Ketika Indonesia takluk 2-0 dari Uzbekistan, para oknum warganet pun mulai mencari-cari siapa yang patut disalahkan dari kekalahan ini. Dari mulai pengadil lapangan, VAR, hingga punggawa Timnas Indonesia itu sendiri tak lepas dari kritik.
Salah satu yang paling terdampak adalah Pratama Arhan. Mantan pemain PSIS Semarang itu terlibat kemelut di babak kedua yang menyebabkan dirinya mencetak gol bunuh diri. Hinaan pun menghujani akun media sosial Arhan. Tapi dirinya tetap merespons dengan tenang.
Sikapnya yang cenderung diam bukan tanpa sebab. Ternyata, hinaan dan cacian bukan hal baru baginya. Arhan telah melewati ribuan hinaan sebelum berada di titik sekarang. Lantas, bagaimana kisah Arhan melewati itu semua? Sebelum kita ulas bersama, kalian bisa subscribe dan nyalakan lonceng agar tak ketinggalan video terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Perjalanan yang Tak Mudah
Sebelum terkenal seperti sekarang, Pratama Arhan Alif Rifai hanyalah bocah kampung asli Blora. Perawakannya kecil, bahkan sedikit lebih kecil dari teman-teman sebayanya. Meski demikian, mimpinya sangat besar. Arho, sapaan akrabnya itu ingin menjadi pesepakbola profesional dan membela Timnas Indonesia suatu saat nanti.
Pada akhirnya mimpi itu tercapai, tapi bukan perkara mudah mewujudkannya. Perlu sekian liter tetes keringat yang dikeluarkan untuk berseragam Merah Putih. Saking beratnya perjuangan Arhan, dirinya bahkan sempat putus asa. Arho hampir saja mendaftar ke Angkatan Darat untuk meninggalkan mimpinya.
PSIS Semarang vs Bali United, Laga Perpisahan Pratama Arhan https://t.co/4X4grqoR2m pic.twitter.com/sFSF31tZcu
— Dlr (@Kou97ya) February 19, 2022
Namun, keluarganya terus memberi dukungan padanya. Terutama kakak laki-lakinya yang terus mengajak Arhan untuk berlatih. Keluarga Arhan di Blora benar-benar menanamkan mental bahwa mimpi harus dikejar, meski hanya bermodalkan sepatu bola berbandrol Rp25.000.
Mudah jebol memang, tapi berkat doa dan dukungan keluarga, semangat Arhan tak seringkih sepatunya. Arhan,terus berlari dan berlatih setiap hari. Usahanya pun tidak menghianati hasil. Setelah menimba ilmu di Putra Mustika Blora dan Terang Bangsa, Arhan akhirnya menembus PSIS Semarang pada tahun 2018.
PSIS begitu berjasa bagi Arhan. Di Semarang bakat Arhan mulai dikenal oleh publik Indonesia. Hingga pada akhirnya, ia kini menjadi andalan di Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong dan berkarir di Liga Korea Selatan bersama Suwon FC.
Singkat ceritanya begitu, akan menghabiskan waktu berjam-jam jika diceritakan secara rinci. Toh, hanya segelintir yang peduli pada proses yang dilewati Arhan. Meski telah mengharumkan nama Ibu Pertiwi di kancah internasional, pembenci tetaplah membenci. Mereka yang tak suka padanya tetap menemukan celah untuk menghina Arhan.
Diremehkan
Ada banyak cara bagi haters mengungkapkan ketidaksukaannya pada Pratama Arhan. Salah satunya dengan mengkritik gaya mainnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Arhan memiliki jurus rahasia, yakni lemparan ke dalam yang mematikan. Itu sering kali jadi senjata rahasia Timnas Indonesia kala menghadapi lawan-lawannya.
Walaupun lemparan milik Arhan membantu saat Timnas Indonesia menghadapi kebuntuan, para haters justru memandang bahwa Arhan cuma bisanya itu doang. Mereka tak menilai bagaimana umpan, teknik, dan bagaimana Arhan mengawal pertahanan Skuad Garuda.
Jahatnya lagi, menurut Bola Okezone, ada akun bernama @hakimgarispartners yang menyebut bahwa Arhan masuk tim nasional cuma modal lemparannya saja. Shin Tae-yong dinilai hanya membutuhkan lemparannya, bukan Arhan. Belum tahu aja, kalau lawan sangat menakuti lemparan kedalamnya.
Permainannya
Bukan cuma itu. Pada Oktober 2023, Arhan juga pernah jadi bulan-bulanan netizen pasca menghadapi Brunei Darussalam di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Biarpun Indonesia akhirnya menang 6-0, bek berusia 22 tahun itu dianggap kerap melepaskan umpan silang tanpa tujuan yang jelas.
Tapi, kali ini kritikan itu dengan dasar yang jelas. Sepanjang babak pertama, Lapang Bola mencatat bahwa Timnas Indonesia melepaskan sebelas crossing ke area pertahanan Brunei. Beberapa di antaranya berasal dari kaki Pratama Arhan. Sayangnya, tidak ada satu pun yang tepat sasaran.
Netizen pun mulai meragukan kapasitasnya. Apalagi kritikan yang datang dikuatkan dengan status Arhan di klubnya saat itu, Tokyo Verdy. Beberapa pundit online merasa permainan Arhan mulai menurun karena kurangnya menit bermain di Verdy. Kita semua tahu, selama satu tahun di Jepang, Arho cuma jadi camat, alias cadangan mati.
