Jejak Si Cantik, Ratu Tisha, Sosok yang Bawa STY ke Indonesia

spot_img

Mengejutkan saat Ratu Tisha masuk bursa calon ketua umum di negara yang tidak memperhatikan sepak bola wanita. Di negara yang sangat patriarki, bisa-bisanya seorang perempuan dipercaya memimpin organisasi sepak bola yang identik dengan laki-laki?

Namun, akhirnya ia tidak menjadi ketua umum. Meski begitu, Ratu Tisha masih berada di PSSI. Ia membawa pengaruh positif di sepak bola Indonesia. Nah, seberapa hebat, sih perempuan yang satu ini?

Berikut adalah jejak si cantik, Ratu Tisha Destria. Namun, sebelum ke pembahasan jangan lupa subscribe dan nyalakan loncengnya agar tak ketinggalan video terbaru dari Starting Eleven Story.

Ratu Tisha dan Sepak Bola

Namanya Ratu Tisha Destria. Lahir di Jakarta, 30 Desember 38 tahun yang lalu. Semasa SMP, Tisha sudah gandrung pada olahraga. Alumni Institut Teknologi Bandung itu menekuni olahraga sofbol.

Mungkin kalau cedera tidak menghantam, Ratu Tisha tidak akan mengurus barang pecah belah seperti sepak bola Indonesia, melainkan bersaing dengan Yukiko Ueno. Namun, karena cedera, ia tak bisa melanjutkan minatnya itu, sementara ketertarikannya pada olahraga belum surut.

Di SMA, ia melihat teman-temannya bermain sepak bola. Dari sanalah, Ratu Tisha mengalihkan minatnya pada sepak bola. Bersama teman-temannya, kecintaannya pada sepak bola mendorongnya membentuk tim sepak bola yang dinamai 8 FC. Ia tidak menjadi pemain, melainkan manajernya.

[Wawancara Ratu Tisha di podcast]

Tisha sampai membuatkan website buat timnya. Hal itu belum pernah dilakukan di tim SMA mana pun saat itu. Kegemarannya pada sepak bola sebetulnya dipupuk sejak kecil. Tiap akhir pekan, sang ayah kerap mengajaknya menonton bola. Setelah mengelola tim di SMA, di perguruan tinggi, Tisha juga melakukan hal serupa.

Pontang-Panting Cari Ilmu

Lulus dari ITB tahun 2008, Tisha diterima di perusahaan minyak, Schlumberger. Ilmu di bidang eksplorasi data dan konflik manajemen ia serap dari perusahaan ini. Karena pekerjaan mengharuskannya berpindah-pindah dari Mesir, Amerika Serikat, Inggris, dan Tiongkok, Tisha pun menguasai lima bahasa sekaligus.

Konon yang menguasai bahasa, ia akan menguasai dunia. Ratu Tisha memanfaatkan penguasaannya dalam lima bahasa untuk mencari ilmu yang lebih luas. Kemampuan berbahasa asing ini jadi golden tiket yang membawanya ke seminar sepak bola internasional yang diadakan di Jepang, Belgia, dan Denmark.

Keahlian berbahasa ini juga menjadi shiratal mustaqim yang mengantarkannya ke program FIFA Master. Dengan bekal portofolio dan kegiatan seminar internasional tentang sepak bola yang diikutinya, Tisha mendaftarkan diri ke program tersebut.

Namun, Thomas Alfa Edison tidak menemukan bola lampu di percobaan pertamanya. Begitu pula Ratu Tisha tidak seketika masuk ke program FIFA Master saat pertama kali apply pada tahun 2011. Pantang menyerah adalah nama tengahnya. Gagal di percobaan pertama justru membuatnya makin giat memoles portofolio.

Tisha tidak hanya mengikuti Football Conference and Science di Nagoya, Jepang dan World Soccer Science di Belgia, namun ia juga mendirikan perusahaan statistik sepak bola, LabBola. Sekarang perusahaan ini sudah tutup.

Dulu, LabBola menyediakan data statistik untuk tim lokal seperti Persebaya, Persija, dan Bali United. LabBola juga terlibat dalam liputan statistik AFC Futsal Club Championship tahun 2010, bermitra dengan media dalam negeri seperti Bola dan Juara Net, juga media luar negeri seperti FourFourTwo.

FIFA Master

Kalau tidak salah, Tisha mendaftar lagi ke program FIFA Master tahun 2014. Ia bersungguh-sungguh supaya diterima dalam program itu. Tisha mengikuti sesi wawancara dan membuat setidaknya 17 esai tentang olahraga agar diterima. Menurutnya, menulis 17 esai menjadi tantangan terberat.

FIFA Master sendiri program yang menjanjikan. 90% dananya berasal dari FIFA. Program ini ditujukan untuk mahasiswa yang ingin belajar manajemen olahraga, dengan menggandeng tiga universitas: De Montfort University di Leicester, SDA Bocconi di Milan, dan Universite de Neuchatel di Neuchatel.

Pada waktu itu ada sekitar 6.400 orang yang mendaftar dari seluruh dunia. Namun, hanya 28 orang yang diterima, termasuk Ratu Tisha. Tisha saat itu menjadi orang pertama dari Indonesia yang ikut program FIFA Master. 

Ada empat inti dalam pengelolaan olahraga yang dipelajarinya di sana: nilai budaya, nilai olahraga, aspek sosial, dan tentu saja aspek bisnis. Setelah lulus Tisha mendapat sertifikat dari Pusat Studi Olahraga Internasional atau dikenal CIES.

