Jika ada yang lebih sibuk dari admin Starting Eleven Story yang sedang membasmi komen-komen sampah dari akun judol, itu adalah admin media sosial Manchester City. Lagi ribet menyusun konten untuk mengumumkan Abdukodir Khusanov, eh pemain baru yang lain udah keburu dateng. Numpuk deh kerjaan.
Well, City memang sedang aktif-aktifnya mendatangkan pemain baru di bursa transfer kali ini. Cara ini diharapkan jadi solusi jitu untuk memperbaiki kedalaman skuad di sisa musim 2024/25. Karena City yang mengalami krisis cedera masih aktif di empat kompetisi musim ini. Jika tidak menambah pemain bisa dipastikan City akan kesulitan mengakhiri musim dengan baik.
Melihat daftar pemain yang telah didatangkan oleh City, mimin jadi penasaran bagaimana Pep Guardiola akan memaksimalkan mereka. Penasaran juga? Mari kita bahas bersama.
Daftar Isi
Pemain Baru
Tapi sebelum kita membahas bagaimana Pep Guardiola menggunakan pemainnya, emang siapa saja si pemain baru Manchester City di Bulan Januari kali ini? Yang pertama sudah kita spill di awal tadi. Abdukodir Khusanov, pemuda 20 tahun yang bakal jadi pembuka pintu gerbang pemain-pemain Uzbekistan di Liga Inggris.
Meski baru berusia 20 tahun, pengalaman Khusanov tidak bisa dipandang sebelah mata. Di usianya yang masih muda, ia sudah mengantongi 31 caps bersama skuad utama Lens. Secara perawakan pun, Khusanov tidak seperti pemain Asia lain. Dia tumbuh tinggi dan kekar. Mirip-mirip Kim Min-jae lah ya.
Pemain selanjutnya adalah Vitor Reis. Manajemen City memandang Reis bak sebuah permata di sepakbola Brazil. Reis ditemukan melalui tim scouting City yang kerap berseliweran di liga-liga Amerika Latin. Usianya masih 19 tahun. Meski begitu, konon dirinya punya potensi yang sangat besar.
Selain lini belakang, lini depan pun jadi perhatian Manchester City bulan ini. Sejauh ini, setidaknya sudah ada dua pemain depan yang bergabung ke skuad. Yang pertama adalah Omar Marmoush dari Eintracht Frankfurt dan yang kedua adalah Claudio Echeverri dari River Plate.
Khusus Echeverri, dirinya sudah berstatus pemain City sejak tahun lalu. Namun, langsung dipinjamkan kembali ke River selama satu tahun. Pemain asal Argentina itu baru bisa berseragam biru muda pada awal tahun 2025. Nah, bermodalkan empat pemain ini, bagaimana Pep Guardiola meramu skuadnya di sisa musim 2024/25?
Omar Marmoush
Kita mulai dari Omar Marmoush terlebih dahulu. Pemain yang berusia 25 tahun ini dikenal sebagai striker serba bisa. Posisi aslinya memang penyerang tengah. Namun, dirinya juga bisa dimainkan di segala pos lini serang. Mau itu sayap kanan, kiri, atau second striker sekali pun, itu bukan masalah berarti bagi Omar.
Di bawah asuhan pelatih Eintracht Frankfurt, Dino Toppmoller, Marmoush menjelma sebagai pemain yang haus gol dan punya atribut lengkap. Dalam 1,5 musim terakhir, ia sudah mengemas 37 gol dan 20 assist dalam 67 penampilan di semua ajang. Dirinya bahkan telah lebih banyak terlibat dalam gol dari siapapun di Bundesliga, termasuk Harry Kane sekalipun.
Fleksibilitasnya di lapangan memudahkan Pep Guardiola untuk mengimplementasikannya ke dalam permainan Manchester City. Namun, opsi terbaik dalam menggunakan Marmoush adalah sebagai striker kedua dalam skema dua striker. Posisi ini akan memaksimalkan potensi Marmoush.
Erling Haaland akan tetap menjadi nomor 9 Manchester City, sedangkan Marmoush akan bermain lebih bebas di sekitar Haaland. Marmoush bisa memanfaatkan akselerasi, kelincahan, dan keahlian duel satu lawan satunya untuk menciptakan prahara di pertahanan lawan.
Di posisi ini, Marmoush juga bisa memaksimalkan kreativitasnya. Dengan bermain sedikit lebih ke belakang, dirinya bisa jadi pelayan bagi pemain-pemain lain. Mengandalkan pembacaaan ruang dan kepekaan terhadap pergerakan lawan dan kawan, Marmoush bisa mengirimkan umpan matang di situasi sulit sekalipun.
Peran ini kurang lebih sama dengan pola yang dimainkan oleh Julian Alvarez musim lalu. Kalian tahu sendiri lah ya, sengeri apa lini depan City saat ada penyerang kreatif yang berada di sisi Haaland?
Claudio Echeverri
Masih dari lini depan, ada Claudio Echeverri. Dirinya memiliki gaya bermain yang hampir sama dengan Omar Marmoush. Namun, Echeverri bermain lebih ke dalam. Posisi favoritnya pun gelandang serang, bukan striker. Akselerasi dan memecah pressing jadi atribut utama dari pemain asal Argentina ini.
Kecepatan kaki dan kelincahannya dalam mengolah si kulit bundar sering membuat gelandang-gelandang lawan kewalahan untuk menjaganya. Apalagi dengan tubuhnya yang mungil, dirinya bisa dengan mudah menyelinap di area-area sempit. Jika sudah lolos dari pressing lawan, maka Echeverri biasanya melepaskan umpan-umpan kunci yang membelah pertahanan lawan.
Jika melihat posisi utamanya, peran yang bisa diberikan kepada Claudio adalah gelandang nomor sepuluh. Dirinya bisa menggantikan peran Kevin De Bruyne yang mulai angin-anginan performanya. Namun, jika masih terlalu dini untuk mengemban tanggung jawab sebagai motor serangan, sosok yang pernah main di Stadion Manahan ini bisa dimainkan di posisi sayap.
Namun, karena posisi sayap kanan sudah penuh, maka pilihannya hanya ada di sayap kiri. Claudio Echeverri adalah ancaman nyata bagi Jeremy Doku. Jika dibandingkan, keduanya memiliki banyak kesamaan. Sama-sama cepat, skill full, dan doyan menusuk pertahanan lawan. Bedanya, Echeverri masih kalah kekar aja sama si Doku.
Abdukodir Khusanov
Krisis cedera pemain bertahan telah mengganggu kestabilan Manchester City musim ini. Dalam upaya meredakan kekhawatiran tersebut, Abdukodir Khusanov pun akhirnya didatangkan. Yang menarik, Khusanov bukan bek dengan kemampuan distribusi bola yang baik macam bek-bek favorit Pep Guardiola lainnya.
Selama bermain untuk RC Lens, dirinya juga jadi bek yang paling jarang menguasai bola. Rata-rata pergerakan dengan bolanya hanya lima meter saja. Lantas, bagaimana Pep mengandalkan pemuda 20 tahun ini? Perlu digaris bawahi, meski Khusanov bukan bek yang sering mendistribusikan bola, bukan berarti sentuhannya buruk.
Ketenangannya di lapangan membuatnya percaya diri jika ada kesempatan yang mengharuskannya memegang bola. Yang menonjol dari Khusanov adalah kekuatan dan kemampuannya untuk merebut bola. Dia cepat, tinggi, dan agresif saat menjaga striker lawan. Dirinya bahkan dijuluki sebagai “Tank” oleh pelatihnya, Will Still.
Maka dari itu, benturan dan duel fisik bak sebuah menu sarapan bagi Khusanov. Itu jadi atribut penting bagi pertahanan City yang saat ini terlihat loyo. Lantas, bagaimana dirinya menempatkan diri di skuad Pep Guardiola?
Kembali lagi, Khusanov bukan pemain yang kaku. Dia bisa memainkan peran dengan sama baiknya di skema tiga atau empat bek. Dirinya bisa digunakan untuk rotasi. Karena saat ini bek City yang berstatus sehat cuma Ruben Dias dan Manuel Akanji. Atau, jika Pep ingin pertahanan berlapis, maka mainkan saja ketiganya dalam skema tiga bek. Maka Khusanov akan mengambil semua pekerjaan kotor di sektor pertahanan.
Vitor Reis
Nah, jika semua bek dimainkan, tenang, masih ada Vitor Reis yang bisa dimasukan dalam rencana Pep Guardiola. Meski berposisi asli sebagai bek tengah, Reis punya kapasitas yang cukup untuk berperan sebagai bek kanan. Nah, berhubung Kyle Walker cabut ke AC Milan, maka Reis bisa mengisi pos tersebut.
Berkebalikan dengan Khusanov, Reis ini dianggap sebagai pemain belakang yang nyaman saat memegang bola. Reis sangat piawai dalam menguasai bola, baik dalam mengatur permainan dari belakang, maupun dalam situasi menyerang. Atribut bagus lainnya yang telah ia tunjukkan selama bermain bersama Palmeiras adalah soal pengambilan keputusannya.
Meski masih berusia 19 tahun, Reis dikenal bijaksana dalam positioning, mengatur pergerakan tanpa bolanya, menekel, dan sebagainya. Usia muda bukan batasan bagi Reis untuk membantu City kembali ke jalur yang benar. Begitulah gambaran dari Pep yang memaksimalkan pemain barunya. Gimana fans City? Masih yakin bisa nyalip Liverpool di puncak klasemen?
Sumber: The Analyst, The Athletic, ESPN