Arhan hanya tampil sebanyak tujuh kali bersama Tokyo Verdy. Hampir semuanya dimulai dari bangku cadangan. Di leg kedua melawan Brunei, Arhan pun tak dimainkan. Ia digantikan Shayne Pattynama.
Ancaman Pemain Naturalisasi
Nah, ketika Arhan digantikan Pattynama, para pundit online mulai membandingkan keduanya. Di sinilah terjadi pro dan kontra. Ada yang membela Arhan, tapi ada juga yang menyampaikan fakta bahwa Pattynama unggul telak dari Arhan. Dari segi jam terbang, teknik, dan ketenangan di lapangan. Untuk pembahasan lebih lengkapnya, Starting Eleven Story sudah pernah membahasnya lho.
Kembali ke pembahasan, perbandingan memang tak terelakan. Karena pada dasarnya hanya akan ada satu yang layak menempati posisi bek kiri di skuad utama nanti. Di saat perbandingan dengan Pattynama belum kelar, posisi Arhan kian terancam saat Shin Tae-yong dan PSSI banyak memanggil pemain keturunan berposisi bek kiri.
Di mulai dari datangnya Nathan Tjoe-A-On hingga yang terbaru ada Calvin Verdonk yang sedang menjalani proses perpindahan kewarganegaraan dari Belanda ke Indonesia. Ketiga pemain yang berposisi sama bakal mengancam posisi Arhan di masa yang akan datang.
Kehidupan Pribadi pun Kena
Dengan kualitas dan pengalaman yang jauh lebih baik, Arhan bisa saja terdepak dari posisi di tim utama. Dibutuhkan keteguhan hati dan kesabaran seluas samudera untuk melewati itu semua. Karena penurunan performa yang ditunjukan Pratama Arhan beberapa bulan lalu ternyata menjalar kemana-mana. Bahkan, ke kehidupan pribadinya.
Penyemangat Langsung Pratama Arhan.https://t.co/fQ9k3mNQ1x#Arhan #Timnas #NobarTimnas #AFC pic.twitter.com/2TvXKD3wC0
— Rekomendasi Produk (@Rekomendasisme) April 28, 2024
Pembahasannya sudah tidak di ranah sepakbola lagi. Menurunnya performa Arhan langsung dikaitkan dengan kisah cintanya yang dinilai terlalu bucin dengan Azizah Salsha. Mengutip dari Suara.com, beberapa warganet menyayangkan keputusan Arhan untuk menikah muda sehingga terlihat kurang fokus ketika bermain di lapangan. Kalau haters tuh gitu ya, ada aja yang dijulidin.
Kebangkitan Arhan
Untungnya, Pratama Arhan lahir dari keluarga yang kuat dan tahan banting. Mental baja yang dimiliki Arhan sudah terbentuk sejak dini. Ia sudah kenyang dengan hinaan semacam itu. Hinaan receh di media sosial bak sehelai bulu burung yang menggelitik di telinga Pratama Arhan.
Pasca penampilan buruk di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Arhan pun menjadikan hinaan sebagai motivasi. Arhan yang tak mau kalah saing dengan pemain-pemain keturunan selalu menambah porsi latihannya sendiri. Jika di Timnas Indonesia dan klub, Arhan kerap terlihat melakukan latihan angkat beban seusai latihan. Tujuannya jelas untuk meningkatkan massa otot dan kekuatan.
Di luar itu, Arhan juga kedapatan menyewa pelatih pribadi, Muhammad Wicaksono untuk mengasah kecepatan, stamina, akurasi umpan, hingga kekuatan lemparan ke dalamnya. Latihan tambahan ini dilakukan Arhan jelang Indonesia melakukan TC di Turki pada Desember tahun lalu.
Kerja keras dan dedikasi Arhan baik di lapangan maupun luar lapangan pun terbukti di tiga agenda Timnas, yakni Piala Asia, Kualifikasi Piala Dunia 2026, dan Piala Asia U-23. Punggawa Suwon FC itu menjadi andalan Coach Shin dan berhasil menampilkan permainan optimal. Posisinya hampir tak tergantikan. Ia solid, efektif, dan punya mental pejuang.
Penalti yang memastikan kemenangan kita. Pratama Arhan tenang mengeksekusi. Mentalitasnya 🔝🔝🔝
Kita cetak sejarah, masuk semifinal Piala Asia U23. Selangkah lagi kita ke Olimpiade.
Semoga sejarah itu tercipta Ya Allah 🤲🏻🤲🏻🤲🏻 pic.twitter.com/Mvxx9RkGH3
— Football Fandom (@FandomID_) April 25, 2024
Khusus di Piala Asia U-23, STY sampai menggeser Nathan Tjoe-A-On ke gelandang bertahan agar posisi bek kiri tetap diisi Pratama Arhan. Hasilnya sangat memuaskan, Nathan berhasil menunaikan tugasnya dengan baik dan Arhan berhasil membuktikan diri.
Bocah dari Blora itu bahkan jadi penentu kemenangan di drama adu penalti melawan Korea Selatan di 8 besar Piala Asia U-23. Kini, tugas Arhan adalah menjaga tren positif ini. Buktikan pada orang-orang yang nyinyir di belakangmu, bahwa pribumi tak akan kalah saing meski banyak pemain keturunan berdatangan.
https://youtu.be/9DEgfX7OOzg
Sumber: TV One, Suara, Bola Okezone