Dalam setiap perhelatan sebuah kompetisi terkadang diwarnai kejutan. Hal itu juga berlaku di kompetisi akbar seperti Champions League.
Beberapa kejutan terjadi, tim-tim yang yang tidak dijagokan alias underdog mampu melangkah jauh meninggalkan para unggulan. Bahkan ada yang mencapai juara. Berikut beberapa kejutan para underdog yang pernah mewarnai sejarah panjang Champions League.
Daftar Isi
Valencia 1999/2000
Valencia pada Liga Champions musim 1999/2000 dilatih oleh Hector Cuper. Mengejutkan ketika itu memuncaki babak grup pertama dan menjadi runner up di babak grup kedua mengantarkan Valencia ke babak perempat final melawan dream team Lazio.
Mereka mampu mengandaskan Lazio dengan agregat 5-3 dan maju ke semifinal menantang unggulan Barcelona. Barca pun takluk dengan agregat 5-3. Kelelawar Mestalla pun maju ke final sebagai underdog menantang raja Spanyol Real Madrid.
DID YOU KNOW⁉️🤔@valenciacf made it to the final of the Champions League two years in a row in the years 2000 and 2001. They unfortunately did not manage to win any of the finals. #wetalkfutbol #DidYouKnow #laliganews #ChampionsLeague #realmadrid #BayernMunich pic.twitter.com/avdrrCdNK2
— La Liga News (@laliganewseng) June 16, 2020
Sayang, penampilan Valencia mengalami antiklimaks di pertandingan final. Valencia takluk 3-0 oleh Real Madrid. Valencia ketika itu diperkuat pemain-pemain macam Santiago Cañizares, Mauricio Pellegrino, Gaizka Mendieta, Kily Gonzalez, maupun Claudio Lopez.
Leeds 2000/2001
Salah satu cerita underdog dari daratan Inggris terjadi di Liga Champions 2000/01. Di mana Leeds United mampu mengejutkan Eropa dengan melaju hingga semifinal. Tampil sebagai runner up grup di babak grup pertama, kemudian runner up di babak grup kedua, mengantarkan Leeds asuhan David O’Leary ke perempat final menantang Deportivo La Coruna.
🙌 20 years ago today, Leeds qualified for the semi-finals of the Champions League with a 3-2 aggregate win over Deportivo La Coruna. #LUFC pic.twitter.com/uxVASkOhL0
— TEAMtalk (@TEAMtalk) April 17, 2021
Menang agregat 3-2 atas Super Depor mengantarkan Leeds ke semifinal untuk pertama kalinya, dan menghadapi Valencia. Namun langkah Leeds terhenti atas Valencia dengan agregat 3-0. Ketika itu Leeds diperkuat pemain macam Alan Smith, Lee Bowyer, Harry Kewell, Robbie Keane, maupun Mark Viduka.
PSV Eindhoven 2004/2005
Kejutan underdog terjadi juga di musim 2004/05 ketika klub Belanda PSV Eindhoven asuhan Guus Hiddink mampu mencapai babak semifinal.
Berbekal runner up grup di bawah tim unggulan, Arsenal, PSV melaju ke babak gugur dan berhasil melewati hadangan Monaco dengan skor agregat 3-0. PSV di perempatfinal juga mengejutkan ketika mampu mengatasi penguasa Perancis, Lyon dengan agregat 4-2.
Kiprah kejutan PSV akhirnya terhenti, mereka gagal melaju ke final karena kalah agresivitas gol tandang atas AC Milan. Kala itu PSV masih dihuni pemain macam Park Ji Sung, Phillip Cocu, sampai Mark Van Bommel.
En la temporada 2004-2005, el PSV Eindhoven se coronó campeón la Eredivisie, ganaron la Copa y se quedaron a minutos de avanzar a la final de Champions League.
Milán los eliminó en el último minuto con gol de Massimo Ambrosini. pic.twitter.com/TTbahozCDy
— Hablafutbol_ (@Hablafutbol_) June 18, 2020
AS Monaco 2003/2004
Pada musim 2003/04 ada kisah underdog dari Prancis yang mampu mengukir sejarah di Liga Champions. Ya, klub itu adalah AS Monaco. Di bawah pelatih Didier Deschamp, skuad Monaco kala itu diperkuat pemain macam Morientes, Ludovic Giuly, maupun Patrice Evra.
Di fase grup, mereka mengejutkan dengan menjadi juara grup di atas Deportivo La Coruna. Kemudian di babak 16 besar menyingkirkan wakil Rusia, Lokomotiv Moscow. Di perempat final mereka menyingkirkan raksasa Spanyol, Real Madrid dengan agregat agresivitas gol tandang. Di semifinal mereka juga mampu membunuh raksasa baru Inggris, Chelsea dengan agregat 5-3 dan berhak mencapai final.
Kisah heroik nan penuh kejutan terjadi di partai final ketika mempertemukan 2 tim underdog non unggulan yakni Monaco vs Porto. Akan tetapi, Monaco harus mengakui keunggulan Porto 3-0.
BONUS BALL: Where are they now? Monaco’s 2004 Champions League final team – http://t.co/leszUXNPAS pic.twitter.com/K4NBiqAgtW
— Squawka (@Squawka) April 1, 2015
Deportivo La Coruña 2003/2004
Penguasa baru Spanyol Super Depor atau Deportivo La Coruna, menjadi kontestan yang mengejutkan di musim 2003/04. Ketika mereka mampu mencapai semifinal. Di bawah asuhan pelatih Javier Irureta skuad Super Depor diisi pemain macam Valeron, Luque, Tristan, maupun Pandiani.
Keluar sebagai runner up grup di bawah AS Monaco, Super Depor di babak 16 besar mengejutkan dengan menyingkirkan raksasa Italia Juventus dengan agregat 1-0. Kemudian mereka di babak perempatfinal juga mampu kembali menyingkirkan raksasa Italia lainnya AC Milan dengan agregat 5-4. Sayang, langkah mereka untuk mencapai final dikandaskan oleh underdog lainnya yakni Porto yang menjadi juara di musim itu.
Hace 20 años, el Deportivo La Coruña se alzó con La Liga 🇪🇦 Un equipo maravilloso que en 2002 sería campeón de Copa del Rey 🏆 en las narices de un Real Madrid que festejaba su centenario. Que en 2004 alcanzaría las semifinales de Champions League ✨ pic.twitter.com/eAsXpfkPaH
— Idioma Fútbol (@idiomafut) July 20, 2020
Roma 2017/2018
Selain Juventus, AC Milan, Inter Milan yang bisa melaju jauh ke babak semifinal atau final, kali ini AS Roma, klub non unggulan di musim 2017/18 mampu mengejutkan eropa dengan melaju hingga babak semifinal.
Di bawah asuhan pelatih legenda mereka Eusebio Di Francesco skuad Roma diisi pemain macam De Rossi, Alisson, maupun Edin Dzeko. Menjadi juara grup di atas Chelsea dan Atletico Madrid, Serigala Roma maju ke babak 16 besar dengan menantang wakil Ukraina Shakhtar Donetsk.
Menang agregat agresivitas gol tandang dengan Donetsk, Roma di perempat final juga mengejutkan dengan menyingkirkan raksasa Spanyol, Barcelona dengan peristiwa comeback dramatisnya di Olimpico. Akan tetapi, langkah underdog Roma di musim itu terhenti di semifinal setelah mereka kalah tipis secara agregat 7-6 melawan Liverpool.
🟡🔴 #OTD in 2018, an epic quarter-final comeback sends Roma through on away goals!
😱 Barcelona 4-1 Roma (agg: 4-1)
🤯 Roma 3-0 Barcelona (agg: 4-4)@ASRomaEN | #UCL pic.twitter.com/byW8awZBh5— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) April 10, 2021
Porto 2003/2004
FC Porto asuhan the special one Jose Mourinho, mampu tampil mengejutkan Eropa di musim 2003/04 dengan menjadi kampiun. Kala itu Porto diisi pemain macam Ricardo Carvalho, Paulo Ferreira, hingga Deco.
Tuah Mourinho di Porto dimulai dari babak grup ketika mereka finish runner up di bawah Real Madrid. Di babak 16 besar Porto mampu mengandaskan unggulan Inggris, MU dengan agregat 3-2. Kemudian di perempat final, Porto mampu kembali mengandaskan unggulan Prancis, Lyon dengan agregat 4-2. Di semifinal, ketika bertemu sesama underdog yakni Deportivo La Coruna, Porto tampil sebagai pemenang dengan agregat 1-0.
Di final, pasukan Mou juga bertemu tim underdog lainnya AS Monaco. Kala itu, pasukan Mou mengukir sejarah dengan mengangkat trophy “Si Kuping Besar” dengan kemenangan telak 3-0.
ON THIS DAY: In 2004, FC Porto won the Champions League with a 3-0 win over Monaco in the final in Gelsenkirchen. pic.twitter.com/U4OZHJ8r9H
— Squawka (@Squawka) May 26, 2016
Schalke 2010/2011
Ada cerita dari underdog asal Jerman yakni Schalke di musim 2010/11. Tampil di luar dugaan, mereka mampu melaju hingga babak semifinal. Kala itu, Schalke masih diisi pemain macam Neuer, Metzelder, Draxler, Huntelaar, sampai Raul Gonzalez.
Tampil mengejutkan sebagai juara grup di atas Lyon dan Benfica, pasukan Ralf Rangnick melaju ke 16 besar dan menyingkirkan wakil Spanyol, Valencia dengan skor agregat 4-2. Langkah mengejutkannya kembali terjadi di perempat final ketika mampu memulangkan juara bertahan Inter Milan dengan agregat telak 7-2. Di semifinal akhirnya langkah Schalke terhenti secara telak oleh unggulan Inggris, MU dengan agregat 6-1.
DFB-Pokalsieg und Champions-League-Halbfinale 2011: Die legendäre Mannschaft von Schalke 04 https://t.co/YXzzlqN2Z7 pic.twitter.com/af1Pe8x6tt
— GOAL Deutschland (@GoalDeutschland) April 18, 2018
Villarreal 2005/2006
Akhir-akhir ini, Liga Champions disuguhkan dengan kisah heroik Villarreal melaju hingga semifinal di musim 2021/22 dengan mengandaskan unggulan macam Juventus maupun Bayern Munchen. Dulu Villarreal di musim 2005/06 juga pernah mengejutkan. Kala itu Villarreal bermaterikan pemain seperti Juan Pablo Sorin, Marcos Senna, maupun Roman Riquelme pernah mampu mencapai semifinal.
O Villareal faz história, igualando a sua melhor campanha na Champions League, em 2006. Na ocasião, o time era tido como um dos mais talentosos na Europa e era comandado pelo craque Riquelme! História sendo feita! 💛 pic.twitter.com/g6e4lstxXB
— 𝑭𝒊𝒏𝒆𝒔𝒔𝒆 (@finessecanal) April 12, 2022
Tampil sebagai underdog, pasukan Villarreal yang kala itu masih diasuh Manuel Pellegrini mampu menjadi juara grup diatas Benfica, Lille dan MU. Langkah mereka di 16 besar juga mulus ketika berhasil mengandaskan wakil Skotlandia, Rangers dengan agregat agresivitas gol tandang. Di perempat final, pasukan kapal selam kuning itu kembali mengejutkan setelah mengandaskan raksasa Italia, Inter Milan dengan agresivitas gol tandang.
Langkah the yellow submarine akhirnya terhenti di semifinal setelah kalah tipis agregat oleh Arsenal 1-0.
Ajax dan Spurs 2018/2019
Kejutan non unggulan juga terjadi di musim 2018/19 kejutan yang disuguhkan Ajax dan Tottenham yang mampu melangkah hingga partai semifinal maupun final.
Ajax dan Tottenham mengawali kiprahnya di Liga Champions musim itu dengan dipandang sebelah mata. Tetapi, Ajax dan Spurs mampu tampil lepas dan mengejutkan. Masing-masing klub itu mampu menyingkirkan para unggulan di fase gugur. Ajax mampu menyingkirkan Madrid serta Juventus. Sedangkan Spurs mampu menyingkirkan Dortmund dan Manchester City.
Kedua tim akhirnya bertemu di semifinal dan tercipta aksi drama yakni comebacknya Spurs atas ajax di Amsterdam Arena yang membuat Spurs melaju ke final. Ajax kala itu masih diasuh Ten Hag dengan pemain macam De Ligt, De Jong, maupun Tadic. Sementara, Spurs di bawah Pochettino berisi materi pemain seperti Dele Alli, Lucas Moura, Son maupun Kane.
🗓#OnThisDay In 2019, Tottenham Hotspur Reached The Champions League Final:
⚡️ Moura’s Memorable Hat-Trick!
👕 A Committed Squad.
👔 A Manager Adored By Spurs Supporters!
🤝 Fans And Players United As One.
😢 Take Us Back To This Time.#THFC #COYSpic.twitter.com/3IrLhdQJzF
— Last Word On Spurs (@LastWordOnSpurs) May 8, 2021
Sumber Referensi : fourfourtwo, thefootballfaithfull, sportskeeda