Sekjen Perempuan Pertama PSSI

Setelah cukup ilmu, Tisha pulang ke Indonesia. Ia dibutuhkan untuk membangun persepakbolaan tanah air. Tahun 2016, Tisha diberi mandat Direktur Kompetisi Indonesia Soccer Championship. Tisha juga dilibatkan dalam ajang pramusim Piala Presiden tahun 2017.

Karier Tisha lalu melejit dengan menduduki jabatan Sekretaris Jenderal atau Sekjen PSSI tahun 2017. Namun, perjalanan menjadi Sekjen PSSI tak mulus-mulus amat. Ia harus bersaing dengan 30 orang lainnya pada proses seleksi Mei 2017, setelah Sekjen PSSI lama, Ade Wellington mengundurkan diri.

Ratu Tisha lolos lima besar. Ia menjadi satu-satunya perempuan yang lolos. Tisha pun melewati fit and proper test dan sah menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan sekjen PSSI. Ia mengalahkan keempat calon sekjen lainnya yang semuanya laki-laki.

Namun, perjalanannya sebagai sekjen seperti pembangunan jalan desa yang dananya disunat untuk membeli Alphard. Tahun 2019 Tisha pernah disoraki penonton dan diminta meninggalkan tribun. Itu terjadi di final leg kedua Piala Indonesia antara PSM Makassar vs Persija Jakarta di Stadion Andi Mattalatta.

Tidak hanya, Tisha pernah diminta mundur dari jabatannya karena berurusan dengan Satgas Mafia Bola pada pertengahan tahun 2019. Ia menjadi saksi kasus dugaan pengaturan pertandingan antara PSS Sleman vs Madura FC di Liga 2 awal tahun 2019.

Menjadi Wakil Presiden AFF

Namun, hal-hal tadi tak mematahkan karier Tisha. Seperti kafilah, ia tetap berlalu walau anjing terus menggonggong. Pada Kongres Luar Biasa AFF, 22 Juni 2019 di Laos, Tisha terpilih sebagai Wakil Presiden AFF periode 2019-2023. Ia menjadi perempuan pertama yang menduduki jabatan wakil presiden di organisasi sepak bola Asia Tenggara tersebut.

Tisha bertandem dengan nama-nama seperti Dato Sri Francisco Kalbuadi Lay (Timor Leste), Lim Kia Tong (Singapura), dan Pangeran Sufri Bolkiah (Brunei Darussalam). Di tahun yang sama, Ratu Tisha juga menjadi anggota Komite Kompetisi AFC. Ia orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan tersebut.

Mendatangkan Shin Tae-yong

Salah satu magnum opus yang membuat namanya berdengung terus adalah Shin Tae-yong. Tisha adalah orang di balik datangnya STY ke Indonesia. Saat menjadi sekjen PSSI, tepatnya pada 2018, Tisha menjalin komunikasi dengan STY. Komunikasi makin intens kala sang pelatih dipecat dari KFA.

Pada tahun 2019, STY untuk pertama kalinya bertemu Ratu Tisha. Itu terjadi di Malaysia, kala Timnas Indonesia bermain di Stadion Bukit Jalil. Perjumpaan itu tak disia-siakannya. Tisha gerak cepat menyampaikan visi sepak bola, cara membangun sepak bola, dan nilai-nilai yang dianutnya pada STY.

Bujuk rayu Ratu Tisha meluluhkan hati STY. Sang pelatih menerima tawaran untuk menukangi Timnas Indonesia. Kelak, orang tidak bisa menampik di tangan STY, Timnas Indonesia jauh lebih baik. Sayangnya, setelah membujuk STY, tak berapa lama ia menanggalkan jabatan sekjen.

Menjadi Waketum dan Membantu Erick Thohir

Setelah cukup lama tidak menduduki jabatan penting di PSSI, terutama di era Iwan Bule, Tisha kembali ke sana. Saat Kongres Luar Biasa PSSI, Februari 2023 lalu, Ratu Tisha terpilih sebagai Wakil Ketua PSSI. Sempat terjadi friksi menyebalkan khas PSSI di hasil ini.

Tisha awalnya terpilih sebagai Wakil Ketua Umum Satu, sedangkan Wakil Ketua Umum Dua ditempati Yunus Nusi. Namun, Nusi mengundurkan diri, sehingga posisinya digantikan Zainudin Amali. Sempat terjadi pemilihan ulang karena perwakilan FIFA dan AFC mencium kecurangan.

Hasilnya, Tisha tetap Waketum satu, sedangkan Amali Waketum dua. Namun, ketika hasilnya keluar, PSSI malah menempatkan Amali sebagai Waketum Satu, sedangkan Tisha sebagai Waketum Dua. Alasannya karena Amali dianggap punya pengalaman lebih lama di sepak bola ketimbang perempuan yang pernah menjabat direktur kompetisi PT LIB tersebut.

Apa pun itu, untungnya masih ada Ratu Tisha di tubuh PSSI. Kalau kita kurang percaya sama Erick Thohir karena ia juga politikus, setidaknya kita bisa berharap pada Ratu Tisha, perempuan independen yang berjuang demi persepakbolaan Indonesia.

Sumber: Bola, Jawapos, TVOnenews, Kompas, BeritaSatu, Detik, CNNIndonesia, Bolanet, Skorid

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru