Timnas Indonesia Tambah Pemain Keturunan Lagi, Pemain Lokal Kian Terkikis?

spot_img

Di sela-sela kesedihan publik tanah air saat timnas U-23 kalah dari Uzbekistan, mereka tiba-tiba heboh dengan kabar naturalisasi pemain keturunan. PSSI di bawah komando Erick Thohir gerak cepat mengevaluasi timnas dengan menambah amunisi pemain keturunan yang dibutuhkan Shin Tae-yong.

Tujuannya agar timnas makin kuat dan bisa lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Masih ada dua laga krusial menanti Juni nanti, yakni melawan Irak dan Filipina. Dengan amunisi tambahan ini, apakah komposisi skuad timnas akan lebih mengerikan? Atau justru hanya mengikis peran pemain lokal Liga 1?

Sebelum membahasnya, baiknya subscribe dulu dan nyalakan loncengnya agar nggak ketinggalan konten menarik dari Starting Eleven Story.

Amunisi Baru Timnas

Maret lalu Coach Shin Tae-yong sempat terbang langsung ke Belanda untuk memantau pemain keturunan yang jadi incarannya. Coach Shin datangi satu per satu laga yang dilakoni pemain incarannya tersebut.

Pemain yang dipantau Coach Shin adalah Calvin Verdonk dan Jens Raven. Verdonk merupakan pemain NEC Nijmegen. Ia dipantau Coach Shin langsung di laga Eredivisie Nijmegen melawan Heerenveen. Lalu Jens Raven, pemain yang mukanya mirip Mudryk ini merupakan pemain klub Dordrecht U-21. Ia dipantau saat laga Dordrecht U-21 melawan klubnya Rafael Struick, Ado Den Haag U-21.

Dua bulan berlalu sejak pemantauan Coach Shin di Belanda, pada awal Mei 2024 Verdonk dan Raven akhirnya resmi diumumkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir sebagai pemain naturalisasi timnas berikutnya.

Tak ketinggalan, kiper klub Dallas FC, Maarten Paes juga ikut dalam paket tiga pemain baru naturalisasi timnas. Kiper yang sempat menggagalkan penalti Messi tersebut juga sudah mengambil sumpah WNI.

Timnas Penuh Pemain Keturunan

Dengan penambahan tiga amunisi baru tersebut, skuad Timnas Indonesia penuh sesak pemain keturunan. Posisi para pemain lokal di skuad inti Coach Shin juga bisa terancam oleh kedatangan pemain naturalisasi baru tersebut.

Yang tadinya posisi kiper inti mutlak milik pemain lokal seperti Ernando atau Nadeo, kini sudah ada Maarten Paes. Di bek kiri yang sering dihuni Pratama Arhan, sekarang bejibun pemain keturunan termasuk yang terbaru Calvin Verdonk.

Lalu di posisi penyerang, dengan datangnya Raven mungkin bisa mengancam kesempatan bermain Ramadhan Sananta maupun Hokky Caraka.

Sisi Positif

Namun begitu, Shin Tae-yong dan PSSI tak sembarangan menambah pemain keturunan. Pasti ada sebab. Toh mereka sudah belajar dari kegagalan program pemain naturalisasi timnas di zaman dulu.

Coach Shin sudah ciptakan standar pemain yang layak untuk dinaturalisasi. Syaratnya mereka harus pemain Grade A dan diprioritaskan bermain di kasta liga tertinggi seperti Eredivisie. Lalu muncullah pemain seperti Jay Idzes, Justin Hubner, Nathan Tjoe A-On, Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, hingga kini Maarten Paes dan Calvin Verdonk.

Proses naturalisasi pemain memang merupakan cara instan untuk meraih prestasi. Meski prestasi berupa trofi belum diraih, namun setidaknya dengan adanya program ini performa timnas jadi makin meningkat. Mayoritas rakyat Indonesia juga sudah merasakannya kok. Mungkin hanya beberapa yang masih nyinyir, termasuk si.., ah sudahlah..

Oh iya, dengan adanya para pemain naturalisasi tambahan ini, harusnya bisa dimaknai sebagai cara untuk menambah persaingan sehat dalam tim. Pemain lokal harusnya makin termotivasi untuk membuktikan bahwa mereka lebih baik dan layak.

Kesempatan Pemain Lokal Terkikis?

Namun namanya orang yang tak suka dan nyinyir terhadap penambahan pemain keturunan ini pasti tetap saja ada. Menurut mereka yang nyinyir, pasti program ini dianggap hanya akan membuat potensi pemain lokal terkikis. Pemain lokal di Liga 1 yang berkeinginan menembus skuad timnas, kini jadi makin susah karena banyaknya pemain Grade A tersebut.

Selain itu, banyak kritik yang ditujukan kepada Shin Tae-yong yang dinilai kurang bisa mengeksplore pemain lokal yang ada. Maaf saja ya, kini kondisinya kualitas kompetisi Liga 1 ya..masih gitu-gitu aja. Wajar sih kalau kalau Coach Shin tak banyak melirik pemain dari Liga 1.

Ada juga yang sampai membandingkan dengan Singapura atau Filipina yang dulu getol banget lakukan naturalisasi, namun kini hilang ditelan bumi. Mungkin ada benarnya, kenapa Singapura dan Filipina tak mampu melanggengkan program naturalisasinya yang sukses itu? Yang perlu dipelajari, mereka ternyata hanya larut dalam euforia naturalisasi namun lupa membenahi program kompetisi domestiknya.

Harus Seirama

Kini boleh saja PSSI dan Coach Shin melakukan program naturalisasi guna mendapatkan prestasi instan. Karena dengan begitu sepakbola Indonesia jadi makin disegani dunia. Kita tak ingin lagi jadi bangsa yang sepakbolanya dikenal hanya karena sebuah tragedi, korupsi, maupun skandal dualismenya saja. Indonesia ingin dikenal dunia dengan prestasi sepakbolanya.

Namun di samping itu, PSSI harus sangat serius memperbaiki kualitas liga dari akar rumput sekalipun. Kompetisi berjenjang yang berkualitas dari usia muda juga harus dimaksimalkan. Artinya, bukan asal jalan dan hanya untuk cari cuan saja. Jadi, kedepannya bisa lahir makin banyak pemain hebat dari liga lokal. Kita semua pasti ingin kok, suatu saat nanti tak lagi bergantung pada pemain keturunan.

Pemain Lokal Optimis Bisa Bersaing

Namun kini, keadaannya timnas masih membutuhkan pemain keturunan. Ada banyak ajang yang harus kita lakoni supaya membuahkan prestasi. Seperti Piala Asia U-23, Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, maupun Piala AFF 2024 nanti.

Toh dengan mengandalkan pemain keturunan, hasilnya mulai diapresiasi banyak pihak. Dunia bahkan sekarang takjub dengan performa Timnas Indonesia.

Bagi pemain lokal yang dianggap sebagian orang terpinggirkan, jangan takut. Bagi Ernando yang posisinya terancam oleh Maarten Paes, nggak usah minder. Nando harus membuktikan bahwa ia lebih baik dari Paes. Percaya deh.. kalau terus tampil gacor, Nando tetap akan jadi kiper inti Coach Shin.

Hadirnya Calvin Verdonk yang ditakutkan akan menggusur posisi Pratama Arhan juga tak usah dikhawatirkan. Lihat saja di Piala Asia U-23, Arhan nyatanya masih dimainkan terus oleh Coach Shin. Padahal, di posisi tersebut ada pemain keturunan seperti Nathan Tjoe A-On.

Lalu dengan hadirnya Jens Raven, striker lokal timnas seperti Ramadhan Sananta, Hokky Caraka harusnya berkaca. Mereka harus tambah terpacu untuk tampil gacor, agar dipercaya Coach Shin.

Yang jelas dengan adanya tambahan amunisi pemain keturunan, timnas makin optimis untuk menatap laga krusial melawan Irak dan Filipina di Juni nanti. Kalau untuk masalah perdebatan klasik pemain lokal dan keturunan, alangkah baiknya dikurangi dulu deh ya saat ini. Kita ini sedang fokus sebagai sebuah tim bernama Indonesia. Semua pemain sama derajatnya di lapangan.

Namun yang harus digarisbawahi, baik PSSI dan pemangku kepentingan lainnya, jangan lupakan sistem pembinaan usia muda dan sistem kompetisi domestik kedepannya agar jadi lebih baik. Hati-hati.. soal ini jangan sampai lalai dan disepelekan. Akibatnya bisa fatal!

Sumber Referensi : tvonenews, skor.id, bola.okezone, tribunnews, cnnindonesia, viva.co, goal.com

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru