Di tengah panasnya rivalitas Arsene Wenger dan Sir Alex, Arsenal menyudahi dominasi United di Inggris pada musim 2003/04 dengan menjuarai Liga Inggris. dan untuk membuat Fergie tambah iri, Wenger mengakhiri musim itu tanpa sekalipun kalah di liga. Pencapaian ini akan dikenal dengan istilah invincible.
Itu jadi prestasi yang membanggakan untuk Arsenal. Tidak ada tim inggris lain yang bisa melakukannya. Namun, sebenarnya Arsenal bukanlah satu-satunya tim di Eropa yang menjuarai liga tanpa kekalahan. 7 tim eropa ini juga pernah mendapatkan gelar invincible.
Daftar Isi
AC Milan 1991/92
Sebelum Arsenal menjadikan istilah invincible populer dan keren di dunia sepak bola, AC Milan telah melakukannya 12 tahun sebelumnya. Tepatnya di musim 1991/92, ketika itu rossoneri masih diperkuat para legenda seperti Franco Baresi, Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Marco van Basten.
AC Milan were unbeaten in Serie A in 1991/92, in total they went 58 league games unbeaten from 19th May 1991 to 21st March 1993. pic.twitter.com/StnqVVekPY
— 90s Football (@90sfootball) August 28, 2022
Di musim itu juga, Milan berada dalam masa transisi. Arrigo Sacchi, pelatih yang membawa sepak bola visioner dan dicintai publik San Siro hengkang untuk melatih tim nasional. Posisinya digantikan oleh Fabio Capello, pelatih yang terkenal dengan gaya permainan pragmatis.
The 1991-92 invincibles season ✅
— Milan Eye (@MilanEye) June 18, 2021
The longest unbeaten streak in Serie A (58 games) ✅
4-0 win against Cruyff’s Barcelona in Champions League final 1994 ✅
Happy birthday Don Fabio Capello 🎂 pic.twitter.com/33vppeTu6r
Capello awalnya diragukan oleh publik milan itu sendiri. Rossoneri menjalani tiga hasil imbang dari lima pertandingan awal mereka. Bagaimanapun, Milan bisa menyesuaikan diri dengan Capello secara cepat. Mereka memenangkan 12 pertandingan dari 14 pertandingan setelahnya. Marco van Basten jadi pencetak gol terbanyak dengan 25 gol yang sudah ia kemas.
Milan pun mendapatkan scudetto tanpa terkalahkan, dan mencetak 74 gol sepanjang musim. Beberapa kemenangan besar il diavolo rosso musim itu adalah 5-0 lawan Napoli dan 5-1 lawan juara bertahan Sampdoria.
Salah satu pertandingan yang seru terjadi di laga penutup musim. Di pertandingan terakhir itu, Milan bertemu dengan Foggia. Anak asuh Fabio Capello sempat tertinggal dengan skor 2-1. Rossoneri sudah ditetapkan sebagai juara Serie A, jadi kekalahan ini seharusnya tidak begitu berarti. Namun, Milan mampu membalikan skor menjadi 8-2 di akhir laga.
Ajax 1994/95
Tim Ajax 1994/95 adalah tim Invincible yang jauh lebih baik daripada Arsenal. Tidak percaya? Ajax tidak hanya tak terkalahkan di Eredivisie, tapi juga tak terkalahkan di Liga Champions musim itu. Dengan dilatih oleh Louis Van Gaal, Ajax diisi para pemain muda lokal. 13 pemain di skuad merupakan pemain homegrown dengan rata-rata usia 23 tahun.
Skuad itu berisikan nama-nama familiar yang akan jadi legenda di masa sekarang. Seperti Edwin van der Sar, Danny Blind, Frank de Boer, Edgar Davids, Frank Rijkaard, Clarence Seedorf, dan Patrick Kluivert.
Tentu, Ajax menjadi juara Eredivisie bukanlah hal yang baru. Tapi cara mereka menjuarai liga adalah hal yang luar biasa. Anak asuh Louis Van Gaal mencetak sebanyak 106 gol dan hanya kebobolan 28 kali di liga. Mereka memenangkan 27 pertandingan dari total 34 laga. Artinya hanya pernah merasakan imbang sebanyak tujuh kali. Membuktikan bagaimana tak terbendungnya Ajax era itu.
