Napoli Menuju Juara Bertahan Serie A Terburuk

spot_img

Ada tim yang sedang berlomba memburu scudetto. Ada tim yang saling sikut untuk berebut tiket ke Eropa. Ada tim yang berjuang mati-matian untuk sekadar bertahan di Serie A. Dan ada tim yang sedang mempermalukan diri sendiri.

Tim yang dimaksud tersebut adalah Napoli.

Kami paham kata tersebut mungkin terlalu kasar, khususnya bagi die hard fans Napoli. Namun, inilah kenyataannya. Segala-galanya jadi ambyar bagi Il Partenopei.

Peluang Scudetto Napoli Hampir Sirna

Laga melawan Torino jadi gambaran paling mutakhir dari betapa rungkad-nya Napoli musim ini. Sebuah performa yang tidak menunjukkan seorang juara bertahan Serie A.

Laga versus Torino dalam lanjutan giornata 19 Serie A harusnya jadi awal tahun baru yang baik untuk Napoli. Pasalnya, Torino seharusnya menjadi mangsa yang pas bagi Napoli yang tengah terluka.

Napoli tak pernah kalah dari Torino dalam 16 pertemuan terakhir. Dalam 8 pertemuan terakhir kedua tim di Turin, Napoli memiliki rekor 7 kali menang dan satu kali imbang, serta memiliki keunggulan agregat gol 20-3.

Artinya, laga yang digelar di Stadio Olimpico Grande Torino pada 7 Januari siang waktu setempat tersebut harusnya bisa dibungkus Napoli dengan kemenangan. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Tanpa Alex Meret yang cedera, serta Victor Osimhen dan Zambo Anguissa yang menuju Piala Afrika, Il Partenopei pulang babak belur setelah 3 kali diseruduk Il Toro lewat gol-gol Antonio Sanabria, Nicola Vlasic, dan Alessandro Buongiorno.

Laga ini sendiri diwarnai kartu merah Pasquale Mazzocchi yang membuat Napoli harus bermain dengan sepuluh pemain sejak menit ke-50. Mazzocchi sendiri merupakan rekrutan teranyar Napoli. Bek sayap kelahiran kota Naples tersebut juga baru bergabung 2 hari usai dibeli dengan harga €3 juta dari Salernitana.

Namun, baru menjalani debutnya kurang dari tiga menit setelah masuk di awal babak kedua, Mazzocchi melakukan pelanggaran keras yang dihadiahi kartu kuning. Akan tetapi, setelah intervensi dari VAR, wasit Maurizio Mariani memutuskan mengusir Mazzocchi setelah pemain berusia 28 tahun tersebut terbukti melakukan tekel tinggi yang berbahaya.

Usai tragedi tersebut, Walter Mazzarri yang hanya bisa menonton dari box di atas tribun penonton terlihat kecewa. Mazzarri sendiri tak bisa mendampingi anak asuhnya dari pinggir lapangan karena harus menjalani skorsing buntut dari kartu merah yang ia terima di laga versus Monza.

Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, Mazzarri juga terlihat marah saat akan menuju ruang ganti pemain usai pertandingan selesai. Kabarnya, terjadi konfrontasi yang cukup alot antara tim pelatih dan pemain di ruang ganti. Usai pertandingan, Napoli juga memutuskan bahwa tidak ada satu orang pun yang boleh berbicara di depan media.

Sebelum kejadian tersebut, para pemain Napoli lebih dulu menerima kemarahan para penggemar yang jauh-jauh bertandang ke Turin. Dilaporkan oleh CalcioNapoli, selama pertandingan, para penggemar memberikan komentar yang menentang kepemilikan klub. Mereka juga meneriakkan chants dengan nada marah.

Kekalahan 3-0, kartu merah Mazzocchi, kemarahan fans, hingga konfrontasi tim pelatih dengan pemain di ruang ganti jadi gambaran sekilas betapa suramnya Napoli musim ini.

Bagi Torino, ini merupakan kemenangan terbesar mereka atas Napoli dalam 40 tahun terakhir. Sementara bagi Napoli, kekalahan memalukan tersebut membuat peluang mereka untuk mempertahankan scudetto hampir dipastikan telah sirna. Pasalnya, kekalahan tersebut membuat Napoli turun ke peringkat 9, berjarak 20 poin dari pimpinan klasemen sementara, Inter Milan.

Tantangan Berat Napoli Musim Ini

Tantangan Napoli sebagai juara bertahan memang cukup berat. Baru saja bereuforia merayakan scudetto ketiganya, klub asal kota Naples tersebut justru dirundung masalah internal.

Il Partenopei ditinggal dua figur vitalnya, yakni Luciano Spalletti dan Cristian Guintoli. Semuanya tentu sudah paham kalau penyebab Luciano Spalletti hengkang di akhir musim lalu adalah karena perseteruannya dengan Aurelio De Laurentiis. Sementara Cristian Guintoli meninggalkan jabatannya sebagai direktur olahraga untuk menerima pinangan Juventus.

Usai ditinggal Spalletti, kursi kosong pelatih Napoli sempat dikaitkan dengan beberapa figur terkenal, seperti Luis Enrique, Julian Nagelsmann, Thiago Motta, hingga Gian Piero Gasperini dan Antonio Conte. Sementara itu, Igli Tare dan Frederic Massara jadi nama yang dirumorkan akan mengisi kursi direktur olahraga yang kosong.

Namun, De Laurentiis yang terkenal problematik itu, secara kontroversial justru menjatuhkan pilihannya kepada Rudi Garcia dan Mauro Meluso. Penunjukan keduanya memunculkan keraguan. Pasalnya, Rudi Garcia yang pernah melatih AS Roma itu baru saja dipecat tim sekelas Al-Nassr. Sementara Meluso hanya punya pengalaman di tim-tim medioker, seperti Frosinone, Cosenza, Lecce, dan Spezia. Keraguan itu pun akhirnya terbukti di bursa transfer musim panas tahun lalu.

Secara pengeluaran, Napoli memang hanya kalah dari AC Milan yang belanja jor-joran. Namun, sebagian uang belanja Napoli habis untuk menebus permanen Giacomo Raspadori dan Giovanni Simeone. Sementara itu, Walid Cheddira dan Elia Caprile yang dibeli dari Bari langsung dipinjamkan ke klub lain. Praktis, muka baru dalam skuad Napoli musim ini hanyalah Jesper Lindstrøm, Jens Cajuste, dan Natan.

Secara skuad, Napoli sebenarnya tak banyak perubahan. Seharusnya, mereka sanggup bersaing untuk titel juara. Namun kenyataan berkata sebaliknya.

Suramnya Napoli Musim Ini

Dari 12 pertandingan Serie A, Rudi Garcia hanya sanggup membawa Napoli menang 6 kali dan kalah 3 kali. Jumlah kemenangan tersebut amat minim bagi juara bertahan.

Performa Napoli bersama Rudi Garcia di Liga Champions juga tak se-superior musim lalu. Dari 4 pertandingan, Napoli cuma menang 2 kali, kalah sekali, dan imbang sekali. Garcia juga dianggap gagal mengeluarkan potensi terbaik Khvicha Kvaratskhelia dan Victor Osimhen yang musim lalu amat mendominasi.

Akhirnya, sebelum semuanya menjadi makin kacau, Il Partenopei memutuskan memecat Rudi Garcia pada 14 November 2023. Sebuah langkah pemecatan dini yang sudah jauh-jauh hari diprediksi banyak orang.

Akan tetapi, publik kembali dibuat bingung dengan keputusan Aurelio De Laurentiis yang menunjuk kembali Walter Mazzarri, allenatore senior yang pernah menukangi Napoli pada periode 2009 hingga 2013.

Dulu, Mazzari pernah mempersembahkan 1 trofi Coppa Italia. Namun, masa kejayaan pelatih beruisa 62 tahun itu sudah habis. Dan terbukti, Mazzarri yang diberi kontrak berdurasi 7 bulan dengan tujuan menyelesaikan masalah Napoli, kini justru terlihat makin memperkeruh keadaan.

Bukannya membaik, Napoli justru makin suram. Mazzarri memang berhasil meloloskan Napoli ke babak 16 besar UCL, tetapi ia langsung membuat Il Partenopei kandas di ronde pertama Coppa Italia.

Sementara itu, di kompetisi Serie A, performa Napoli malah makin memprihatinkan. Kekalahan 3-0 di kandang Torino merupakan kekalahan keempat yang diderita Napoli dari tujuh pertandingan Serie A yang mereka jalani di bawah arahan Walter Mazzarri.

Performa Napoli bersama Mazzarri memang menyedihkan. Selain baru menang 2 kali dari 7 pertandingan, Il Partenopei juga sudah gagal menang dan gagal mencetak sebiji gol pun dalam 4 laga beruntun di semua kompetisi. Dalam 7 pertandingan Serie A terakhir, rekor gol mereka juga amat memprihatinkan dengan 4 gol berbanding 11 kebobolan.

Kehilangan Kim Min-Jae di jantung pertahanan dan Hirving Lozano di lini serang ternyata dampaknya amat luar biasa bagi Napoli. Masalah cedera yang datang silih berganti juga membuat Napoli tampil inkonsisten musim ini. Namun, terlepas dari itu, sosok yang harus bertanggung jawab atas suramnya Napoli musim ini adalah Aurelio De Laurentiis.

De Laurentiis sendiri sudah mengaku bertanggung jawab dan akan mengusahakan untuk mendatangkan beberapa amunisi baru di bursa transfer Januari 2024. Santer pula dikabarkan kalau De Laurentiis tengah ngebet mengejar Antonio Conte.

Conte sendiri juga sudah terlihat menonton langsung pertandingan Napoli melawan Torino. Seperti biasa, Conte cukup sulit dipinang di pertengahan musim. Ditambah lagi, tawaran yang diberikan De Laurentiis agak konyol. Konon kabarnya, De Laurentiis sudah menawari Conte kontrak 3 tahun dengan bayaran €8 juta permusim, tetapi dengan kemungkinan pemecatan setelah 6 bulan apabila gagal memberi hasil memuaskan.

Napoli Menuju Juara Bertahan Serie A Terburuk

Seperti yang kami tulis pada judul, apabila situasi menggenaskan itu tak segera diatasi, laju Napoli menuju juara bertahan Serie A Italia terburuk dalam sejarah akan sulit dihentikan. Pada pertengahan musim lalu, Napoli sanggup mengemas 50 poin, sedangkan pada musim ini, mereka baru sanggup mengumpulkan 28 poin.

Produktivitas Napoli juga menurun drastis. Dari 48 gol di paruh musim lalu, menjadi 28 gol di paruh musim ini. Pertahanan Il Partenopei juga amat buruk. Mereka sudah kebobolan 24 gol. Padahal, pada paruh musim lalu, mereka hanya kebobolan 14 gol dalam 19 pertandingan pertama.

Yang paling kontras tentu saja posisi Napoli pada papan klasemen. Musim lalu, anak asuh Luciano Spalletti menjadi juara paruh musim dan sangat difavoritkan untuk meraih scudetto. Namun kini, kombinasi Rudi Garcia dan Walter Mazzarri hanya sanggup menempatkan Napoli di peringkat 9.

Ini memang baru paruh pertama Serie A. Namun, bagaimana jika POV-nya kita balik? Ini sudah setengah perjalanan, tetapi Napoli justru menunjukkan kemunduran.

Sekali lagi, jika masalah tersebut tak segera diatasi, Napoli bakal menjadi juara bertahan Serie A terburuk dalam sejarah. Untuk sementara ini, predikat tersebut masih disandang AC Milan di musim 1997 yang finish di peringkat 11 usai menjadi juara di musim sebelumnya.

Namun, tahukah kamu? Sebelum Milan, Napoli adalah tim yang menyandang status juara bertahan Serie A terburuk. Ini terjadi di musim 1991. Ketika itu, Napoli gagal mempertahankan scudetto dan mengakhiri musim di peringkat 8. Penyebab terbesarnya adalah skorsing Diego Maradona yang kecanduan kokain.

Kini, Napoli berada di jalur yang sama untuk mengulang sejarah tersebut, bahkan bisa lebih buruk lagi. Krisis Napoli musim ini tak hanya terjadi di dalam lapangan, tetapi juga di luar lapangan.

Situasi Napoli makin ambyar setelah kembali terjadi drama di luar lapangan. Di awal musim kemarin, admin tiktok Napoli membuat geger dengan memposting video yang mengejek Victor Osimhen. Kami agak kasian dengan bomber Nigeria tersebut. Pasalnya, Osimhen seperti kurang dihormati dan dihargai di Naples.

Setelah kasus tiktok itu mereda, Osimhen kini kembali jadi aktor drama Napoli. Kali ini, ia tak terima dengan komentar Mamuka Jugeli. Agen dari Khvicha Kvaratskhelia itu mengklaim kalau Osimhen akan meninggalkan Napoli di musim panas mendatang untuk bergabung dengan klub Arab Saudi demi mendapat uang yang lebih banyak.

Klaim sepihak tersebut membuat Osimhen kebakaran jenggot. Dalam sebuah pesan yang ia post di Instagram, Osimhen menulis tanggapan pedas yang tentu saja terlalu kasar apabila kami bacakan di sini.

Segala drama yang terjadi pada Napoli, baik di dalam maupun di luar lapangan, mungkin sudah sewajarnya terjadi. Sebab, mereka dipimpin oleh Aurelio De Laurentiis yang sudah terkenal problematik.

Sesuai dengan profesi aslinya sebagai produser film, saat ini De Laurentiis mungkin tengah memproduseri sebuah drama paling menarik di Serie A Italia. Setelah musim lalu menciptakan sebuah kisah heroik yang mengakhiri penantian panjang selama 23 tahun, kini Napoli tengah berusaha mengulangi kisah pahit 22 tahun silam untuk merebut titel juara bertahan Serie A terburuk dalam sejarah.


Referensi: GFN Italy, Football Italia, Fotmob, GFN Italy, GFN Italy, One Football.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru