Banyak yang mengira bahwa final Europa League musim ini akan terjadi All German Final antara Leipzig vs Frankfurt, ketika keduanya unggul di leg pertama semifinal atas lawannya masing-masing. Akan tetapi, justru Rangers yang melaju untuk bertemu Frankfurt di Ramon Sanchez Pizjuan, markas Sevilla di final nanti.
Pertemuan antara wakil 2 negara berbeda di final nanti, selain menyimpan gengsi, tentu menarik untuk melihat bagaimana kedua kubu saling adu taktik dan kekuatan demi gelar yang mereka idamkan untuk kedua kalinya. Siapa yang lebih unggul?
The 2022 Europa League final! 🏆
🇩🇪 Frankfurt vs Rangers 🏴#UELfinal | #UEL pic.twitter.com/n1JxngPYOQ
— UEFA Europa League (@EuropaLeague) May 5, 2022
Daftar Isi
Gengsi Negara
Pertarungan final Europa League musim 2021/21 ini saling mempertemukan wakil dari Jerman dan Skotlandia. Keberadaan wakil Jerman di sini mewakili beberapa klub yang keok di beberapa kompetisi Eropa musim ini seperti Muenchen maupun Dortmund. Frankfurt menjadi tulang punggung Jerman dalam menjaga gengsinya untuk merebut tahta Eropa musim ini.
Sedangkan untuk Skotlandia, mungkin menjadi negara yang jarang menyumbangkan wakilnya di partai puncak kejuaraan Eropa beberapa tahun terakhir. Kali ini bersama Rangers, Skotlandia menaruh harapannya.
Eintracht dan Rangers adalah klub berbeda ke-17 dan ke-18 yang mencapai final UEFA Europa League. Pasalnya sekarang hanya tiga negara yang mampu memenangkan gelar turnamen ini sejak musim 2009/10 ketika turnamen ini rebranding nama menjadi UEFA Europa League dengan anthemnya yang khas itu.
Spanyol dengan 8 gelar, Inggris dengan 3 gelar dan Portugal 1 gelar. Selain itu, ini adalah pertama kalinya klub dari Jerman atau Skotlandia yang bisa mencapai final di turnamen ini sejak berganti nama menjadi UEFA Europa League.
Adu Kuat Taktik 2 Pelatih
Berbicara soal gengsi negara, juga terkait dengan adu kekuatan beberapa pilar kedua klub. Terutama sang arsitek keduanya, Oliver Glaner dan Gio Van Bronckhorst. Glasner dan Van Bronckhorst kali ini juga bersaing demi gengsi untuk menjadi pelatih pertama dari Austria dan Belanda yang mampu memenangkan UEFA Europa League.
Gio dan Glasner tentu mempunyai latar belakang yang berbeda, Gio yang pernah merasakan final dua kali ketika menjadi pemain ketika itu bersama Barcelona dan Timnas Belanda, tentu punya nilai lebih bagi mental bertanding yang akan ditularkan ke anak asuhnya nanti. Gio yang baru ditunjuk awal musim ini menunjukan mental Eropanya kepada skuad Rangers. Itu menjadi keunggulan tersendiri bagi Rangers.
🗣️ Giovanni Van Bronckhorst on reaching the #UELfinal pic.twitter.com/dBH95ZHfsL
— UEFA Europa League (@EuropaLeague) May 6, 2022
Sedangkan Glasner, pelatih non populer asal Austria ini, musim ini mampu mengejutkan beberapa pihak dengan sentuhannya. Glasner sendiri bukan muka lama bagi Frankfurt. Ia merupakan pelatih yang baru ditunjuk musim ini. Ia dibajak dari Wolfsburg, ketika ia berhasil bertarung dengan skuad muda Wolfsburg di papan atas Bundesliga musim lalu.
Oliver Glasner qualifizierte sich mit Wolfsburg für die Champions League – und entschied sich im Sommer für einen Neustart in Frankfurt. Nun könnte er die SGE ins Europa-League-Finale führen. Ein Gespräch über Identität und das, was am Ende bleibt.https://t.co/kqK7wJBDcj
— 11FREUNDE_de (@11Freunde_de) April 28, 2022
Adu kuat taktik antara Glasner dan Gio juga menarik. Di mana pola 3 bek dari Glasner dan 4 bek Gio akan tersaji di final nanti. Kedua pelatih rising star ini sama-sama mempunyai gaya menyerang dengan intensitas pressing yang tinggi.
Pola 4-3-3 Gio bersama Rangers terletak pada kekuatan sisi sayap mereka yakni James Tavernier di bek kanan yang sementara menjadi top skor, kemudian Barisic di bek kiri. Keduanya sering mengeksploitasi lini belakang lawan lewat overlap-nya yang menusuk ke kotak penalti lawan dan tak jarang berbuah peluang berbahaya maupun gol.
🔴 Rangers captain
⚪️ Europa League finalist
🔵 Competition top scorer #UEL pic.twitter.com/OTFcH8spqR— UEFA Europa League (@EuropaLeague) May 5, 2022
Terkadang juga beberapa kali Gio memasang bek ekstra dan mengubah formasinya menjadi 3 bek dengan tetap mengandalkan serangan melalui Tavernier dan Barisic. Sementara, pemain lain yang akan menjadi kunci bagi Rangers yakni seperti tangguhnya kiper kawakan McGregor. Kemudian kompaknya lini depan antara Ryan Kent, Glen Kamara maupun Aribo dan Arfield. Supersub macam Ramsey dan Diallo mungkin juga bisa dimanfaatkan menjadi pembeda di tengah laga.
Dari kubu Frankfurt, Glasner dari segi taktik juga hampir mirip dengan Gio dalam memanfaatkan penyerangan. Glasner terbukti berhasil menggunakan pola pakem 3 bek dengan varian opsi formasi yang kaya, baik itu 3-5-2, 3-4-2-1, maupun 3-4-3. 2 bek sayap di pola 3 bek milik Frankfurt yang ditempati oleh Filip Kostic dan Arnold Knauff menjadi kunci.
The conqueror of Bayern, Betis, Barcelona and West Ham: Olivier #Glasner or 1-3-4-3.
Narrow and fast.
They could be swift and silent and rip out your throat in a matter of seconds.Next year #ChampionsLeague or bigger club?https://t.co/U5CdT5bGPs#WeAreTheCommunity #FM22 pic.twitter.com/0Jitjt9DBo
— tacticof.com (@tactic_of) April 29, 2022
Tak jarang keduanya menjadi sosok penting pendulang gol bagi Frankfurt. Crossing dan penetrasinya sama kuatnya sehingga tak jarang sering merangsek berada di kotak penalti lawan. Sedangkan kekuatan kunci Glasner lainnya yakni terletak pada kombinasi lini depan antara top skor mereka, Rafael Borre dan pemain Asia, Daichi Kamada maupun Peter Hauge.
Kemudian kokohnya duet Sebastian Rode dan Djibril Sow di dua pivot Frankfurt. Serta kokohnya pertahanan bersama kiper Kevin Trapp dan komando Martin Hinteregger di 3 bek sejajar Frankfurt
🦅 Who will be Frankfurt’s most important player in the #UEL final? 🤔🏆 pic.twitter.com/eOeBMJV1Fg
— UEFA Europa League (@EuropaLeague) May 10, 2022
Akan susah ditebak, mana strategi yang akan lebih unggul dari beberapa analisis yang ada. Kedua klub kemungkinan akan mengandalkan pola penyerangan yang sama, tinggal faktor kesiapan mental di pertandingan nanti yang akan menentukan.
Faktor Non Teknis Penunjang
Selain kesiapan mental dan perang taktik antara kedua klub, faktor eksternal maupun non teknis dari laga ini juga dapat mempengaruhi hasil pertandingan. Dalam hal ini adalah pemain ke 12 atau penonton.
Tidak dipungkiri faktor ini sering menjadi sorotan, terutama Frankfurt yang beberapa waktu belakangan, banyak disorot tentang pendukungnya yang militan. Rangers juga tidak mau kalah, mereka juga punya basis militan ala Britania yang akan menggempur markas Sevilla di final nanti.
‘I’m almost embarassed to be a Rangers supporter’ 😳
Fans hit out at club over lack of Ibrox beamback for Europa League Final#UEL https://t.co/1CKcVGrTQM pic.twitter.com/DB4O9SuNQZ
— Daily Record Sport (@Record_Sport) May 12, 2022
Kabar terkini bahwa Rangers lewat Managing Director, Stewart Robertson mengatakan klubnya akan bekerja sama dengan UEFA untuk membangun zona penggemar tambahan di final nanti. Karena jatah tiket 10 ribu dari 40 ribu yang disediakan dianggap kurang. Begitupun ultras Frankfurt, yang kita tahu sendiri militannya seperti apa ketika mereka menginvasi Camp Nou, dan London Stadium markas West Ham.
Frankfurt fans in full voice! 🧣🦅#UEL pic.twitter.com/1JujsNMZOW
— UEFA Europa League (@EuropaLeague) May 5, 2022
Jadi, kedua massa suporter tak mau kalah akan saling mengisi dan mendominasi tribun Ramon Sanchez Pizjuan. Demi untuk memberikan teror bagi setiap lawannya. Tak jarang kehadiran setiap fans militan jadi motivasi lebih ketika mandeknya performa tim di lapangan.
Sama-Sama Mengincar Tempat Di Champions League
Partai final Europa League musim ini sama-sama mempertemukan 2 klub pesakitan di liganya masing-masing. Frankfurt musim ini terdampar di posisi 12 klasemen, bahkan tak ada jalan lain untuk meraih tempat di turnamen Eropa kecuali merebut juara Europa League. Karena sang juara Europa League akan mendapat jatah tiket melaju ke Champions League musim depan.
This is how the #Bundesliga table looks after that MD33 madness. 🔺🔻 pic.twitter.com/qKPHXv9MOf
— Bundesliga English (@Bundesliga_EN) May 8, 2022
Sementara Rangers, sebagai juara bertahan Liga Skotlandia, musim ini kembali digusur oleh Celtic yang baru saja menyegel kembali juara Liga Skotlandia. Berada di posisi 2 liga, Rangers sebenarnya berhak mengikuti kompetisi Europa League musim depan.
🏆 Celtic crowned champions
📉 Dundee relegatedThe Scottish Premiership table after tonight’s results! ✍️
— Sky Sports Scotland (@ScotlandSky) May 11, 2022
Akan tetapi, ambisi mereka kali ini adalah kembali ke Champions League musim depan dengan merebut juara Europa League. Rangers sendiri musim ini gagal melangkah ke babak grup Champions League setelah kalah di babak play-off melawan Malmo.
Sama-Sama Ambisi Merebut Tahta Kedua Di Eropa
Tentunya mengincar jatah tiket ke Champions League musim depan pasti harus bisa memenangkan gelar Europa League terlebih dahulu. Sedangkan bagi masing-masing klub, sama-sama pernah satu kali meraihnya ketika belum bernama Europa League. Dan ini menjadi ambisi kedua klub untuk meraih gelarnya yang kedua.
📸 Colin Stein wheels away to celebrate making it 1-0 in the 1972 ECWC Final in Barcelona 🏆 pic.twitter.com/aPUcTpymzI
— Rangers History (@RangersFACTS) May 10, 2022
Rangers pernah mengangkat Piala Winners Eropa pada tahun 1972, dengan mengalahkan Dynamo Moscow. Sedangkan Frankfurt pernah mengklaim Piala UEFA pada tahun 1980 berkat kemenangan melawan sesama klub Bundesliga, Borussia Mönchengladbach.
The prospect of an all-German final is fuelling memories of the 1980 UEFA Cup final, when Eintracht Frankfurt and Borussia Mönchengladbach played out a showpiece for the ages. #UEL pic.twitter.com/5igSQP5Vgh
— Football24/7 (@foet247europa) May 5, 2022
Namun, duel sengit ini tak hanya soal gelar kedua di Eropa maupun sekadar mendapat tiket Champions League. Gengsi kedua negara, adu duel pembuktian taktik kedua pelatih, serta faktor-faktor lain yang menjadi bumbu partai final Europa League kali ini patut untuk ditunggu.
https://youtu.be/yDnJ8aLfwTE
Sumber Referensi : uefa.com, sportingnews, theathletic