Upaya Kebangkitan Dele Alli Bersama Everton

spot_img

Sesi wawancara eksklusif The Overlap yang digawangi oleh legenda Manchester United, Gary Neville tiba-tiba berubah jadi acara termehek-mehek. Momen itu terjadi setelah sang bintang tamu, yakni Dele Alli menceritakan hal yang begitu sensitif baginya. Mantan punggawa Tottenham Hotspur itu membagikan kisah perjuangannya bertahan hidup di lingkungan yang keras.

Meski demikian, Alli enggan larut dalam kesedihan. Ia merasa masih bisa memperbaiki semuanya. Setelah menjalani masa peminjaman di Liga Turki bersama Besiktas, kini dirinya kembali ke Everton. Menyongsong musim 2023/24, Dele Alli berniat untuk bangkit dari keterpurukan. 

Kejayaan yang Sudah Lewat

Pemain yang memiliki nama asli Bamidele Jermaine Alli itu mulai dikenal setelah tampil mengesankan bersama Tottenham Hotspur. Didatangkan dari klub yang dibenci oleh fans Spurs, yakni MK Dons pada tahun 2015, Alli mengubah sudut pandang fans terhadapnya. 

Fans tak peduli dari mana Alli berasal setelah menyaksikan penampilannya di atas lapangan. Bahkan menurut legenda sepakbola Inggris, Frank Lampard dengan kualitas permainan seperti itu, Alli bisa saja menjadi pemain terbaik di dunia.

Benar saja, dengan segala kemampuan dan kualitas yang mencolok, Alli yang baru menjalani dua musim pertamanya bersama Spurs langsung mendapat penghargaan PFA Young Player of the Year pada tahun 2017.

Penurunan Performa

Menyandang status sebagai wonderkid, Dele Alli pun diincar oleh beberapa klub raksasa dari berbagai negara di Eropa. Real Madrid dan Liverpool jadi yang paling serius merekrutnya pada tahun 2017. Akan tetapi, ketua klub Daniel Levy enggan buru-buru melepas Alli bahkan untuk uang sebesar 100 juta pounds (Rp1,9 triliun).

Keputusan tidak melepasnya saat itu justru tidak tepat. Dele Alli malah mengalami degradasi performa yang cukup signifikan. Jumlah menit bermainnya kian menurun. Yang awalnya bisa mencapai 2000 menit per musim, di musim 2020/21 menit bermain Alli merosot tajam menjadi 617 menit saja. 

Gol-gol indah juga sudah tak lagi mengalir deras dari kaki-kaki Dele Alli. Awalnya ia selalu konsisten mencetak dua digit gol dan assist. Tapi di musim tersebut Alli hanya mencatatkan satu assist.

Manajer Spurs kala itu, Jose Mourinho pun memberikan pesan khusus kepadanya. Mou tidak menuntut Alli bermain apik setiap pertandingannya. Hanya saja ia harus berusaha lebih keras dari biasanya dalam sesi latihan demi masa depannya. Karena jika tidak, Alli bisa menyesal di kemudian hari. 

Tapi Alli malah tak mengindahkan perkataan Mourinho. Performa Alli kian merosot. Puncaknya, Spurs pun melepasnya ke Everton dengan cuma-cuma. The Lilywhites tak sudi memperpanjang kontrak mantan pemain terbaiknya itu.

Kian Terpuruk

Bukannya memperbaiki diri, Alli justru kian anjlok bersama Everton. Kemampuannya bak luntur terbawa air cucian baju. Frank Lampard yang kala itu menukangi The Toffees sampai kebingungan apa yang terjadi kepada Alli. Lampard yang sempat memujinya pun sampai mengeluhkan sikap Alli.

Menurut Lampard, Alli sangat mengecewakan. Eks pemain Manchester City itu sangat kecewa dengan sikap sang pemain. Pemain yang kini berusia 27 tahun itu dianggap tak bisa fokus saat latihan. Alli juga kerap malas-malasan saat menjalani beberapa program latihan bersama Everton.

Menjalani musim yang buruk dengan hanya mencatatkan 10 pertandingan dan mencetak satu gol, Alli pun dipinjamkan ke klub Liga Turki, Besiktas. Itu dilakukan supaya Alli sadar dan memperbaiki diri. Tapi semua yang dilakukan tampak sia-sia.

Keterpurukan Alli justru kian menjadi-jadi. Fenomena ini pun membuat mantan rekannya di Spurs, Kieran Trippier ikut berkomentar. Melalui Mirror, selain masa lalu yang masih menghantui, menurutnya kepergian Mauricio Pochettino dari Spurs adalah pemicu kemunduran Alli. Pelatih-pelatih setelahnya tak ada yang bisa bersikap adil dan sebaik Pochettino kepadanya.

Dikeluarkan Dari Skuad Besiktas

Di Turki, Alli bahkan jadi pemain yang memiliki attitude buruk. Fans Besiktas pun ikut kecewa terhadap sikapnya yang seakan menyepelekan tim. Ketika ia bermain, fans sesekali menyorakinya dengan kata-kata ejekan. Sikap Alli di luar lapangan juga sangat mengkhawatirkan. 

Ia kedapatan menggunakan gas tertawa di sela-sela waktunya di Besiktas. Ada foto yang beredar menampilkan dirinya tengah duduk dengan menghisap Nitrogen Oksida atau Hippy Crack dari balon. Zat tersebut dikabarkan bisa menimbulkan efek high apabila disalahgunakan. Jadi beberapa negara melarang penggunaan Nitrogen Oksida untuk tujuan “rekreasi”.

Mengetahui hal itu, manajemen yang sudah muak pun bergegas mengambil langkah. Pelatih Besiktas, Senol Gunes akhirnya mencoret Alli dari daftar skuad musim 2022/23. Bagi Alli, ini menjadi chapter baru dari serangkaian panjang performa yang mengecewakan di Turki.

Apakah Everton jadi Klub yang Tepat?

Setelah hanya memainkan 15 pertandingan di semua kompetisi, Besiktas mengembalikan sang pemain ke Everton pada awal tahun 2023. Namun karena masih cedera, Everton belum bisa menurunkannya di paruh kedua musim 2022/23. Lantas, kembali ke Goodison Park apakah jadi keputusan yang tepat bagi Alli?

Menurut penuturan Alli di podcast The Overlap, sejauh ini dirinya merasa nyaman dengan pelatih baru Everton, Sean Dyche. Mantan pelatih Burnley itu dirasa bisa bersikap adil dan mau lebih bersabar kepada Alli yang memang sedang kehilangan jati diri. Dyce juga dikabarkan ingin memberi Alli kesempatan setidaknya dalam setengah musim pertama.

Kendati masa depannya di Everton juga masih abu-abu. Musim belum dimulai dan kita belum bisa melihat bagaimana dirinya akan berguna di skuad racikan Sean Dyche nantinya. Apabila Dyche benar-benar memperbaiki mental bermain Alli, itu akan jadi keuntungan sendiri bagi The Toffees. 

Kecocokan Gaya Bermain

Kita tahu Sean Dyche adalah sosok pelatih yang bisa menghilangkan tekanan yang dialami oleh para pemainnya dengan cara membuat tim lebih kolektif sehingga bisa bermain lebih lepas. Nah, itu akan baik untuk Alli. Karena ketika dirinya mendapatkan kembali kepercayaan dari pelatih, Alli akan menunjukan permainan terbaiknya. 

Yang jadi permasalahan adalah gaya bermain Sean Dyche bertolak belakang dengan gaya bermain Alli. Pelatih asal Inggris itu tidak begitu mengedepankan penguasaan bola. Bahkan rata-rata penguasaan bola Everton musim lalu turun dari 46% menjadi 38% setelah kedatangan Dyche.

Sedangkan Alli justru menggemari sepakbola menyerang. Ia suka gaya bermain yang mendominasi. Mengurung pertahanan lawan dan memainkan bola dari kaki ke kaki untuk bisa membongkar pertahanan lawan. 

Meski demikian, skema Dyche di Everton tak sama dengan apa yang dilakukannya di Burnley. Pelatih berusia 52 tahun itu sudah meninggalkan skema low block football-nya dan mengedepankan serangan balik lewat transisi yang baik. Di bawah Mourinho, Alli pernah bermain dengan gaya seperti itu dan hasilnya cukup oke meski akhirnya dilepas. 

Mencari Kesempatan Kedua

Apabila kembali gagal, mungkin saatnya Alli pergi dan menghidupkan kembali karirnya di tempat lain. Tapi itu akan jadi lebih sulit karena ketiadaan minat dari klub lain untuk menampungnya. Satu-satunya kesempatan lain mungkin ada di tangan Mauricio Pochettino.

Dilansir 90min, dengan menjadi manajer baru Chelsea, Pochettino bisa kembali membangun kedekatan dengan Alli. Pochettino sempat berkata kalau dirinya ingin menghubungi sang pemain dan melihat peluang apa yang bisa ia berikan. Jika itu berarti dengan mendatangkannya ke Chelsea, Pochettino siap melakukannya demi menyelamatkan karir anak emasnya itu.

Sumber: The Analyst, Talksport, Metro, Goal, Daily Mail

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru