Pemain Ini Main Bagus Tapi Gagal Selamatkan Timnya dari Degradasi

spot_img

Sepak bola merupakan olahraga tim. Artinya, agar bisa mencapai tujuan, yakni meraih kemenangan, sebuah tim harus bisa bekerja sama dan bermain secara kolektif. Mereka tidak boleh mengandalkan permainannya kepada seorang pemain saja. Sebab, apabila seorang pemain saja yang bermain bagus, mereka tak akan menghasilkan apa-apa.

Hal ini pernah terjadi beberapa kali. Ada beberapa pemain yang bermain cukup bagus selama satu musim, namun tetap tak bisa membantu timnya. Bahkan mereka malah jatuh ke jurang degradasi. Lantas, siapa saja pemain-pemain tersebut? Mari kita bahas.

 

Aaron Ramsdale – 2019/20 & 2020/21

Aaron Ramsdale merupakan salah satu pemain yang apes. Kenapa bisa begitu? Karena dia pernah dua kali terdegradasi dari Premier League meski bermain baik. Parahnya lagi, ia terdegradasi selama 2 musim berturut-turut. Kurang apes gimana coba? Oleh karena itu, wajar jika saat Arsenal mendatangkannya, mereka malah di-bully karena menggaet kiper kelas tim degradasi.

Pertama, Ramsdale terdegradasi saat membela Bournemouth musim 2019/20. Musim tersebut sebenarnya musim pertamanya diberi kesempatan untuk bermain di tim utama Bournemouth. Sebab, kala itu Ramsdale baru menjadi juara Piala Eropa U19 bersama Inggris. Meski bermain tergolong bagus, ia tak mampu membantu Bournemouth selamat dari degradasi. Ramsdale musim itu berhasil mencetak 129 penyelamatan dan 6 kali menggagalkan penalti.

Setelah tampil apik bersama Bournemouth, Ramsdale langsung digaet oleh Sheffield United. Namun sama saja, meski Ramsdale tampil lebih baik musim itu, ia tak bisa menyelamatkan permainan The Blades yang menghendaki bek tengah mereka untuk maju ke depan. Musim itu, Ramsdale membuat 147 penyelamatan dan 4 kali penyelamatan penalti.

 

James Ward-Prowse – 2022/23

James Ward-Prowse pun pernah mengalami nasib serupa. Pemain yang tendangan bebasnya tak kalah hebat dari David Beckham ini, bermain sangat apik di lini tengah Southampton musim 2022/23. Kala itu, JWP menjadi salah satu gelandang pekerja keras terbaik di Premier League.

JWP memiliki catatan pertahanan yang tergolong tinggi di beberapa kategori. Selama musim tersebut, ia berhasil 135 memenangi duel, 55 kali melakukan intersepsi, dan 222 kali merebut bola yang sudah direbut lawan. Oleh karena itu, sangat wajar jika di musim selanjutnya, David Moyes langsung mengamankannya ke West Ham United. 

 

Xherdan Shaqiri – 2017/18

Peter Crouch pernah membuat pernyataan bahwa Stoke City bisa dengan mudah menaklukkan Barcelona. Hal tersebut bisa kalian percaya, bisa tidak. Sebab, pada masa jayanya, Stoke City selalu punya cara untuk menang. Bahkan di musim 2015/16, mereka bisa menaklukkan Manchester City, Chelsea, dan Manchester United sekaligus. Ngeri!

Namun, lambat laun performa mereka menurun. Pemain sebagus Xherdan Shaqiri pun tak mampu lagi menyelamatkan The Potters dari jurang degradasi pada musim 2017/18. Shaqiri musim itu tampil sebagai salah satu kreator yang mengagumkan. 77 peluang yang diciptakannya merupakan salah satu yang tertinggi di Premier League. Ia pun tergolong pekerja keras. 153 kali ia berhasil merebut kembali bola dari lawan. Wajar, jika setelahnya ia dipinang Jurgen Klopp. 

 

Charlie Adam – 2010/11

Sebelum digaet Liverpool dan kemudian menjadi salah satu pilar era keemasan Stoke City, Charlie Adam sudah terlebih dahulu tampil mengesankan bersama Blackpool di musim 2010/11. Musim tersebut Charlie Adam menjadi jenderal lini tengah dari permainan Blackpool yang cukup menghibur. Ia berhasil mencetak 12 gol dan 8 assist yang membuatnya masuk nominasi PFA Player of the Years 2010/11.

The Tangerines sendiri musim itu berhasil mencetak 55 gol. Catatan ini bahkan lebih baik dari Everton yang di akhir musim bertengger di posisi 7. Sayang, Charlie Adam yang mampu mengorkestrasi serangan Blackpool tak mampu mengkoordinasi lini belakangnya sehingga mereka terbobol 78 kali alias yang terbanyak musim itu. Alhasil, Blackpool harus duduk di posisi 19 di akhir musim. 

 

Muzzy Izzet – 2003/04

Mustafa Kemal Izzet atau yang lebih dikenal dengan Muzzy Izzet pernah mengalami musim yang sangat apes. Pada musim 2003/04, ia merupakan raja assist di Premier League dengan catatan 14 assist. Angka ini uniknya lebih tinggi dari pemain sekelas Ryan Giggs, apalagi duo Invincibles, Robert Pires dan Dennis Bergkamp.

Namun sayang, Izzet hanya bermain di tim sekelas Leicester City. Sehebat apapun pemain berkebangsaan Turki ini menciptakan peluang, rekan-rekannya tetap saja tak mampu membuat gawang The Foxes aman. Musim itu, The Foxes terbobol 65 kali dan menjadi yang terbanyak ketiga. Alhasil, banyak laga yang mereka gagal menangkan gara-gara kebobolan.

 

Andy Johnson – 2004/05

Kisah semacam Muzzy Izzet tadi juga terjadi lagi di musim setelahnya. Namun, kali ini terjadi di urusan gol. Striker Crystal Palace, Andrew Johnson, tiba-tiba saja tampil menggila di musim 2004/05. Tak ada yang menyangka jika dirinya bisa mencetak 21 gol di akhir musim dan duduk di posisi dua top scorer di bawah Thierry Henry. Johnson hanya terpaut 4 gol dari Titi.

Saking mantapnya performa Johnson musim itu, pada 9 Februari 2021 alias sehari sebelum ulang tahun ke 24-nya, ia mendapatkan debut di Timnas Inggris. Namun, sama kasusnya seperti Muzzy Izzet, sehebat apapun Johnson mencetak gol, teman-temannya tak mampu menjaga gawang The Eagles dari kebobolan. Alhasil, Crystal Palace terdegradasi dengan 62 kali kebobolan alias yang terbanyak ketiga.

 

Charlie Austin – 2014/15

Setelah lama tak terjadi, kasus seperti Muzzy Izzet dan Andy Johnson kembali terjadi lagi sedekade berikutnya. Kali ini terjadi pada Queens Park Rangers di musim 2014/15. Kala itu, Charlie Austin tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba masuk ke 4 besar daftar top scorer. Ia berhasil mencetak 18 gol di musim itu. Catatan tersebut hanya terpaut 3 gol dari Harry Kane yang duduk di posisi dua di bawah Sergio Aguero.

Sayangnya, Austin hanya bermain untuk klub sekelas Queens Park Rangers. Mereka musim tersebut terdegradasi dengan catatan yang mengenaskan, yakni terbobol 73 dan menjadi juru kunci.

 

Scott Parker – 2010/11

Scott Parker yang sejak semusim sebelumnya menggendong West Ham United agar tak terdegradasi akhirnya tak mampu lagi menyelamatkan The Hammers di musim 2010/11. Parker musim itu memang tampil sangat apik. Saking apiknya, fans Timnas Inggris memberi tekanan untuk membawanya masuk ke tim nasional. Permintaan tersebut pun pada akhirnya terwujud.

Musim itu, Parker benar-benar menjadi pemimpin di skuad The Hammers. Pada bulan Februari 2011, ia melakukan ceramah di ruang ganti saat The Hammers sudah kalah 3-0 di babak pertama melawan West Bromwich Albion. Alhasil di akhir laga, The Hammers bisa menyamakan kedudukan 3-3. Carlton Cole sebagai saksi mata menyebut siapapun yang mendengarkan ceramah tersebut pasti akan menangis.

Pada bulan Februari 2011 itu pula Parker dianugerahi gelar pemain terbaik bulan itu. Hal itu diberikan karena performa apiknya membawa The Hammers menaklukkan Blackpool dan Liverpool. Meskipun pada akhirnya mereka terdegradasi, Parker dianugerahi FWA Footballer of the Year 2010/11 sebagai apresiasi performa apiknya sepanjang musim.

 

Sumber: Four Four Two, Fotmob, BBC, The Guardian, dan Premier League

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru