam prinsip, bahwa sepak bola yang disajikannya harus menyerang, dinamis, dan atraktif. Filosofi ini sejalan dengan DNA Bayern yang sejak lama dikenal sebagai tim ofensif. Pemain menyukai itu. Fans juga menyukai itu. Dan yang terpenting: hasil mengikuti.

Ketiga, dukungan manajemen. Eberl dan Freund tidak hanya memberikan kepercayaan di awal musim, tapi juga menyediakan dukungan penuh sepanjang musim. Tidak ada intervensi, tidak ada tekanan berlebihan. Yang ada hanyalah kepercayaan pada visi jangka panjang.

Dan meskipun semua pujian kini mengarah padanya, Vincent Kompany tetap rendah hati. Ia tidak menepuk dada. Ia tidak berbicara lantang tentang pembuktian. Ia hanya tersenyum, berkata bahwa ini semua karena kerja tim, dan bahwa musim depan akan lebih sulit.

Namun, satu hal pasti kini Kompany bukan lagi pelatih yang hanya dikenal karena degradasi bersama Burnley. Ia kini adalah pelatih juara Bundesliga bersama Bayern Munchen. Pertanyaannya kemudian, akankah Vincent Kompany membawa Bayern lebih jauh lagi? Ke puncak kejayaan Eropa? Dan kembali membungkam para pengkritik dengan cara yang lebih hebat?

https://www.youtube.com/watch?v=e0QUn0wvbt8&t=1s

Berita Bola Terbaru 6 Mei 2025 – Starting Eleven News

HASIL PERTANDINGAN

Nottingham Forest tertahan oleh Crystal Palace saat melawat ke Selhurst Park dengan skor 1-1. Eberechi Eze bawa tuan rumah unggul lebih dulu lewat penalti menit 60. Forest selamat dari kekalahan dengan sumbangan gol Murillo dos Santos menit 64. Atas hasil ini, Forest gagal samai jumlah poin Newcastle United dan Chelsea.

Dari La Liga, Girona menang tipis 1-0 saat menjamu Mallorca di Estadio Montilivi. Gol semata wayang Los Gironistes lahir dari Christian Stuani menit 10. Kemenangan ini sudah cukup kerek posisi Girona menjauh dari zona merah di posisi 15 dengan 38 poin. 

Pindah ke Serie A, AC Milan kunci tiga poin kala berkunjung ke Luigi Ferraris, markas Genoa dengan skor 1-2. Satu gol tuan rumah datang dari Vitor Oliveira menit 67. Sementara dua gol Rossoneri hadir lewat Rafael Leao menit 76 dan bunuh diri Morten Frendrup menit 77. Hasil tak mengubah posisi Milan di tempat ke 9 dengan 57 poin. 

TRENT ALEXANDER-ARNOLD RESMI BERPISAH DENGAN MERSEYSIDE MERAH

Usai sudah drama transfer yang melibatkan Trent Alexander-Arnold, setelah sang pemain secara resmi mengumumkan perpisahannya dengan Liverpool mulai musim depan. Melansir dari The Sun, bek kanan berusia 26 tahun itu telah mengunggah video di kanal Instagramnya yang berisi pesan untuk angkat kaki setelah habiskan waktu 20 tahun bersama Liverpool. Trent yang merupakan jebolan akademi Liverpool itu telah menganggap The Anfield Gang sebagai rumah yang telah memberinya banyak hal berharga. Kini, Trent akan pindah ke Real Madrid dengan status free agent.  

5 CALON PENGGANTI TRENT ALEXANDER-ARNOLD DI BEK KANAN

Seiring kepergian Trent Alexander-Arnold ke Madrid, muncul beberapa calon penggantinya untuk menempati sektor bek kanan Liverpool selanjutnya. Mengutip dari Mirror, ada lima nama yang mencuat untuk jadi pilihan Arne Slot tutup kebocoran lini belakang. Mereka adalah Conor Bradley, Denzel Dumfries, Jeremie Frimpong, Lutsharel Geertruida, dan Wesley Franca. Bradley merupakan pemain muda Liverpool yang mungkin jadi penerus alami Trent. Dumfries tampil cemerlang bersama Inter. Frimpong jadi bek paling efektif di Jerman saat ini, Geertruida aset berharga RB Leipzig, dan Franca bisa jadi opsi potensial dari Flamengo. 

PALACE IKUT DALAM BURSA PEMBELIAN JOBE BELLINGHAM

Memiliki potensi besar untuk ikuti jejak sang kakak sebagai pemain berbakat Inggris, membuat Crystal Palace memilih ikut dalam bursa pembelian Jobe Bellingham dari Sunderland. Menurut Goal, Palace tengah mengincar Jobe sebagai pengganti ideal untuk Eberechi Eze. Gelandang berusia 19 tahun tak menutup pintu untuk keluar dari The Black Cats dan mencari petualangan baru. Walau tampil impresif, Sunderland sadar kalau Jobe akan meninggalkan mereka. Satu-satunya cara untuk mempertahankannya adalah promosi ke Premier League via play-off Championship. 

TUCHEL DILEMA LEPAS PEMAIN TIMNAS KE PIALA DUNIA ANTARKLUB

Jelang pagelaran Piala Dunia Antarklub 2025 yang berlangsung Juni nanti, pelatih Timnas Inggris, Thomas Tuchel merasakan dilema untuk melepas pemain The Three Lions yang membela klubnya. Mengabarkan dari BBC, Tuchel khawatir Inggris tak bisa diperkuat pemain-pemain terbaik yang lebih memilih Piala Dunia Antarklub, dibanding membela lambang tiga singa. Diketahui, Inggris akan jalani laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Andorra di Barcelona pada tanggal 7 Juni, dan pertandingan persahabatan melawan Senegal di Nottingham tiga hari kemudian. Kedua laga tersebut hanya berselang beberapa hari sebelum pembukaan Piala Dunia Antarklub di Amerika. 

BERHASIL DAPATKAN TAA, PEREZ SIAP REKRUT PEMAIN LIGA INGGRIS LAIN

Beralih ke sepak bola Spanyol. Setelah berhasil menyelesaikan transfer Trent Alexander-Arnold, Florentino Perez mengaku siap untuk memboyong pemain lainnya dari Liga Inggris. Melaporkan dari Sport Bible, Madrid dikabarkan berencana meniru strategi transfer mereka saat menggoda Trent Alexander-Arnold untuk merekrut bintang Liga Inggris lainnya. Salah satu yang diminati Madrid adalah William Saliba yang sedang di persimpangan, antara bertahan di Arsenal atau terima tawaran ke ibukota Spanyol. El Real terus mengamati perkembangan Saliba dan bila terjadi deadlock antara Arsenal dan sang pemain, Madrid sudah siap mengambil bek asal Prancis itu. 

DON CARLO CAPAI KESEPAKATAN HENGKANG DARI BERNABEU

Masih dari Madrid, akhirnya ada kejelasan terkait masa depan Carlo Ancelotti yang sudah mencapai kesepakatan dengan Florentino Perez terkait kepergiannya dari Santiago Bernabeu. Melansir dari Daily Mail, Madrid telah setuju membayar uang pesangon untuk Don Carlo yang kontraknya habis musim depan. Dengan begitu, pria asal Italia tinggal menentukan pelabuhan barunya sebagai pelatih. Ada kabar berhembus yang mengatakan kalau Ancelotti tidak berminat untuk bergabung sebagai pelatih baru Timnas Brasil. Sedangkan di saat bersamaan, disinyalir muncul tawaran menggiurkan dari Arab Saudi pada mantan nakhoda AC Milan itu. 

SUASANA RUANG GANTI BARCA FULL SENYUM JELANG HADAPI INTER

Dari Barcelona, Dani Olmo mengungkapkan kalau saat ini, kondisi ruang ganti Blaugrana tampak gembira dan santai jelang duel tandang ke Giuseppe Meazza. Melansir dari Football Italia, Olmo menerangkan bahwa pemain Barcelona merasa tak terbebani dan terlihat bersenang-senang hanya beberapa jam sebelum pertandingan Liga Champions yang menentukan melawan Inter. Ia mengamati kalau pasukan Hansi Flick kembali bugar, penuh energi positif, dan sangat termotivasi melangkah ke final sejak 2015. Mantan pemain RB Leipzig itu memiliki tujuan yang sama dengan rekannya, yakni menang atas La Beneamata

RAYAKAN ULTAH ALLIANZ ARENA, MUNCHEN RILIS JERSEY TANDANG BARU

Terbang ke Jerman. Demi merayakan ulang tahun Allianz Arena yang ke-20 tahun, juara Bundesliga, Bayern Munchen merilis jersey tandang untuk musim depan yang terinspirasi dari stadion kebanggaan mereka. Mengutip dari 90min, jersey buatan Adidas ini punya warna dasar putih, dengan tampilan pola abu-abu dan koral. Ternyata, motif itu menggambarkan corak luar dari bangunan Allianz Arena. Rencananya, jersey tersebut akan dikenakan pertama kali saat laga kandang terakhir Bundesliga musim ini, menghadapi Borussia Monchengladbach 10 Mei nanti. 

DARI NUNO SAMPAI MOU, AL-HILAL CARI PELATIH SECEPATNYA

Menuju Jazirah Arab. Klub kaya raya Arab Saudi, Al-Hilal semakin gencar mencari pelatih baru secepatnya menggantikan Jorge Jesus, untuk persiapan hadapi Piala Dunia Antarklub. Menurut Talksport, tercetus beberapa kandidat yang diteropong oleh Al-Hilal, dan akan segera disiapkan tawaran. Mulai dari Nuno Espirito Santo, Marco Silva, hingga Jose Mourinho. Khusus untuk Mou, Al-Hilal memang belum melakukan pendekatan resmi kepada pelatih legendaris tersebut dari Fenerbahce. Dengan dimulainya Piala Dunia Antarklub pada 15 Juni, Al Hilal bermaksud melakukan proses penggantian pelatih baru yang cepat. 

MANTAN PELATIH AUSTRALIA TUKANGI TIMNAS IRAK

Masih dari Asia Barat, tapi bergeser ke Irak. Mantan pelatih Timnas Australia, Graham Arnold akan menerima tawaran sebagai pelatih Timnas Irak yang baru untuk sisa pertandingan Kualifikasi Ronde Ketiga Piala Dunia 2026. Melaporkan dari Tribal Football, Arnold telah sepakat untuk menggantikan Jesus Casas yang dipecat dari timnas berjuluk Singa Mesopotamia itu. Menurut laporan dari media lokal Irak, Arnold akan ditunjuk hingga akhir Piala Asia 2027 di Arab Saudi, tetapi hanya dengan syarat bahwa Irak lolos ke Piala Dunia 2026. 

MAUNG JUARA, MUSIM DEPAN BISA PAKAI EMPAT BINTANG 

Dari sepak bola Indonesia, Persib telah dipastikan mengunci gelar Liga 1 musim 2024/2025, usai di tempat yang berbeda Persebaya hanya bermain imbang 3-3 atas Persik. Mengabarkan dari Bolasport, meski masih menyisakan tiga pertandingan, jumlah poin Maung Bandung tak mungkin terkejar oleh Dewa United dan Persebaya. Sebagai privilege karena menjadi penguasa Liga Indonesia, Persib berhak menyematkan tanda empat bintang di atas logo mereka pada jersey musim depan. Empat bintang tersebut punya makna kalau Persib sudah empat kali merajai sepak bola tanah air. 

INDONESIA IKUT BIDDING TUAN RUMAH PUTARAN 4 KUALIFIKASI PIALA DUNIA 2026

Sementara itu, PSSI telah mengumumkan kalau Indonesia ikut proses bidding menjadi tuan rumah putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Melansir dari Bolasport, kabar itu disampaikan oleh anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga yang mengatakan kalau PSSI tak perlu gembar-gembor dulu untuk ikut bidding ini. Arya mengatakan kalau AFC memperbolehkan negara yang lolos ke putaran keempat, untuk menawarkan diri sebagai tuan rumah. Sejauh ini, Indonesia harus bersaing dengan China, Irak, dan Uni Emirat Arab untuk dipilih AFC sebagai venue putaran keempat. 

PSSI TAK TAMBAH PEMAIN NATURALISASI BARU

Masih soal Timnas Indonesia, PSSI sepakat untuk tidak menambah pemain naturalisasi baru dalam waktu dekat, termasuk ketika Skuad Garuda menghadapi China dan Jepang. Mengutip dari Bolanet, PSSI memastikan tidak akan ada pemain baru untuk Timnas Indonesia. Alasannya, federasi menganggap deretan pemain yang dipanggil saat hadapi Australia dan Bahrain lalu sudah bermain baik dan padu. Lebih lanjut, PSSI akan meminta Patrick Kluivert untuk mempertahankan sebagian besar skuad sebelumnya, saat pemusatan latihan berikutnya. 

TRIO BIG SIX EPL LOBI MADRID UNTUK LEPAS RODRYGO

Pesona Rodrygo Goes bersama baju kebesaran Real Madrid musim ini, rupanya memikat perhatian dari tiga tim besar Premier League untuk coba merayunya pindah ke Inggris. Melansir dari 90min, Arsenal jadi nama baru yang ikut meramaikan persaingan merebut hati pemain Brasil berusia 24 tahun itu. Sebelum The Gunners, dikabarkan sudah ada Liverpool dan Manchester United yang berminat datangkan Rodrygo. Saat ini, eks pemain Santos itu punya market value yang dipasang Madrid sebesar 100 juta euro. 

ARTETA HADAPI TEKANAN PEMECATAN USAI RENTETAN RAPOR BURUK

Pasca didera rentetan hasil buruk di liga maupun Eropa, membuat Mikel Arteta tengah dihadapkan dengan tekanan pemecatan di akhir musim ini. Mengutip dari Football Insider, petinggi Meriam London mulai muak dengan pria asal Spanyol, seusai kekalahan atas Bournemouth di kandang sendiri. Hasil itu memperburuk kondisi tim yang saat ini tengah tertinggal agregat dari PSG. Sumber terdekat klub London Utara menyebut, bila musim ini Arsenal kembali tak dapat satupun piala, maka tak ada lagi kata maaf untuk Mikel Arteta.

MASIH LAYAK DI EPL, SPURS DIDESAK ANGKUT VARDY

Menuju sisi London yang lain. Tottenham Hotspur didesak oleh mantan pemainnya sendiri, Jamie O’Hara untuk mengangkut Jamie Vardy yang telah umumkan perpisahan dengan Leicester City. Menurut Caughtoffside, O’Hara menilai bahwa Vardy masih layak untuk bermain di Premier League, dan dirinya adalah tipikal penyerang yang lebih baik dibandingkan Richarlison dan Mathys Tel. Lebih lanjut, Vardy adalah sosok goal getter yang tepat untuk mendampingi Dominic Solanke yang tak tergantikan sebagai penyerang utama The Lilywhites. 

PERPANJANGAN KONTRAK MANDEK, MADRID PERLAHAN DEKATI THEO

Menyeberang ke Spanyol. Melihat situasi perpanjang kontrak Theo Hernandez bersama Milan yang jalan di tempat, membuat Real Madrid gerak perlahan untuk dekati bek berpaspor Prancis tersebut. Mengabarkan dari Tribal Football, raksasa Spanyol sedang memantau situasi kontrak pemain berusia 27 tahun itu di Milan yang buntu karena munculnya keraguan mengenai kesepakatan baru. Madrid percaya diri bisa memulangkan kembali Theo dengan tawaran cukup 20 juta euro saja pada Il Diavolo Rosso. Milan sendiri tampaknya lebih memilih melepas Theo dengan bayaran, daripada membiarkannya free agent. 

MESKI MELEGENDA, TOTTI TAK AKAN MAU JADI PELATIH

Dari ibukota Italia, meski namanya melegenda sebagai pemain kebanggaan Italia dan AS Roma, rupanya tak membuat Francesco Totti tertarik sedikitpun untuk melanjutkan karir sebagai pelatih. Melaporkan dari Calciomercato, pria yang dulu berjuluk Il Capitano De Roma itu mengatakan kalau dirinya tak punya watak yang baik untuk menjadi pemimpin tim di pinggir lapangan dan ruang ganti. Totti mengakui kalau dirinya terlalu intuitif dan orang yang sinis, bahkan sensitif. Baginya, seorang pelatih tak boleh punya watak-watak demikian, agar menciptakan tim yang harmonis dan satu visi. 

DEMBELE AKAN TERSEDIA SAAT LEG KEDUA SEMIFINAL UCL 

Kabar bahagia datang untuk fans PSG, setelah salah satu pemain kunci klub kaya Prancis, Ousmane Dembele akan tersedia saat leg kedua semifinal Liga Champions kontra Arsenal di Paris. Melansir dari L’equipe, Dembele yang dinyatakan cedera usai mencetak gol di pertemuan pertama, dikabarkan akan mengikuti pemusatan latihan bersama rekannya jelang menjamu wakil Inggris. Kembalinya mantan penyerang Borussia Dortmund ini menenangkan hati fans yang gusar, setelah PSG kalah lagi di Ligue 1 atas Strasbourg.

MOURINHO CARI MASALAH LAGI DI LIGA TURKI

Jose Mourinho tampaknya masih belum puas cari gara-gara di Liga Turki musim ini. Menurut Goal, usai pernah mencengkeram hidung pelatih Galatasaray, kini The Special One dengan nada kesal menuduh kalau kemenangan Galatasaray atas gelar liga musim ini sudah diatur  sejak awal. Hal itu ia sampaikan saat Fenerbahce kalah dari Besiktas. Atas hasil itu, Fenerbahce kini terpaut delapan poin dari Galatasaray, dengan liga yang menyisakan empat laga lagi. Mourinho menyoroti keputusan wasit yang tak berpihak pada timnya, seakan sudah disiapkan untuk membuat Fenerbahce makin tertinggal dari Galatasaray. 

BELUM SESUAI HARAPAN, POSISI MASCHERANO DI MIAMI BELUM AMAN

Pindah ke Amerika Serikat. Laju Inter Miami yang tersendat di awal musim 2025, termasuk kekalahan di semifinal Liga Champions Concacaf, mengakibatkan posisi Javier Mascherano sebagai pelatih belum aman. Melaporkan dari Goal, tiga kekalahan dalam sepuluh hari, sangat memalukan menurut pihak Miami, dan membuat kepercayaan mereka pada pria Argentina tergerus. Begitupun dengan fans yang menganggap Mascherano belum sesuai harapan dan tak cukup kuat untuk mengurus Miami yang diperkuat mantan rekan Mascherano di Barca, yakni Messi, Suarez, dan Alba. 

MEDIA CHINA PREDIKSI INDONESIA KALAH DARI JEPANG

Kembali ke berita seputar sepak bola Indonesia. Salah satu media asal China, yaitu 163.com memprediksi secara blak-blakan kalau Timnas Indonesia akan dipermak oleh Jepang di laga penutup Kualifikasi Piala Dunia 2026. Melaporkan dari Superball, mereka mendoakan agar tim Garuda keok, sehingga Timnas China menggantikan mereka ke putaran keempat. Media itu juga sesumbar kalau negaranya bisa meraih empat poin tambahan, dan menyingkar Indonesia serta Bahrain. 

AREMA BISA KEMBALI PAKAI STADION KANJURUHAN

Sementara itu, momen yang dinanti oleh Aremania untuk melihat tim pujaan mereka kembali memakai Stadion Kanjuruhan tiba, setelah mendapat lampu hijau dari Pemerintah Kabupaten Malang. Melansir dari Okezone, pihak Arema sudah menjalin kerjasama dengan pemda agar Singo Edan bisa merumput lagi di Kanjuruhan yang sekarang punya wajah baru, usai direnovasi oleh Kementerian PUPR. Nantinya, Arema akan menggunakan Kanjuruhan untuk menjamu Persik dalam Derby Jatim pekan 32 Liga 1 Minggu, 11 Mei mendatang.