Kemarin Degradasi, Sekarang Juara Bundesliga! Vincent Kompany Kembalikan Kejayaan Bayern Munchen

spot_img

Banyak cara untuk merespon omongan nyinyir. Salah satunya dengan bersikap rendah hati. Selain itu, tentu saja dengan melakukan pembuktian yang bisa membalikan omongan tersebut. Vincent Kompany menempuh cara yang demikian. Ketika diragukan saat ditunjuk sebagai pelatih anyar Bayern Munchen, Kompany tak banyak cincong.  

Juru taktik asal Belgia ini tahu kalau fans The Bavarians tak bisa berpikir jernih lantaran kecewa dan menginginkan sosok terbaik. Kompany juga tahu apa yang harus diperbuat untuk menerbitkan kepercayaan dan memulihkan namanya yang sempat tercoreng lantaran Burnley terdegradasi di tangannya.

Inilah kisah pembuktian Vincent Kompany. Dari degradasi di tim kecil menuju tahta juara di tim raksasa. Namun sebelum menikmati kisah tersebut, jangan lupa untuk menekan tombol subscribe dan menyalakan lonceng notifikasi agar kamu nggak ketinggalan update menarik lainnya dari Starting Eleven Story.

Kemunduran Bayern Munchen dan Keraguan Terhadap Vincent Kompany

Musim lalu, untuk ukuran klub sebesar Bayern Munchen, hasil akhir yang mereka dapatkan nyaris tak bisa diterima akal sehat. Bukan juara, bukan runner-up, bahkan bukan sekadar tersandung di tikungan akhir. Sang raksasa Bavaria, hanya mampu finis di posisi ketiga Bundesliga, di bawah Bayer Leverkusen dan VfB Stuttgart. Sebuah catatan yang begitu kontras dengan dominasi mereka selama lebih dari satu dekade terakhir di tanah Jerman.

Di bawah arahan Thomas Tuchel, Bayern terlihat kehilangan arah. Konsistensi luntur, aura juara menguap, dan untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir, “Mia San Mia” terdengar seperti slogan usang tanpa taring. Tuchel yang sempat dielu-elukan saat pertama datang, akhirnya menjadi simbol dari musim 2023/24 yang gagal.

Maka, saat musim panas datang, perubahan harus dilakukan. Bayern Munchen butuh pelatih baru. Seseorang yang mampu mengembalikan dominasi. Seseorang dengan kapasitas dan kharisma tinggi. Nama-nama besar sempat dikaitkan seperti Xabi Alonso, Julian Nagelsmann, hingga Zinedine Zidane. Tapi dari semua nama yang beredar, pilihan akhir justru mengejutkan.

Dan seperti kilatan petir di langit Allianz Arena, pengumuman itu disambut dengan keheningan penuh tanda tanya. Bagaimana mungkin klub sebesar Bayern, yang lapar akan trofi, menyerahkan kendali tim kepada seorang pelatih yang baru saja membawa klub lain terdegradasi?

Ya, Vincent Kompany datang dengan bayang-bayang kelam dari Inggris. Bersama Burnley, di musim sebelumnya ia tak mampu bersaing di Premier League. Meski sempat memikat di Championship dengan gaya bermain atraktif dan hasil impresif, kenyataannya di kasta tertinggi Inggris, timnya menjadi bulan-bulanan. Alhasil, ketika musim berakhir, mereka pun harus menerima kenyataan pahit yakni terdegradasi.

Hal ini pun berujung pada pemecatan Kompany. Maka tak heran jika penunjukan pelatih berusia 39 tahun ini dianggap oleh sejumlah media sebagai sesuatu yang mengejutkan. Meski banyak juga yang berusaha berpikir positif, tapi tak sedikit juga yang fans yang berseru pesimistis

Bagaimana mungkin seorang pelatih yang baru saja gagal di Premier League bisa membawa Bayern kembali ke singgasana Bundesliga? Pertanyaan semacam itu menggema di kepala para fans dan publik Allianz Arena pun butuh jawaban segera.

Media dan fans boleh meragu, namun manajemen Bayern melihat sesuatu dengan kaca mata yang berbeda. Mereka melihat visi. Mereka melihat keberanian. Dan yang terpenting, mereka melihat  Kompany sebagai pelatih muda dengan potensi besar yang cocok dengan identitas klub.

Max Eberl dan Christoph Freund, dua figur penting di manajemen Bayern, berdiri teguh di belakang Kompany. Mereka yakin, meski masih cukup hijau di dunia kepelatihan, Kompany punya sesuatu yang spesial. Sosok pemimpin dengan karakter kuat, filosofi sepak bola progresif, dan kepribadian yang mampu menjaga harmoni di ruang ganti. 

Kompany Menjawab Ragu, Hantar Bayern Jadi Nomor 1 Lagi

Apa yang diyakini oleh dua petinggi Die Roten terbukti benar. Kompany bisa menjawab semua keraguan dengan kemenangan demi kemenangan. Sejak pekan pertama Bundesliga musim ini, perubahan Bayern terasa nyata. Bukan hanya dari hasil, tapi dari cara bermain. Kompany kembali memperkenalkan sepak bola berani, menyerang, dan intens. Ball possession tinggi, rotasi pemain dinamis, pressing ketat saat kehilangan bola. 

Harry Kane tajam, Jamal Musiala semakin matang, dan Leroy Sane kembali menemukan performa terbaik. Di belakang, Matthijs de Ligt dan Kim Min-jae membentuk tembok kokoh yang disiplin. Bayern menjadi mesin penghancur lagi. Mereka mencetak gol demi gol, memainkan sepak bola menyerang yang menghibur, dan lebih dari itu: mereka terlihat lapar.

Namun jalan menuju gelar tidak semudah itu. Bayer Leverkusen asuhan Xabi Alonso masih menjadi pesaing yang mengancam. Beberapa laga penting menjadi ujian nyata bagi Kompany dan Bayern. Duel dua kali melawan Leverkusen dan Borussia Dortmund sama-sama berakhir imbang. Klub pesaing dan rival sengit ini mampu menahan laju The Bavarians.

Mereka juga sempat merasakan kekalahan dan hasil imbang di dua pekan krusial beruntun. Namun Kompany tahu: juara ditentukan oleh cara bangkit, bukan cara jatuh. Di pekan ke-30, Bayern mengamuk. Mereka menghancurkan Heidenheim dengan skor telak 4-0.

Anak asuh Kompany bermain tajam, cepat, dan tanpa ampun. Sebuah pernyataan bahwa mereka ingin segera memastikan gelar juara. Dan pernyataan itu diperkuat di laga berikutnya: Bayern membantai Mainz dengan tiga gol tanpa balas.

Alhasil Bayern cuma butuh satu kemenangan lagi untuk mengunci gelar. Kabar buruknya, di pekan ke-32, Bayern bertandang ke markas RB Leipzig yang dengan penuh kesadaran bakal mempersulit langkah sang tamu. Benar saja,  Die Roten Bullen tampil ngotot dan sempat unggul dua gol di babak pertama. Namun, entah motivasi dan energi macam apa yang disuntikan Kompany ke anak asuhnya hingga di babak kedua, kurang dari dua menit Bayern menyamakan kedudukan. Lalu di menit 83, gol Leroy Sane mempercepat status juara.

Harry Kane pun tampak sudah bersiap merayakan gelar perdananya. Namun sebelum wasit benar-benar meniup peluit panjang, Yussuf Poulsen mencetak gol. Apa mau dikata, laga berakhir imbang 3-3 dengan sangat dramatis. Harapan juara Bayern pun sempat tertunda dan mau nggak mau mereka tak bisa memastikan dengan usaha sendiri. Harus bergantung pada laga Bayer Leverkusen keesokan harinya. 

Beruntunglah Dewi Fortuna memihak pada perjuangan anak asuh Kompany. Leverkusen harus puas ditahan imbang oleh Freiburg. Hasil itu memastikan Bayern Munchen juara Bundesliga dengan dua laga tersisa. Drama pun mencapai klimaks. Semua keraguan terbungkam. Vincent Kompany, pelatih yang pada mulanya diremehkan, kini mengangkat trofi Bundesliga di musim perdananya.

Rahasia Sukses Vincent Kompany di Musim Perdana

Kesuksesan Kompany ini pun selaras dengan keyakinan manajemen di awal. Bahwa pertama, Kompany punya kapabilitas kepemimpinan, eks kapten Manchester City dan Timnas Belgia ini tahu bagaimana menjaga atmosfer ruang ganti tetap positif. Ia bukan hanya pelatih, tapi juga pemimpin yang dipercaya pemain. Ia mendengarkan, tapi juga tegas.

Kedua, filosofi bermain. Kompany tidak berkompromi dalam prinsip, bahwa sepak bola yang disajikannya harus menyerang, dinamis, dan atraktif. Filosofi ini sejalan dengan DNA Bayern yang sejak lama dikenal sebagai tim ofensif. Pemain menyukai itu. Fans juga menyukai itu. Dan yang terpenting: hasil mengikuti.

Ketiga, dukungan manajemen. Eberl dan Freund tidak hanya memberikan kepercayaan di awal musim, tapi juga menyediakan dukungan penuh sepanjang musim. Tidak ada intervensi, tidak ada tekanan berlebihan. Yang ada hanyalah kepercayaan pada visi jangka panjang.

Dan meskipun semua pujian kini mengarah padanya, Vincent Kompany tetap rendah hati. Ia tidak menepuk dada. Ia tidak berbicara lantang tentang pembuktian. Ia hanya tersenyum, berkata bahwa ini semua karena kerja tim, dan bahwa musim depan akan lebih sulit.

Namun, satu hal pasti kini Kompany bukan lagi pelatih yang hanya dikenal karena degradasi bersama Burnley. Ia kini adalah pelatih juara Bundesliga bersama Bayern Munchen. Pertanyaannya kemudian, akankah Vincent Kompany membawa Bayern lebih jauh lagi? Ke puncak kejayaan Eropa? Dan kembali membungkam para pengkritik dengan cara yang lebih hebat?

https://www.youtube.com/watch?v=e0QUn0wvbt8&t=1s

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru