Munculnya Identitas Trio Maut Penyerang Barca, Siapa Terbaik?

spot_img

Identitas Barcelona sejak dipegang Johan Cruyff di era 90-an memang sangat membekas. Filosofi yang dijalankan, menjadi roh yang selalu dipertahankan klub hingga sekarang. Dari filosofi sepakbola itulah banyak melahirkan beberapa penyerang-penyerang handal yang membentuk identitas trio maut.

Hal itu terjadi karena Barca sering ditekankan Cruyff menggunakan pola serangan yang mengoptimalkan peran 3 striker di depan. Sebut saja dulu ada Stoichkov, Romario, Laudrup, lalu ada Ronaldo, Figo, Enrique, maupun setelahnya ada Rivaldo, Figo, Kluivert. Nah, ternyata dari pola pakem 3 striker itu, Barcelona kerap identik banyak menelurkan trio striker maut. Siapa saja mereka, dan mana yang terbaik?

Ronaldinho, Eto’o, Giuly

Sejak terakhir Barca juara La Liga di musim 1998/99 bersama Van Gaal dengan trio Figo, Rivaldo, Kluivert, Blaugrana telah lama puasa gelar La Liga. Hingga akhirnya mereka mendapatkannya lagi di musim 2004/05. Itu adalah musim kedua Frank Rijkaard melatih. Di situlah kembali tercipta trio maut baru yang menjadi identitas Barca. Mereka adalah Ronaldinho, Eto’o, dan Giuly.

Ya, sebelum Messi tumbuh, trio ini mampu mengantarkan kembali Barcelona di era kejayaan. Kedatangan Eto’o dari Mallorca dan sayap lincah Giuly yang ditebus dari runner up Liga Champions, AS Monaco, melengkapi peran Ronaldinho yang sudah digaet musim sebelumnya.

Rijkaard memoles trio tersebut dengan pakem 4-3-3, dengan Ronaldinho di kiri, Eto’o di tengah dan Giuly di kanan. Trio mereka ketika debut pertamanya di musim 2004/05 langsung mengemas total 54 gol.

Gelar La Liga pun kembali mampir ke Camp Nou setelah penantian selama hampir 6 tahun. Bahkan di musim berikutnya, 2005/06 trio tersebut mampu membawa Barca juara Liga Champions untuk kedua kalinya. Total gol mereka pun naik menjadi 64 gol.

Eto’o, Henry, Messi

Seiring dengan Messi yang mulai tumbuh dan sering diberi jam terbang, trio Ronaldinho, Eto’o dan Giuly mengalami masa penurunan di akhir pemerintahan Rijkaard. Terutama Ronaldinho. Apalagi ketika Barca mendatangkan Henry di musim 2007/08. Trio baru Messi, Henry, Eto’o pun sering dicoba.

Fase panen prestasi baru lahir di zaman awal kepelatihan Pep Guardiola 2008/09. Pep percaya penuh pada Messi setelah Ronaldinho akhirnya dilepas ke Milan. Di zaman Pep lah Barca kembali meraih kejayaan dengan berbagai mahkota.

Trio Henry, Eto’o, dan Messi tumbuh menjadi trio ikonik Pep Guardiola di musim pertamanya. Henry berposisi di kiri, Eto’o di tengah dan Messi berada di kanan. Trio itu menciptakan total 100 gol bagi Barca di musim itu. Berkat torehan trio itu, Barca diantarkannya meraih sextuple.

Ibrahimovic, Messi, Henry

Perubahan sedikit terjadi ketika di musim kedua Pep. Tiba-tiba terjadi tukar guling transfer antara Barca dengan Inter. Eto’o ditukar Ibrahimovic di musim 2009/10. Dari situ munculah kembali trio baru yakni Henry, Messi, dan Ibra.

Namun trio tersebut tak bisa bertahan lama. Keberadaan Henry yang sudah menurun, pelan-pelan mulai digantikan oleh Pedro Rodriguez maupun Bojan yang sering dipercaya Pep. Meski begitu, keberadaan Ibra sempat menunjukkan ciri khas tersendiri bagi identitas trio penyerang Barca ketika itu. Dari jumlah gol ketiganya total mengemas 78 gol musim itu. Namun, gelar prestisius Liga Champions belum mampu mereka raih.

Messi, Villa, Pedro

Kemudian Pep di musim 2010/11 memilih mendepak Ibrahimovic dan mendatangkan David Villa dari Valencia. Messi kini mempunyai partner baru yakni Villa dan Pedro yang sudah makin matang. Messi lebih bermain di tengah, Villa di kiri dan Pedro di kanan. Dengan sistem trio itu, Pep berhasil mengembalikan kejayaan Barca.

