Tahun 2022 adalah tahun spesial untuk sepak bola Maroko. Al-Mamlaka-al-Maghribiya, negeri yang 99% penduduknya beragama Islam itu mencatat sejarah sebagai negara Afrika pertama yang menapakkan kakinya di babak semifinal Piala Dunia 2022.
Prestasi tersebut Maroko rengkuh usai memenangi Derby Semenanjung Iberia. Menang adu penalti atas Spanyol di babak 16 besar, Maghreb sukses menundukkan Portugal di partai perempat final.
Meski akhirnya kalah dari Kroasia di partai perebutan tempat ketiga, tetapi dunia akan selalu mengingat auman Singa Atlas di Piala Dunia 2022. Tak ada yang menyangka Maroko bisa lolos ke babak semifinal Piala Dunia. Prestasi tersebut lagi-lagi menjadikan Maroko sebagai pelopor di benua Afrika.
– The first African team to ever reach a World Cup Semi Final
– The longest unbeaten run by an African nation in the tournament’s history
– Beat Belgium, Portugal and Spain on their incredible run
⁰⁰
The Atlas lions may have lost but they have done their country proud 🇲🇦♥️ pic.twitter.com/n8guTJhwou— SPORTbible (@sportbible) December 14, 2022
Daftar Isi
Pemain Diaspora Dalam Tubuh Singa Atlas
Di Piala Dunia 1970, Maroko jadi wakil Afrika pertama yang meraih poin di Piala Dunia. Lalu, di edisi 1986, mereka jadi wakil Afrika pertama yang menginjakkan kakinya di fase gugur Piala Dunia.
Akan tetapi, setelah itu, Singa Atlas seolah tertidur panjang. Gagal lolos di edisi 1990, Maroko terhenti di fase grup Piala Dunia 1994 dan 1998. Setelah itu, Singa Atlas selalu gagal lolos ke 4 edisi Piala Dunia secara beruntun.
Penurunan prestasi itulah yang membuat Federasi Sepak Bola Kerajaan Maroko (FMRF) melakukan perombakan besar. Dengan dukungan penuh dari Raja Mohammed VI yang turut prihatin dengan sepak bola Maroko, mereka membuat gebrakan serius.
Tiga program besar dibuat. Pertama, mendirikan Academie Mohammed VI de Football (AMF). Kedua, merestrukturisasi liga nasional dan berinvestasi di sepak bola wanita. Ketiga, berburu pemain diaspora Maroko yang lahir di Eropa.
Program ketiga itulah yang paling populer. Di Piala Dunia 2022, sebanyak 14 dari 26 pemain Singa Atlas berstatus pemain diaspora. Sebelumnya, di Piala Dunia 2018, malah terdapat 17 pemain diaspora dalam skuad Maroko. Catatan tersebut jadi rekor di Piala Dunia.
Berbeda dengan naturalisasi di Indonesia, Maroko melakukan perburuan pemain diaspora secara masif, terstruktur, dan terencana. Mereka mengirim banyak scout ke berbagai negara Eropa dan melakukan scouting selama beberapa tahun. Diaspora yang mereka scouting juga masih dalam usia emas.
Hasilnya, Maroko berhasil memulangkan banyak pemain keturunannya. Dari Belanda ada Hakim Ziyech, Zakaria Aboukhlal, Sofyan Amrabat, dan Noussair Mazraoui. Dari Belgia ada Selim Amallah, Ilias Chair, Anass Zaroury, dan Bilal El Khannous.
Dari Prancis ada Romain Saiss dan Sofiane Boufal. Dari Spanyol ada Achraf Hakimi dan Munir Mohamedi. Dari Italia ada Walid Cheddira. Sementara kiper utama Maroko, Yassine Bounou merupakan pemain kelahiran Kanada.
Para pemain ini memenuhi syarat membela timnas Maroko berdasarkan garis keturunan dari orang tua mereka. Maroko juga tak memaksa mereka membela Singa Atlas, sebab para diaspora Maroko merasa kalau Maroko adalah rumah mereka. Membela Singa Atlas adalah panggilan hati.
Academie Mohammed VI de Football (AMF)
Namun, program pencarian pemain keturunan itu hanyalah program lanjutan dari fondasi kuat yang telah Maroko canangkan. Jauh sebelum itu, mereka lebih dulu melakukan program besar, yakni membangun akademi dan pusat sepak bola nasional.
Program tersebut diinisiasi langsung oleh Baginda Raja Mohammed VI yang telah berkuasa sejak 1999. Raja cukup prihatin dengan minimnya fasilitas olahraga serta sedikitnya pesepakbola berbakat asli Maroko. Dari situlah kemudian lahir Academie Mohammed VI de Football (AMF).
In 2009, King Mohammed VI launched a national effort to reshape soccer in Morocco.
He built an academy with a school, 5-star hotels, indoor pitch, and medical center.
Today, Morocco is the first African nation to play in a World Cup semi — with academy grads leading the way. pic.twitter.com/5PikxBGTfx
— Front Office Sports (@FOS) December 14, 2022
AMF mulai didesain dan dibangun sesuai dengan standar FIFA pada medio 2007/2008 dan mulai beroperasi pada 2009 dan resmi dibuka pada September 2010. Tujuan utama dari AMF adalah untuk menemukan dan mengembangkan pemain muda terbaik Maroko.
AMF sendiri dibangun di atas lahan seluas 18 hektar dan menelan biaya pembangunan hingga 16,8 juta dollar AS atau lebih dari Rp 261 miliar. Biaya sebesar itu sebagian besar ditanggung langsung oleh Raja Mohammed VI.
Terletak di kota Sale, AMF memiliki 4 hotel bintang lima di dalam kompleksnya. AMF juga dilengkapi dengan fasilitas medis super lengkap dan 8 lapangan standar FIFA, termasuk di antaranya lapangan indoor yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
Selain itu, AMF juga punya fasilitas asrama dan sekolah dengan program pengajaran yang didukung langsung oleh Kementerian Pendidikan Maroko. Kurikulum mereka menggabungkan olahraga dengan pendidikan, sehingga anak-anak yang menimba ilmu di AMF tetap memiliki bekal jika mereka mau melanjutkan sekolahnya. Alhasil, lulusan yang dihasilkan tak cuma bagus dalam sepak bola, tetapi juga cerdas.
Kompleks AMF sendiri dapat menampung sekitar 50-60 kandidat dengan usia 12 hingga 18 tahun. Kini, sudah banyak lulusan AMF yang jadi pemain top di Liga Maroko atau bahkan sudah direkrut oleh klub-klub Eropa.
FIFA sendiri mengakui kalau Academie Mohammed VI de Football jadi salah satu kunci sukses Maroko di Piala Dunia 2022. 4 dari 26 pemain Singa Atlas di Qatar 2022 merupakan lulusan AMF. Mereka adalah Ahmed Reda Tagnaouti, Nayef Aguerd, Youssef En-Nesyri, dan Azzedine Ounahi. Tiga nama terakhir kini sudah bermain di Liga Top Eropa.
Youssef En-Nesryi, Azzedine Ounahi, and Nayef Aguerd are jus the latest to come from the academy. It has been attracting huge interest from other top academies in Europe.
We will soon see more from this set-up in the top leagues. (2/5) pic.twitter.com/oQb37rC1fC
— EuroFoot (@eurofootcom) December 11, 2022
AMF jelas sebuah proyek jangka panjang dan dilihat dari timeline-nya, Maroko bisa dibilang tengah mulai menikmati hasil investasi besar mereka. Kedepan, Maroko diprediksi tak akan lagi kekurangan pemain lokal berbakat.
Pada 2015 silam, kabarnya akademi serupa sudah dibangun di beberapa kota di Maroko dan pada 2019 lalu, Sang Raja kabarnya sudah memperluas area AMF menjadi 30 hektar.
AMF adalah pintu sekaligus pemicu dalam pembinaan pemain muda di tanah Maroko. Kini AMF telah menjadi salah satu akademi terbaik di dunia dan mulai menjalin kerja sama dengan beberapa klub Eropa.
Hamza Mendyl (Schalke), Youssef En-Nesyri (Leganés) and Nayef Aguerd (Dijon) are young talents who made the step from Morocco to Europe’s top leagues. But where did they all come from? Here is a peek at the Mohammed VI Academy, one of the most modern academy projects in Africa. pic.twitter.com/S5PahOoOZM
— Maghrib Foot (@MaghribFoot) September 6, 2018
Restrukturisasi Liga Nasional Maroko
Program besar berikutnya yang dilakukan Federasi sepak bola Kerajaan Maroko adalah melakukan restrukturisasi Liga Nasional. Botola Pro atau Liga 1-nya Maroko baru benar-benar full profesional pada musim 2011/2012.
Pelan tapi pasti, kini Liga Maroko jadi liga dengan koefisien tertinggi di Afrika. Klub-klub Maroko juga mulai berhasil mengembalikan kejayaan mereka di benua Afrika.
Sejak tahun 2018, klub Maroko begitu dominan di CAF Confederation Cup alias Liga Europa-nya Afrika. Selama 5 tahun terakhir, hanya pada 2019 saja trofi Confederation Cup lepas dari genggaman wakil Maroko.
Di Liga Champions Afrika, klub Maroko juga mulai berjaya lagi. Wydad Casablanca sukses mengakhiri puasa gelar klub Maroko di Liga Champions Afrika selama 18 tahun dengan menjadi jawara di musim 2017. Wydad juga kembali menjadi juara Liga Champions Afrika di musim 2022 dengan Walid Regragui sebagai pelatihnya.
Wydad sendiri juga menyumbang 3 pemainnya dalam skuad Singa Atlas di Piala Dunia 2022. Mereka adalah Ahmed Reda Tagnaouti, Yahya Jabrane, dan Yahia Attiyat Allah. Ada pula Achraf Dari. Setelah memenangi Liga Champions Afrika dan terpilih sebagai bek terbaik, Dari kemudian direkrut klub Ligue 1 Prancis, Brest.
#TahukahAnda, klub Maroko Wydad Casablanca menyumbang pemain lebih banyak di semi-final #PialaDunia2022 ketimbang Barcelona, Man United dan Chelsea 😱#FIFAWorldCup #Qatar2022 pic.twitter.com/rQgTPuISHi
— GOAL Indonesia (@GOAL_ID) December 12, 2022
Selain mengembangkan sepak bola pria, Maroko juga berinvestasi pada sepak bola wanita. Didanai oleh FMRF, Maroko saat ini menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki dua tingkat sepak bola wanita yang sepenuhnya profesional.
Hasilnya, di tahun 2022, timnas sepak bola wanita Maroko keluar sebagai runner-up Piala Afrika dan lolos ke Piala Dunia pertama mereka. Sementara klub sepak bolanya, yakni ASFAR Women berhasil menjuarai Liga Champions Wanita. Mereka adalah tim Maroko dan Afrika Utara pertama yang menjuarai Liga Champions Wanita.
Di cabang lain, Maroko juga meraih sukses di futsal. Timnas futsal mereka sukses menjuarai Arab Futsal Cup. Tak salah lagi kalau tahun 2022 adalah tahun spesial untuk Maroko. Apalagi mereka menutupnya dengan menjadi semifinalis Piala Dunia 2022.
Pentingnya Pemerintah Dalam Kemajuan Olahraga Nasional
Mendirikan AMF, merestrukturisasi Liga Nasional dan berinvestasi pada sepak bola wanita, serta mencari pemain diaspora. Dari 3 program besar itulah Maroko menghasilkan timnas yang kuat.
Maroko kini punya banyak stok pemain berbakat. Pemain diaspora mereka memang masih dominan, tetapi berkat program-program besar tadi, para pemain lokal Maroko kini juga tak kalah hebat.
Akhir kata, kesuksesan Maroko di Piala Dunia 2022 bukanlah hasil dukungan atau doa semata. Sebelum itu, mereka telah berusaha keras dengan upaya yang sangat terencana. Penunjukan Walid Regragui sebagai pelatih The Atlas Lions hanya 3 bulan sebelum Piala Dunia 2022, juga wajib diapresiasi. Walid yang lahir di Prancis berhasil menyatukan pemain lokal dengan pemain diaspora.
1970: First African team to earn a point
1986: First African team to reach the knockouts
2022: First African team to reach the semifinalsMOROCCO CONTINUE TO MAKE HISTORY AT THE MEN’S WORLD CUP 👏 pic.twitter.com/x9qVj1D0Jj
— B/R Football (@brfootball) December 10, 2022
Namun, sekali lagi, kami tak bosan-bosannya menggaris bawahi kalau sukses Maroko di tahun 2022, khususnya di Piala Dunia 2022, diawali oleh kepedulian Raja Mohammed VI dan keseriusan Federasi Sepak Bola Kerjaan Maroko untuk memajukan sepak bola di Negeri Matahari Terbenam.
Inilah pentingnya dukungan pemerintah dan keseriusan federasi terhadap kemajuan olahraga nasional. Banyak hal yang bisa kita petik dari keberhasilan Maroko. Semoga saja kisah dari Maroko ini bisa jadi pembelajaran bersama dan inspirasi bagi pemangku kepentingan di Negeri Ini.
***
Referensi: Liputan 6, Atlas Info, Front Office Sport, CNN, North Africa Post, Inews.