Sorak sorai kegembiraan terdengar di tengah demam sepakbola yang melanda Albania. Tergabung dalam Grup E bersama Polandia dan Republik Ceko, Albania sempat diremehkan. Namun, di menit-menit akhir The Flying Eagles justru jadi salah satu kejutan terbesar di Kualifikasi EURO 2024 kemarin.
Sang Elang mengamankan satu tempat di putaran final dengan status juara grup. Elseid Hysaj cs bahkan hanya mengantongi satu kekalahan dari delapan pertandingan. Prestasi ini turut mengangkat nama sang pelatih, yakni Sylvinho. Lantas, bagaimana perjalanan eks Barcelona itu saat membawa Sang Elang terbang sampai di titik ini?
Daftar Isi
Siapa Sylvinho?
Meski baru ditunjuk menangani Timnas Albania pada awal tahun 2023, Sylvinho sudah memberikan dampak yang cukup signifikan pada tim. Dirinya jadi dalang di balik keberhasilan The Flying Eagles menembus putaran final EURO 2024. Tapi sebelum ngomongin bagaimana kecemerlangan Sylvinho memimpin Albania, siapa sih sebenarnya orang ini?
Sylvinho sendiri merupakan mantan pemain yang berposisi sebagai bek kiri. Ia tercatat pernah membela Timnas Brazil di awal tahun 2000-an. Di level klub, meski sempat membela Manchester City, Arsenal, dan Celta Vigo, Sylvinho lebih dikenal sebagai pemain Barcelona. Sepanjang karirnya itu, Sylvinho tak serta-merta bermain sepakbola saja. Ia juga banyak mengamati pelatih-pelatih top yang pernah bekerjasama dengannya.
Di Arsenal misalnya, Sylvinho telah berkembang jadi lebih baik di bawah kejeniusan Arsene Wenger. Ia melihat Wenger sebagai sosok yang dikagumi oleh kawan atau lawan. Sylvinho banyak belajar tentang kedewasaan, komunikasi dan kebijaksanaan darinya.
Sementara di Barcelona, ia jadi bagian dari skuad asuhan Frank Rijkaard. Legenda sepakbola Belanda itu menjadikan Sylvinho sebagai sosok penting di sektor kiri dalam proyek kebangkitan La Blaugrana. Tak sampai di situ, Sylvinho juga sempat merasakan kejayaan Barcelona yang meraih treble di era kemunculan Pep Guardiola. Bermain di bawah pelatih-pelatih hebat membuat Sylvinho kaya akan pengetahuan sepakbola.
Meski begitu, Sylvinho tak jumawa. Ia terus berkelana untuk menimba ilmu bahkan setelah tak lagi bermain secara profesional. Setelah pensiun pada tahun 2010, Sylvinho tak mau membuang waktunya hanya untuk leha-leha di rumah. Maka dari itu, setahun kemudian ia langsung kembali ke sepakbola sebagai asisten pelatih di Cruzeiro, Sport Recife, hingga Corinthians.
Mengenal Sepakbola Luar Dalam
Tak cuma di Brazil, Sylvinho juga sempat menyebrang ke daratan Italia untuk menimba ilmu. Alih-alih jadi pelatih, di Italia Sylvinho menantang dirinya untuk menjadi direktur teknik Inter Milan pada tahun 2014. Jabatan ini membuat Sylvinho memandang sepakbola dari sudut pandang yang lebih luas dari biasanya.
Semua yang dikerjakan adalah suatu hal yang baru baginya. Sylvinho belajar bagaimana mengelola tim, bernegosiasi, hingga bagaimana cara menghadapi orang-orang penting yang ingin bekerjasama dengan Inter Milan. Selain itu, di Inter ia juga bekerjasama dengan pelatih asal Italia, Roberto Mancini.
Lagi-lagi, Sylvinho tak membuang kesempatan ini untuk mengeruk ilmu dari mantan pelatihnya itu. Ya, ini jadi kali kedua Sylvinho bekerjasama dengan Mancini. Sebelumnya, Sylvinho sudah pernah jadi anak didik Mancini sewaktu masih bermain di Manchester City. Setelah menuntaskan tugasnya di Inter Milan, akhirnya Sylvinho kembali ke dunia kepelatihan.
Ia ditunjuk sebagai asisten pelatih Timnas Brazil pada tahun 2016. Nah, di Brazil ia bertemu dengan Tite. Sosok pelatih yang cukup dihormati di Brazil. Sylvinho memanfaatkan setiap momen kebersamaan dengan pelatih kawakan itu untuk mempelajari bagaimana cara kerja sepakbola Brazil.
Tiga tahun berada di staf kepelatihan Tite, Sylvinho mulai yakin kalau dunia manajerial adalah jalan yang akan dia pilih. Sylvinho pun makin PD untuk mengambil kesempatan jadi pelatih utama setelah tugasnya selesai di tim nasional.
Sempat menjadi asisten pelatih Timnas Brazil dari 2016 hingga 2019, Sylvinho akhirnya merasakan jadi pelatih utama pada Juli 2019. Lyon jadi klub profesional pertama yang ia tangani. Sayangnya, ia gagal total di Lyon. Sylvinho pun memutuskan pulang ke Brazil untuk kembali menangani Corinthians pada musim 2021/22.
Albania Era Sylvinho
Di Brazil Sylvinho kembali gagal. Ia tak memberikan gelar apa pun untuk Corinthians. Akhirnya ia dipecat dan sempat nganggur selama satu tahun. Sylvinho akhirnya ditunjuk sebagai pelatih Timnas Albania pada awal tahun 2023. Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Di Timnas Albania kualitas Sylvinho dalam mengelola tim mulai terlihat.
Sylvinho merangkum semua pembelajaran yang didapat dari karir sepakbolanya yang panjang dan Timnas Albania adalah hasilnya. Salah satu inovasi yang dibawa Sylvinho adalah penggunaan pemain sayap. Ia meniru apa yang dilakukan Pep Guardiola dan kebanyakan pelatih modern lainnya yakni menggunakan “sayap terbalik”.
Dalam hal ini, Sylvinho memanfaatkan pemain sayap berkaki kiri untuk mengisi sektor sayap kanan dan begitupun sebaliknya. Jadi, kita melihat Jasir Asani yang dominan menggunakan kaki kiri bermain di sektor sayap kanan. Sementara Mytro Uzuni yang berkaki kanan justru mengisi sektor sayap kiri.
Selain itu, Sylvinho juga meningkatkan kualitas transisi Albania. Dengan skema double pivot andalannya, Sylvinho memerintahkan dua gelandang untuk menjaga kedalaman. Biasanya, Ylber Ramadani dan Kristjan Asllani yang akan memikul tugas ini. Jika menghadapi serangan balik, mereka akan menahan gempuran sambil menunggu pemain lain turun.
Pelatih berusia 49 tahun itu gemar menciptakan permainan kolektif di Timnas Albania. Ia sadar kalau timnya bukan unggulan. Jadi, memanfaatkan kerjasama tim dan kesabaran dalam membangun serangan adalah identitas baru Albania di Kualifikasi EURO 2024.
Dengan gaya bermain ini, Timnas Albania bisa mengatasi perlawanan tim kuat macam Polandia dan Republik Ceko. Mereka bahkan memuncaki Grup E dengan raihan 15 poin. Albania hanya kalah sekali dari Polandia di pertandingan pembuka sebelum akhirnya tak terkalahkan di tujuh pertandingan sisa di Kualifikasi EURO 2024.
Membangun kedekatan
Sylvinho membongkar treatment khusus untuk menjadikan timnya sebagai tim yang bermain kolektif. Dilansir ESPN, ia harus membangun kedekatan dengan para pemain terlebih dahulu. Tak tanggung-tanggung, Sylvinho sampai rela tinggal di Albania dan belajar bahasa Albania agar memudahkan komunikasinya dengan seluruh elemen yang ada di piramida sepakbola Albania.
Sejak hari pertama ditunjuk sebagai pelatih, Sylvinho sudah disibukan dengan berkas seluruh pemain Albania. Ia mempelajarinya satu per satu untuk mengetahui latar belakang dan gaya bermain para pemainnya. Ia bahkan sesekali meluangkan waktu untuk menonton anak asuhnya yang bermain di Serie A.
Di ruang ganti, sang juru taktik selalu menanamkan paham kalau Albania itu satu kesatuan. Tak ada yang boleh membawa status bintangnya jika sudah bermain untuk Timnas. Di mata Sylvinho, semua pemain sama. Tak ada yang akan mendapat perlakuan spesial darinya. Metode pendekatan ini ia pelajari dari Arsene Wenger yang selalu bisa meredam aura kebintangan pemain-pemainnya.
Apa Selanjutnya?
Buah dari upayanya untuk serius membenahi persepakbolaan Albania, Sylvinho jadi sosok yang begitu dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat di sana. Ia bahkan dicap sebagai pelatih terbaik Albania dalam sedekade terakhir. Oleh karena itu, setelah membawa The Eagles ke EURO 2024, Sylvinho dianugerahi warga negara Albania oleh pemerintah setempat.
Pencapaian ini memang layak untuk dirayakan. Tapi, Sylvinho tak boleh lama-lama larut dalam kegembiraan. Cobaan sesungguhnya sudah menanti. Albania akan menghadapi Italia, Kroasia, dan Spanyol di Grup B EURO 2024. Putaran final adalah level yang jauh lebih sulit dari sebelumnya. Mampukah Sylvinho kambali menunjukan magisnya?
https://youtu.be/0bMMHuTqfLI