Alhasil beberapa gelar pun kembali masuk lemari Camp Nou musim itu. Torehan trio baru tersebut mampu mencatatkan total 98 gol selama satu musim itu. Musim itu adalah musim di mana Barcelona meraih Liga Champions yang keempat, atau kedua kalinya bersama Pep Guardiola. Musim itu juga era di mana tiki-taka masih dalam masa puncak kejayaan.

Messi, Pedro, Alexis

Memasuki musim 2011/12, masih bersama Pep. Barca kembali mengubah pola trionya. Kali ini Barca kedatangan penyerang baru, Alexis Sanchez yang ditebus dari Udinese. Maka terciptalah trio baru Pedro, Messi, dan Alexis.

Pedro yang mengisi sektor kiri, Messi masih di tengah, dan Alexis yang menyisir dari sisi kanan. Total gol trio tersebut dalam satu musimnya termasuk signifikan, yakni mencapai 100 gol. Namun sayang, torehan gol mereka itu belum mampu membawa Barca pertahankan gelar La Liga.

Selain gagal mempertahankan La Liga, di Liga Champions pun mereka gagal mengantarkan Barca ke partai puncak. Pep di musim itu selain mengandalkan trio tersebut juga sering menggunakan pola permainan false nine dengan menggunakan Fabregas yang juga baru didatangkan musim itu dari Arsenal.

Messi, Neymar, Suarez

Era pasca Pep, pelatih silih berganti menangani Barca. Begitupun trio penyerang maut yang diciptakan. Beberapa musim setelah Pep meninggalkan Barca praktis di era mendiang Tito Vilanova yang bisa dikatakan berhasil yakni dengan merebut kembali mahkota La Liga. Namun, tidak di musim 2013/14 ketika diasuh Gerardo Tata Martino.

Trio iconic Barca baru kembali muncul lagi di era pelatih Luis Enrique di musim 2014/15. Enrique datang menggantikan Tata dengan harapan kembali mampu menghantarkan Barca meraih kesuksesan. Benar saja, tak butuh waktu lama Enrique berhasil memoles Barca meraih kejayaan dengan identitas trio mautnya yang baru.

Neymar yang sudah ditebus musim sebelumnya dari Santos mulai matang di musim keduanya. Messi tetap memimpin lini penyerangan Barca. Ditambah transfer cerdik mendatangkan Luis Suarez dari Liverpool, menjadikan komposisi trio maut baru Messi, Suarez dan Neymar, atau lebih dikenal dengan trio MSN.

Trio yang melegenda itu mampu berkibar di musim pertamanya dengan mengemas total 122 gol. Sebuah rekor trio penyerang Barca yang terbaik selama ini. Trio yang dikenal buas di seluruh dunia sampai sekarang itu mampu menghantarkan treble bagi Barca.

Gelar La Liga kembali ke pangkuan bersama Copa Del Rey. Plus di Berlin mereka mengangkat kembali gelar kelima Liga Champions mereka. Gelar Liga Champions terakhir yang diraih Barcelona.

Lewandowski, Dembele, Raphinha

Sejak ditinggal Neymar di musim 2017/18, era trio MSN pun berakhir. Tak ada yang lagi yang sebanding menyaingi torehan tiga musim trio MSN yang menorehkan hampir 300 gol bagi Barcelona.

Selain beberapa pelatih yang datang dan pergi, trio penyerangnya pun terus berubah-ubah. Ada Coutinho, Dembele, hingga Griezmann yang silih berganti melengkapi Suarez dan Messi. Namun, dari beberapa komposisi yang dicoba, terbukti tak bisa se-iconic trio-trio sebelumnya. Dari segi prestasi pun kalah jauh dari trio-trio maut Barca sebelumnya.

Dan kini, bersama Xavi, trio-trio maut Barca pun coba dikembalikan. Paling tidak dengan strategi yang hampir sama yakni dengan mengandalkan kekuatan tiga penyerang di depan, membuat Xavi diharapkan mampu meneruskan tradisi trio maut Barca.

Messi dan Suarez kini tak lagi di Barca. Xavi kini mulai memoles trio baru di musim keduanya dengan mendatangkan amunisi tambahan seperti Lewandowski dan Raphinha. Kini Barca memiliki peluang untuk menciptakan trio maut penyerang yang ikonik lagi.

Raphinha dan Dembele di sisi kanan dan kiri, sedangkan Lewandowski di tengah. Paling tidak inilah wajah baru trio penyerang Barca sekarang. Apakah mungkin trio tersebut bisa berprestasi seperti para pendahulunya?

https://youtu.be/Q07p3G8Zot0

Sumber Referensi : barcablaugranes, 90min, sportskeeda, ronaldo.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru