Sering Dikhianati, Air Mata Di Maria Berbuah Piala Dunia

spot_img

Siapa sih, yang mau dikhianati? Masing-masing orang pasti tak ingin dikhianati. Sebab dikhianati itu sakitnya luar biasa. Namun, punggawa Argentina, Angel Di Maria adalah pemain yang akrab dengan pengkhianatan. Boleh dibilang jejak karier Di Maria berjalan dari satu pengkhianatan ke pengkhianatan yang lain.

Pengkhianatan-pengkhianatan itulah yang pada akhirnya mengiringi nasib Di Maria. Nasib yang ujungnya berbuah kebahagiaan. Di mana “sang malaikat” akhirnya berhasil membawa Argentina juara Piala Dunia. Nah, berikut adalah perjalanan Di Maria yang sering diliputi pengkhianatan.

Dikhianati Madrid, MU, Dan PSG

Karir Di Maria yang lalu lalang di beberapa klub besar tak usah diragukan lagi. Fenomena lahirnya sayap lincah asal Rosario yang satu ini berawal dari ketertarikan Real Madrid pada pemain Benfica tersebut ketika masih berusia 22 tahun.

Keputusan yang tepat bagi Di Maria, ketika ia bersedia untuk dilatih oleh The Special One, José Mourinho di Santiago Bernabéu pada musim 2010/11. Tempaan Mou berbuah manis pada karirnya.

Namun, kisah manis itu tak selamanya terpatri dalam karir Di Maria di Real Madrid. Kisah pahit pun ia alami. Hubungan Los Blancos dan Di Maria pun mulai renggang ketika tanda-tanda Perez akan perlahan melepasnya mulai terendus.

Rencana pembelian James Rodriguez setelah Piala Dunia 2014 menjadi salah satu tanda. Kasus surat Perez kepada Timnas Argentina yang meminta Di Maria tak dimainkan di final Piala Dunia 2014 karena takut cedera juga menjadi penyebab. Di Maria sendiri merobek langsung surat itu karena sudah mengira Perez berharap dirinya absen dan cepat pulih dari cedera untuk bisa langsung dijual ke klub lain.

Terungkap akhirnya memang benar Di Maria dilepas ke MU dengan alasan Madrid tak mampu menggajinya lebih. Namun, Di Maria menyangkal hal itu. Ia mengatakan kepindahannya juga bukan semata-mata karena uang, namun memang sudah sengaja disingkirkan Madrid.

Kisah Di Maria berlanjut di Manchester United asuhan Louis Van Gaal pada musim 2014/15. Namun, karirnya di MU hanya seumur jagung. Ia pun kembali bermasalah. Kali ini dengan sang pelatih, Van Gaal. Bagi Di Maria, meneer Belanda itu adalah pelatih terburuk bagi karir sepakbolanya. Van Gaal dianggap tak menempatkannya pada posisi yang tepat. Van Gaal juga tak bisa mengeluarkan potensi terbaiknya.

“Van Gaal menggusur saya perlahan karena saya dianggap tak bisa mengikuti sistemnya. Meskipun saya mencetak gol dan assist, di pertandingan berikutnya ia justru mencadangkan saya,” kata Di Maria.

Di Maria merasa diperlakukan tak pantas. Ia kemudian memilih angkat kaki dari Old Trafford. Bahkan menurut istrinya, Jorgelina Cardoso, Di Maria menyesal seumur hidup berseragam Setan Merah. Dan benar bahwa kepergian dirinya ke MU ternyata hanya soal uang, tak lebih dari itu. “Hijrah ke Inggris dan bergabung bersama United adalah mimpi buruk baginya,” kata Cardoso.

Kemudian kepergiannya ke PSG adalah suatu pilihan bagi keberlanjutan karir Di Maria di musim 2015/16. Di PSG, ia menghabiskan waktu tujuh musim lamanya. Beberapa gelar di level domestik pun telah diraih. Ia merasa betah di Paris, begitupun keluarganya. Apalagi di sana ia banyak dikelilingi para rekan senegaranya seperti pelatih Pochettino, Messi, maupun Paredes.

Namun kisah pilu pengkhianatan yang dialami Di Maria kembali terjadi. Tepatnya di musim 2022/23. Ia tiba-tiba tak diperpanjang kontraknya. PSG berubah arah untuk tidak menambah masa baktinya setahun lagi. Yang lebih parahnya lagi, tak ada acara pelepasan khusus untuk pemain yang sudah memberikan sumbangsih besarnya selama tujuh musim tersebut. Untuk itu, ia sangat marah dan kecewa pada PSG dan memilih hengkang ke Juventus.

Di Timnas, Perannya Sangat Penting : Monster Partai Final

Di balik kisah pengkhianatan yang menyelimuti karirnya, Di Maria tak lantas berdiam diri. Membela tanah kelahirannya yakni Timnas Argentina, sering menjadi contoh luapan emosi dan kemarahannya.

Debut di timnas sejak 2008 ketika masih berusia 20 tahun, ia menjelma sebagai salah satu pilar penting bagi Argentina terutama pada momen-momen krusial. Ia kerap kali jadi monster penentu kemenangan di partai final. Dalam debutnya saja, ia sudah mencetak gol kemenangan di final sepakbola Olimpiade 2008.

Hal itu juga terjadi di Copa America 2020 yang lalu. Ia jadi pahlawan dengan gol chip indahnya ke gawang Brasil di Maracana. Gol semata wayang itulah yang akhirnya membuat Argentina kembali menjuarai ajang Copa America.

Kemudian di Finalissima di 2021, partai antara juara Eropa vs juara Amerika Selatan. Yakni Argentina vs Italia. Italia yang dicukur 3-0 tanpa balas tersebut, juga salah satunya berkat gol dari Di Maria.

Lalu di 2022, pembuktian terakhirnya bersama La Albiceleste benar-benar terjawab. Ketika ia rela diparkir di beberapa match sebelum final Piala Dunia 2022 oleh Scaloni. Namun Di Maria masih bisa kembali menasbihkan dirinya sebagai monster final.

Ketepatan Scaloni menurunkan Di Maria sejak awal laga berbuah satu assist dan satu gol dari kakinya yang menjadi salah satu faktor Argentina meraih gelar juara dunia ketiganya di Qatar.

Pengorbanan Seorang Di Maria, Demi Messi dan Argentina

Pengorbanan seorang Di Maria bagi tanah kelahirannya di tengah penderitaan pengkhianatan di level klub patut diapresiasi setinggi-tingginya. Di usianya yang sudah cukup uzur, pengalaman, mental, dan egonya tak diragukan lagi.

Kedekatanya dengan Messi juga menjadi sorotan ketika ia dan Messi juga merupakan sosok senior yang tertinggal di skuad Argentina. Ia tahu level kebintangannya lebih kecil dibanding Messi.

Melihat Messi butuh sebuah pengakuan sebagai “The Real Goat” di Dunia, ia pun rela membantunya sebagai pelayang maupun partner. Ia rela kebintanganya terkikis oleh Messi, termasuk apa yang terjadi di Copa America 2020 dan Piala Dunia 2022.

Ketika itu Messi akhirnya meraih dua gelar prestisius yang pertama bagi karirnya. Dan salah satu jimatnya adalah Di Maria. Messi pun tak luput berterima kasih pada Di Maria setelah jadi juara Copa America 2020. “Ia mengucapkan banyak rasa terima kasih kepada saya, ia sangat bangga dan tidak akan melupakan momen indah ini,” kata Di Maria.

Dengan berakhirnya perdebatan Messi sebagai “The Real Goat” sepakbola di muka bumi ini, kita juga tak bisa melupakan peran seorang malaikat bernama Di Maria. Di bawah air mata penderitaannya selama ini, pengorbanannya berbuah manis untuk sahabat sejatinya, Lionel Messi dan tentu untuk tanah air yang ia cintai, Argentina. Vamos, Di Maria!

Sumber Referensi : dailymail, planetfootball, marca, talksport, transfermarket

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru