Liverpool memang memenangkan duel atas Tottenham. Namun, mereka tetap jadi sorotan. Bukan gara-gara kemenangan dramatis, melainkan penampilan salah satu bek mereka, Virgil Van Dijk. Pada malam itu, bek asal Belanda tersebut disorot lantaran performanya sangat jauh dari standar.
Dalam laga tersebut, Van Dijk bahkan sama sekali tak membuat tekel atau intersep. Laga melawan Spurs bukan jadi satu-satunya pertandingan yang mencerminkan performa buruk Van Dijk. Lantas mengapa performanya tak secemerlang biasanya?
Daftar Isi
Pentolan Liverpool
Tak bisa dipungkiri Virgil van Dijk merupakan pemain kunci di setiap pertandingan Liverpool era Jurgen Klopp. Setelah didatangkan dengan bandrol 84 juta euro (Rp1,3 triliun) pada Januari 2018 lalu, Van Dijk sempat dianggap terlalu mahal. Namun, dengan cepat ia menjelma sebagai tembok pertahanan paling kokoh di Inggris.
Kedatangannya benar-benar membawa pertahanan Liverpool mencapai level yang berbeda. Bahkan beberapa pengamat sepakbola menganggap kalau Van Dijk merupakan bek terbaik yang pernah dimiliki oleh Liverpool. Ia bagai kepingan terakhir yang melengkapi susunan skuad Jurgen Klopp.
Dalam kurun waktu setengah tahun saja, Van Dijk sudah mengantarkan klubnya menjuarai Liga Champions dan meraih gelar pemain terbaik Liga Inggris musim 2018/19. Pemain asal Belanda itu jadi pemain bertahan pertama dalam 14 tahun terakhir yang meraih gelar individu tersebut. Musim tersebut Liverpool jadi tim paling sedikit kebobolan di liga dengan 22 gol saja.
Van Dijk memperkokoh benteng pertahanan Liverpool berkat kekuatan, kecepatan, dan kewaspadaannya. Selain itu, kepemimpinannya juga membuat sejumlah pemain belakang muda Liverpool berkembang. Dengan begitu tak ada lagi yang membicarakan bandrol harganya.
Liverpool Menurun, Van Dijk Ikutan Turun
Musim-musim indah yang sudah dilewatinya tampak tak ada maknanya lagi ketika melihat performa Van Dijk musim ini. Selaras dengan performa Liverpool yang kendor, mantan pemain Groningen tersebut juga mengalami penurunan performa. Meski bukan dirinya saja yang menurun, tapi Van Dijk jadi salah satu yang paling mencolok.
Semua berawal dari laga pembuka Liga Inggris, saat Van Dijk dibuat kewalahan oleh Aleksandar Mitrovic. Setelah itu kritikan mulai menyapa telinga pemain terbaik Eropa tahun 2019 itu. Dalam beberapa hal, Van Dijk memang masih terlihat sama seperti musim-musim sebelumnya. Namun menurut media Goal, melihat permainan Van Dijk seperti melihat Liverpool sekarang. Seperti individu yang sedang kehilangan jati diri.
Mungkin kesalahan yang paling terkenal adalah ketika kalah 2-1 dari Manchester United. Dalam terciptanya gol pertama United, pengambilan keputusan Van Dijk dirasa keliru. Ia memilih untuk diam sambil menyembunyikan tangannya ketimbang menghadapi bola dan menutup ruang tembak Jadon Sancho.
Dan yang terbaru, Van Dijk dibuat tak berdaya oleh gocekan sederhana yang dimainkan oleh Ivan Perisic akhir pekan lalu. Meski akhirnya The Reds menang 4-3, performa Van Dijk sangat di luar harapan. Menurut Sofascore, akurasi umpannya memang oke, tapi ia tak mencatatkan satu pun clearance, tekel, dan intersep.
Van Dijk hanya mencatatkan satu kali memblok tendangan lawan. Statistik itu sangat jauh apabila dibandingkan dengan partnernya, Ibrahima Konate yang mencatatkan dua clearance, satu intersep, dan empat tekel di laga tersebut.
Van Dijk Makin Ketinggalan
Van Dijk mendapat sorotan yang begitu besar karena hanya dia yang dirasa belum memperbaiki diri di musim ini. Kita bisa lihat Mohamed Salah yang kesulitan mencetak gol di paruh musim pertama mulai kembali moncer. Kini pemain asal Mesir itu sudah mencetak 17 gol di Liga Inggris, 11 diantaranya dicetak setelah jeda Piala Dunia.
Tak cuma Salah yang sudah muhasabah diri. Trent Alexander-Arnold juga perlahan kembali menemukan sentuhan terbaiknya. Memainkan peran sebagai inverted full back, atau sederhananya bek sayap yang bisa bermain ke tengah saat tim sedang menyerang, Trent tampil memuaskan. Ia mulai rajin memberikan assist dengan catatan enam assist dalam lima laga Premier League terakhir.
Kelelahan
Tentu ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa Van Dijk belum bisa mengikuti jejak rekan-rekan satu timnya. Salah satu yang paling berpengaruh adalah faktor kelelahan. Beberapa media beranggapan kalau tenaga Van Dijk sudah dikuras habis oleh Liverpool musim lalu. Di mana The Reds fokus di empat kompetisi sekaligus.
Hal itu diakui oleh legenda Liverpool, Jamie Carragher. Menurutnya, Liverpool terlalu memforsir pemainnya musim lalu. Itu bisa dilihat saat mereka bertarung hingga akhir di empat kompetisi yang mereka ikuti. Dua diantaranya yakni Piala FA dan Piala Liga berhasil mereka menangkan.
Van Dijk sendiri hampir tak pernah melewatkan pertandingan Liverpool. Ia hanya absen beberapa kali karena terjangkit virus Corona. Sepanjang musim 2021/22, ia sudah mengemas 51 pertandingan di semua kompetisi. Belum lagi ia masih tampil di Kualifikasi Piala Dunia dan UEFA Nations League saat membela Timnas Belanda.
Kelelahan tentu akan menurunkan konsentrasi sang pemain. Selama musim 2021/22 Virgil van Dijk tak pernah menciptakan penalti untuk lawan. Pengambilan bolanya selalu cerdas dan piawai membaca permainan. Namun, di awal musim 2022/23, ia sudah memberi dua penalti saat menghadapi Fulham di laga pembuka Liga Inggris dan Napoli di penyisihan Grup A Liga Champions.
Riwayat Cedera
Selain itu, Virgil van Dijk juga memiliki riwayat cedera yang cukup parah. Dilansir Mirror, Van Dijk dianggap akan sulit mencapai top performa lagi setelah menderita cedera ligamen pada tahun 2020 lalu. Selain itu, Van Dijk juga memiliki riwayat cedera hamstring yang sesekali kambuh. Mungkin ini yang bisa dijadikan pembeda dari Trent Alexander-Arnold dan Mohamed Salah.
Dilansir The Athletic, cedera ligamen yang didapat saat melakoni laga derby Merseyside melawan Liverpool Oktober 2020 lalu begitu mempengaruhi penampilan Van Dijk di musim-musim berikutnya. Penurunan performanya tak lepas dari trauma cedera parah tersebut.
Bahkan setelah pulih dari cedera hamstring Februari lalu, performa Van Dijk makin jeblok dan kalah bersinar dari Ibrahima Konate. Kesalahan demi kesalahan terus dibuat oleh pemain yang memiliki darah Suriname ini. Jadi, tak sepenuhnya salah apabila kita menganggap penurunan performa Van Dijk mempengaruhi performa Liverpool di Liga.
Beberapa pihak juga meyakini kalau Van Dijk masih berada di fase adaptasi. Kita semua tahu, ia sudah membangun partnership yang luar biasa dengan Joel Matip dalam beberapa tahun terakhir. Kini ia kembali mulai dari awal ketika dipasangkan dengan bek asal Prancis tersebut.
Sebetulnya Nggak Buruk-buruk Amat
Penurunan performa Van Dijk membuat pertahanan Liverpool terlihat rapuh. Musim ini, The Reds sudah kebobolan 42 gol di Liga Inggris. Itu jadi angka yang terburuk dalam empat musim terakhir. Jika dihitung, Liverpool sudah kebobolan 57 gol di semua kompetisi musim ini. Itu jadi yang terburuk sejak 1995.
Terlalu jahat apabila hanya membahas kesalahan dan keburukan Van Dijk. Nyatanya, menurut Opta, ia baru 18 kali kalah duel darat. Itu jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan bek-bek Liga Inggris lain seperti Ruben Dias yang sudah kalah 25 kali atau Lisandro Martinez yang sudah kalah duel sebanyak 46 kali.
Data itu membuktikan kalau kemampuan duel darat Van Dijk masih jadi salah satu yang terbaik di Inggris. Jika ingin tetap tampil di Eropa musim depan, Jurgen Klopp harus mencari cara bagaimana agar Van Dijk bisa kembali ke performa terbaiknya.
Sumber: The Analyst, The Athletic, Mirror, Goal, Sporting News