Ajax sempat diragukan di Liga Champions musim itu. Mereka tergabung dalam grup yang sama dengan AC Milan. Tapi Ajax mampu mengalahkan rossoneri di dua leg babak penyisihan grup. Kemudian juga mengalahkan Bayern Munchen di semifinal dan kembali menaklukan AC Milan di final.
📸 – Today, exactly 25 years ago, Ajax won their 4th Champions League trophy in history after beating AC Milan with 1-0, thanks to the only goal scored that night by Patrick Kluivert who was only 18 years old.
— 𝐀𝐅𝐂 𝐀𝐉𝐀𝐗 💎 (@TheEuropeanLad) May 24, 2020
Iconic team that played fantastic football in an iconic season. 🌟🏆 pic.twitter.com/GCbVY4jpf5
Rekor mereka tidak berhenti sampai situ. Ajax sebenarnya tidak terkalahkan di sepanjang kalender tahun 1995 dengan total 48 pertandingan di liga dan Champions. Lebih jauh lagi, tim ini juga tidak terkalahkan 52 pertandingan domestik dan 19 pertandingan Liga Champions antara tahun 1994-1996.
FC Porto 2010/11
Sama seperti AC Milan yang meraih invincible musim 1991/92 di tengah masa transisi kepelatihan baru, yaitu Andre Villas-Boas. Bedanya, Porto punya rasa optimis terhadap AVB sebab dirinya merupakan tangan kanan Jose Mourinho selama di Chelsea dan Inter Milan. Bisa dibilang AVB adalah murid dari Jose Mourinho.
Sebelum Andre Villas-Boas datang ke Porto, Dragoes finis di peringkat ketiga liga, kalah di babak 16 besar Liga Champions, dan kalah di final Taca de Liga melawan Benfica. Jadi AVB adalah harapan baru bagi publik Estadio do Dragao. Berharap AVB bisa kembali membawa Porto berjaya seperti di era Jose Mourinho.
Hasilnya tidak hanya AVB merebut kembali gelar juara liga, tapi juga dengan catatan tak terkalahkan. Bahkan, anak asuh Villas-Boas hanya pernah merasakan hasil imbang di liga sebanyak tiga kali saja. Sisanya mereka selesaikan dengan kemenangan.
Dengan pemain andalan seperti Helton, Maicon, Nicolas Otamendi, João Moutinho, James Rodríguez, Radamel Falcao, dan Hulk, AVB juga berhasil merengkuh gelar Europa League. Mereka juga mendominasi kompetisi itu. Di perempat final, Porto mengalahkan Spartak Moskva dengan agregat 10-3. Kemudian mengalahkan tim unggulan, Villarreal di semifinal dengan agregat 7-4. Mereka akhirnya mengalahkan FC Braga di final dengan skor tipis 1-0.
Porto juga menjuarai Taca de Portugal musim itu, melengkapi gelar treble winner mereka. Sayang, AVB hanya bertahan selama semusim di Porto. Ketika Chelsea melayangkan tawaran kepadanya, ia tak kuasa untuk menolak. Jika saja ia tahu, melatih Chelsea adalah pintu utama menuju kehancuran karirnya.
Juventus 2011/12
Setelah si nyonya tua menerima hukuman calciopoli dengan dilucuti gelar Serie A musim 2004/05 dan 2005/06 serta turun kasta ke serie B, Juve dalam perjalanan menemukan wibawa mereka lagi. Itu baru didapatkan bianconeri di musim 2011/12. Dan fakta bahwa mereka menjuarai Serie A tanpa kekalahan membuatnya semakin spesial.
Banyak perubahan yang terjadi di Juventus di awal musim itu. Yang pertama adalah si nyonya tua pindah ke rumah baru. Stadion lama yang bersejarah, Stadio Delle Alpi diruntuhkan menjadi Juventus Stadium. Kemudian, Juve juga merekrut pelatih baru. Yaitu Antonio Conte yang sebelumnya melatih Cesena. Ia juga mantan pemain Juve di era 90-an.
Bersama dengan pelatih baru, pemain-pemain anyar pun didatangkan. Salah satu rekrutan paling penting adalah Andrea Pirlo, yang dibajak dari AC Milan dengan status bebas transfer. Regista itu jadi pemain terpenting Juve merengkuh gelar scudetto pertama sejak tahun 2003.
Meskipun kasus calciopoli sudah lama berlalu, perebutan juara musim 2011/12 Juve juga sebenarnya diwarnai oleh beberapa kontroversi. Bianconeri dituduh melakukan kecurangan dengan wasit di laga melawan juara bertahan, AC Milan. Tentu saja, yang dimaksud adalah gol hantu Muntari.
This Muntari 'ghost goal'. Instead of going 2-0 up, Milan went on to concede a late equalizer before going on to lose the title by 4 points to Juventus. 😳 pic.twitter.com/su3zZix2hi
— FPL Aiden (@FPL_Aiden) March 22, 2022
Tapi pada akhirnya semua tuduhan itu tidak terbukti. Juve mampu menjaga jarak empat poin dari Milan yang berada di posisi kedua sampai akhir musim. Scudetto ini jadi langkah awal Juve mendominasi Serie A dengan menjuarai liga sebanyak sembilan kali berturut-turut.
Porto 2012/13
Setelah Porto untuk pertama kalinya menjuarai liga Portugal tanpa kekalahan di musim 2010/11, Dragoes melakukannya lagi dua musim setelahnya. Tepatnya di musim 2012/13. Kali ini Porto dilatih oleh Vitor Pereira, mantan asisten Andre Villas-Boas dulu.
Musim 2012/13 adalah musim kedua Vitor menjabat sebagai pelatih. Di musim itu pula, ia mendapat banyak kritikan di pertengahan musim. Sebab ia membuat Porto tersingkir dari Liga Champions terlalu awal. Dragoes kalah di babak 16 besar melawan Malaga.
Di Primeira Liga Portugal, kejar-kejaran pun terjadi antara Porto dan rival abadinya, Benfica. Kedua tim itu sama-sama belum mengalami kekalahan sampai penghujung musim. Di pekan ke-29 dari total 30 pekan yang tersedia, Porto bertemu dengan Benfica.
Dalam laga penentuan yang digelar di Estadio do Dragao itu, Porto berhasil menang dengan skor 2-1. James Rodriguez dan kolega berhasil mengunci gelar juara setelah memastikan kemenangan 2-0 melawan Pacos de Ferreira. Porto pun mendapatkan gelar invincible mereka, dengan hanya berjarak satu poin dan satu selisih gol dari Benfica.
Celtic 2016/17
Celtic memang sudah menjadi penguasa Skotlandia, dan semua orang sudah tahu itu. Tapi apa yang mereka capai di musim 2016/17 bukanlah sesuatu yang bisa dibayangkan oleh fans sepak bola manapun. Dan, tidak bisa ditandingi oleh klub sepak bola manapun. Apalagi itu adalah musim pertama Brendan Rodgers sebagai pelatih the celts.
Celtic mencatatkan rekor tidak terkalahkan di pertandingan domestik selama musim itu, tidak hanya di pertandingan liga saja. Sekaligus mencatatkan juara liga Skotlandia enam kali berturut-turut. The Hoops berhasil mengoleksi 106 poin di liga. Itu adalah rekor poin terbanyak yang didapatkan tim liga Skotlandia.
Mereka juga memiliki 31 poin dengan peringkat kedua. Itu adalah selisih terbesar ketiga yang pernah dicatatkan tim Eropa manapun. Belum lagi Celts juga menjuarai piala liga dan Scottish Cup di musim yang sama.
Rangers 2020/21
Tiga musim setelahnya, Rangers tidak mau kalah dengan catatan rival abadinya itu. Sebelumnya, Rangers mengalami masa suram. Karena kebangkrutan mereka harus turun sampai ke divisi empat liga Skotlandia pada tahun 2012.
Mereka harus berusaha keras merangkak kembali ke liga. Di tahun 2016, the gers kembali ke kasta teratas tapi hanya mampu finis di urutan ketiga dua kali berturut-turut. Sampai akhirnya Steven Gerrard mengambil alih kursi kepelatihan di tahun 2018.
Setelah mengantarkan Rangers ke peringkat dua di dua musim pertamanya, Gerrard akhirnya membawa gelar liga di musim 2020/21. Itu adalah gelar liga pertama Rangers setelah satu dekade. Dan semakin terasa manis karena didapatkan tanpa kekalahan dan koleksi 102 poin. Memenangkan 32 dari 38 pertandingan dengan enam kali imbang, Rangers unggul 20 poin dari Celtics.
Sumber referensi: GMS, Milan, Talk, 90min, 90min 2, UEFA, Athletic, Juventus, Celtic