Sevilla Remuk, Saatnya Turun Kasta?

spot_img

Kabut frustrasi menyelimuti Estadio Sanchez Pizjuan. Semua yang ada di sana gelisah. Presiden Sevilla, Pepe Castro tidak aman posisinya. Direktur Olahraga, Monchi harus merasa gusar karena mendapat kritik. Dan, tentu saja, pelatih Sevilla, Julen Lopetegui diambang pemecatan.

Awal musim ini, penampilan Sevilla benar-benar remuk. Mereka tak pernah merasakan satu pun kemenangan di empat laga awal La Liga. Kemarin, Sevilla juga sudah dibotakin Manchester City 4-0 di ajang Liga Champions. Kurang remuk apa Sevilla?

Dari empat pertandingan La Liga, Los Palanganas hanya meraih satu poin. Ya, cuma satu poin, dan membuat mereka hanya satu strip saja di atas zona degradasi. Ingin mencicipi Liga Segunda kah?

Melihat Sevilla yang remuk sangat miris. Apalagi dua-tiga tahun belakangan, Los Palanganas sejatinya adalah tim yang tangguh. Tiga musim terakhir, Sevilla selalu bisa finis di peringkat keempat. Mereka selalu bisa mengusik kenyamanan Atletico Madrid, Barcelona, dan Real Madrid.

Awal yang Buruk

Menyedihkan melihat nasib Sevilla sekarang. Los Nervionenses terlunta-lunta di awal musim La Liga. Sebelum ditaklukkan Manchester City di Liga Champions, Sevilla sudah menabung kesengsaraan. Pasukan Julen Lopetegui digunduli Barcelona 3-0 di markasnya sendiri.

Almeria yang sejatinya sangat gampang kalah pun, justru bisa mengalahkan Sevilla. Los Palanganas kalah di rumah Almeria 2-1. Saat menghadapi Valladolid, yang juga seharusnya bisa dimenangkan, eh justru gagal.

Dukungan publik sendiri hanya cukup untuk membawa Sevilla imbang atas Valladolid. Dan sebelumnya lagi, tepat di laga pertama mereka di La Liga pada 13 Agustus 2022, Los Palanganas tak berkutik di tangan Osasuna. Mereka kalah 2-1.

Situasi yang Sulit

Setelah musim 2021/22 tuntas dan berhasil mengamankan tiket Liga Champions, Sevilla justru harus menghadapi situasi yang sulit. Duet bek tengah mereka, Diego Carlos dan Jules Kounde pasti akan pergi pada musim panas. Meski sebelumnya, Monchi memegangi pemainnya agar tidak lepas.

Kedua bek itu, alih-alih bertahan salah satu, justru lepas semua. Jules Kounde merapat ke Barcelona, sedangkan Diego Carlos kini mematuhi instruksi Steven Gerrard di Aston Villa. Los Palanganas memang menemukan penggantinya.

Pemain berpaspor Brazil, Marcao dibeli dari Galatasaray. Namun, ia adalah pemain pesakitan. Sejak datang, Marcao bahkan belum pernah menyapa Lopetegui di sesi latihan. Sementara sebelumnya, Sevilla menaruh minat pada bek Bayern Munchen, Tanguy Nianzou. Namun, sampai bursa transfer tutup, keinginan itu sekadar minat.

Tanguy Nianzou batal merapat. Di satu sisi, Sevilla kelebihan pemain tengah, tapi tidak bisa menjualnya barang satu pemain. Papu Gomez, Suso, Ivan Rakitic, Erik Lamela, Olivier Torres, Thomas Delaney, sampai Jesus Corona yang meraih trofi Liga Eropa 2020, sulit terjual. Tak ada satu pun dari mereka yang memiliki daya jual tinggi.

Gagal menjual pemain tengah, Sevilla justru mendatangkan pemain baru. Isco, seorang playmaker 30 tahun, yang kariernya sudah masuk masa senja, justru didatangkan dari Real Madrid. Awalnya, Monchi tidak setuju dengan penandatanganan Isco, tapi Lopetegui mendesaknya. Monchi pun terpaksa harus mengikuti kemauan Lopetegui.

Tidak Banyak Jual, dan Gagal Belanja

Sayap Sevilla, Luis Ocampos sejatinya menjadi pemain potensial untuk dijual. Ia tampil impresif di awal kedatangannya pada tahun 2019. Namun, seiring waktu penampilannya kian menurun. Ajax yang dikabarkan tertarik memboyong, malah batal.

Karena kesulitan melepas pemainnya dengan biaya, Sevilla akhirnya melepas beberapa pemain dengan status pinjaman. Seperti apa yang mereka lakukan pada Ludwig Augustinsson yang merapat sebagai pemain pinjaman di Aston Villa.

Sulit menjual pemain, bikin finansial Sevilla sakit. Mereka tidak punya banyak pemasukan, selain bisa mengurangi beban gaji dengan meminjamkan pemainnya. Setelah meminjamkan Augustinsson, Sevilla pada akhirnya juga mencapai kesepakatan dengan Ajax untuk peminjaman Luis Ocampos.

Dikabarkan The Athletic, Sevilla hanya memiliki uang 31 juta euro (Rp461 miliar) dari hasil penjualan Diego Carlos. Los Palanganas juga mendapat fulus segar dari penjualan Kounde ke Barcelona.

Blaugrana menebus sang pemain dengan mahar 60 juta euro (Rp893 miliar). Gelontoran uang itu ternyata tidak mendatangkan kebahagiaan, karena Sevilla tidak cermat dalam membelanjakan uangnya.

Anomali Sevilla

Ketidakberesan di tubuh Sevilla adalah anomali. Karena tim Lopetegui semestinya tim yang hebat. Ketika dalam performa terbaik, Sevilla tampil sangat efisien dan efektif. Los Palanganas memang bukan tim yang enak dan nyaman ditonton.

Namun, sepakbola efektif yang diperagakan Lopetegui memaafkan hal itu. Hari ini Sevilla berbeda sekali. Pertahanan anak asuh Lopetegui gampang dibobol. Kehilangan Diego Carlos dan Jules Kounde disinyalir menjadi penyebabnya.

Keroposnya pertahanan Sevilla terlihat pada awal liga dengan kebobolan 8 gol. Dalam empat musim terakhir, ini adalah penampilan awal terburuk Sevilla. Bandingkan dengan misalnya musim 2019/20. Ketika itu, Sevilla tampil sangat mantap di awal musim. Dengan Sergio Reguilon, Jules Kounde, dan Diego Carlos mengisi pos lini belakang.

Hasil minor berakibat pada krisis kepercayaan diri para pemain. Apalagi setelah takluk atas Almeria. Kepercayaan diri pemain Sevilla makin meredup. Awan mendung makin menyelimuti Estadio Sanchez Pizjuan. Mirisnya, bukan hanya tidak percaya diri.

Dalam laporan The Athletic menunjukkan, antarpemain Sevilla tidak saling percaya. Para pemain juga telah mengubur kepercayaan mereka pada sosok Julen Lopetegui. Dan, Lopetegui juga sudah mengakui bahwa timnya seperti rahang kaca yang mudah pecah.

Lopetegui Out!

Penampilan buruk Sevilla di awal musim, mau tidak mau, sudi ataupun tidak, mengancam posisi Julen Lopetegui. Eks pelatih Real Madrid itu terancam dipecat. Dalam sebuah publikasi di Spanyol, Estadio Deportivo, penampilan buruk Sevilla hanya dengan meraih satu poin dari empat pertandingan dapat mengakibatkan perubahan.

Dalam laporan yang juga dikutip PSG Talk itu, isu pemecatan Julen Lopetegui dari kursi pelatih juga berhembus. Isu itu pun kian menguat ketika muncul nama eks pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino sebagai kandidat pengganti Lopetegui.

Namun, Pochettino dan pihak Sevilla sendiri cepat-cepat membantah tersebut. Kandidat lainnya yang muncul ke permukaan adalah manajer Leicester City, Brendan Rodgers. Akan tetapi, itu sepertinya mustahil. Sebab, Rodgers sendiri barangkali sedang rutin minum obat sakit kepala, karena penampilan buruk The Foxes.

Posisi Pepe Castro Juga Tidak Aman

Remuknya penampilan Sevilla tidak hanya membuat posisi Lopetegui tidak aman. Akan tetapi, posisi Pepe Castro sebagai presiden juga digoyang. Pepe Castro tidak sepenuhnya bisa mengamankan rezimnya. Apalagi fraksi-fraksi saingan di dewan tengah bersaing untuk mengkudeta tim.

Dalam kondisi semacam ini, Monchi menjadi sosok yang meredam amarah para fans. Ia meminta pemain Sevilla untuk segera tidak menampakkan diri usai menelan kekalahan. Monchi juga meyakinkan para fans, bahwa Sevilla bisa keluar dari masalah pelik ini.

Walaupun belakangan ini, kebijakan Monchi juga sukar dipahami. Ia juga dianggap menjadi penyebab Sevilla berantakan. Terlebih karena ia gagal menemukan pemain untuk membuat Sevilla lebih kuat. Seharusnya, Monchi bisa bergerak cepat sebelum kekacauan ini terjadi.

Minimal, ia bisa mendatangkan pemain yang bisa menjawab kebutuhan tim. Namun, karena sampai jendela transfer ditutup belum terkabul, maka Sevilla harus menelan akibatnya. Dan bukan tidak mungkin, ini akan menjalani musim yang buruk bagi Sevilla. Dengan atau tanpa ganti pelatih dan presiden.

Sumber: TheAthletic, Football-Espana, Barcabuzz, LaLigaExpert

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru