Mengenang Terbentuknya Trio Gacor Liverpool, FirManSah

spot_img

Sebuah era pastilah berlalu, romantisme Liverpool dengan trio penyerangnya: Mane, Salah, Firmino atau yang dikenal sebagai trio FirManSah harus disudahi.

Mane sudah pergi, kini giliran Firmino akan menyusul. Namun yang perlu diingat bahwa terbentuknya trio tersebut tak serta merta berhasil. Butuh perjuangan keras menyatukan ketiganya. Nah bagaimana sih awal mula terbentuknya trio gacor Liverpool itu?

Rindu Striker Haus Gol

Mari bernostalgia terlebih dahulu ketika Liverpool dihuni para striker haus gol. Dari zamannya legenda mereka Ian Rush, hingga munculnya bocah ajaib Michael Owen. Ada juga Emile Heskey dan kemudian dilanjutkan dengan era Fernando Torres dan Luis Suarez.

Sebuah sejarah yang akan dirindukan publik Anfield akan bomber haus golnya yang mampu mencetak puluhan gol bagi The Reds tiap musimnya. Namun hal itu sempat menjadi masalah ketika Luis Suarez pergi musim 2014/15 ke Barca.

Di bawah pelatih Brendan Rodgers, The Reds kebingungan mencari seorang suksesor. Alhasil para striker macam Borini, Balotelli, Rickie Lambert, Markovic maupun Benteke yang hadir ke Anfield.

Ketidakberhasilan mencari suksesor striker haus gol inilah yang menjadi PR Rodgers. Ia dianggap gagal menemukannya. Sampai akhirnya, datanglah seorang juru selamat bagi publik Anfield bernama Jurgen Klopp pada Oktober 2015.

Sistem Klopp

Bersama orang Jerman inilah Liverpool dibangun lebih baik. Tuahnya di Anfield sudah ada gelagatnya sejak ia debut. Memperbaiki kinerja tim yang amburadul di pertengahan musim, ia sudah bisa membawa Liverpool melaju hingga final Europa League dan Piala Liga. Di Liga Inggris pun Chelsea asuhan Mourinho dan klub ghaib Manchester City sudah dibantainya.

Artinya tuah Klopp ini benar-benar bisa diandalkan. Lalu apa yang dilakukan Klopp sih? Yang menjadi dasar dan yang paling utama adalah membangun sistem yang jelas. Ia mampu membawa sistem bermainnya ketika sukses di Dortmund ke Liverpool dengan baik.

Sistem 4-3-3 mampu diaplikasikan secara baik di Liverpool dengan perlahan. Tentu disesuaikan dengan materi yang ada. Trio Liverpool di depan saat itu masih dihuni Coutinho, Benteke, Lallana, maupun Firmino.

Firmino Jadi Pondasi

Nah, kalau mendengar penyerang Brazil bernama lengkap Roberto Firmino Barbosa de Oliveira, pasti teringat bagaimana ia yang menjadi pondasi utama Klopp bagi lini serang The Reds.

Firmino ini bukanlah pembelian Klopp. Ia dibeli Rodgers dari Hoffenheim. Namun Rodgers tak bisa menggunakannya. Posisi terbaik Firmino di Hoffenheim yakni sebagai gelandang serang atau penyerang lubang. Namun Rodgers malah menempatkannya sebagai penyerang yang melebar baik di kanan maupun kiri.

Hal itulah yang menyebabkan penampilannya kurang maksimal. Nah barulah di masa Klopp ia akhirnya lebih berkembang dengan metode Jerman “Gegenpressing”. Klopp tahu apa yang harus diperbuatnya untuk Firmino.

Transformasi posisi menjadi kunci. Di bawah Klopp, Firmino tampil gemilang dengan diubah menjadi stiker palsu. Kurang lebih fungsi dan perannya hampir sama dengan yang dilakukannya di Hoffenheim. Bedanya Klopp menempatkannya secara posisi di penyerang tengah.

Ia menjadi orang pertama yang ditugaskan Klopp sebagai aktor pressing pertama di daerah pertahanan lawan. Ia juga mahir dalam menahan bola dan mendistribusikannya pada rekan-rekanya. Tak hanya soal gol, namun dalam segi assist juga. 11 gol dan 11 assist menjadi koleksinya di debutnya bersama Klopp.

Pembelian Mane

Di musim berikutnya 2016/17, Klopp tak puas hanya mengandalkan Firmino. Ia bersama dewan direksi Liverpool mencari punggawa lainnya yang akan dijadikan duet bagi Firmino.

Sampai akhirnya ia merekrut Sadio Mane dari Soton. Kecemerlangannya di Soton dengan peran maupun gol-golnya, menjadi catatan bagi Klopp untuk memboyongnya.

Terbentuklah trio Coutinho, Mane dan Firmino. Mane yang cepat serta daya jelajahnya yang tinggi, sangat nyetel dengan pola Gegenpressing Klopp dengan sistem 4-3-3. Ditambah peran Firmino yang makin matang membuat masa depan lini serang Liverpool makin cerah.

Mane yang ditugaskan lebih banyak mencetak gol dalam sistem Klopp itu, membuktikan bahwa ia adalah pembelian yang tepat. Dalam debutnya saja, ia langsung bisa jadi top skor klub dengan koleksi 13 gol.

Pembelian Salah

Sudah gacor dengan trio Coutinho, Mane dan Firmino, tiba-tiba Liverpool kehilangan Coutinho di pertengahan musim 2017/18. Ia diboyong mahal oleh Barcelona. Untung Klopp sudah mengambil ancang-ancang dengan mendatangkan “The King Egyptian” Mohamed Salah dari Roma sejak Juli 2017.

Pemain Mesir itu dianggap cocok untuk melengkapi Mane dan Firmino di depan, seiring keinginan Coutinho pindah klub menguat. Keahliannya mencetak gol ketika di Roma, teknik dribbling, serta kecepatannya juga sesuai dengan sistem Gegenpressing ala Klopp.

Tapi apakah mudah menyatukan pemain baru hanya dalam semusim saja? Bagi Klopp itu adalah tantangan. Paling tidak ia sudah membuktikannya dengan Firmino dan Mane.

Debut Trio FirManSah

Hasilnya dengan sistem Klopp itu, Salah ternyata sangat cocok dijadikan penyerang kanan. Mane akhirnya menjadi penyerang kiri sebagai pengganti Coutinho. Sedangkan Firmino tetap dengan tugasnya di tengah.

Musim 2017/18 menjadi saksi sejarah lahirnya trio maut baru di dunia sepakbola. Trio yang lahir dan dikenal dengan trio FirManSah (Firmino, Salah, Mane). Sebagai bukti, mari kita lihat torehan trio ini dalam debutnya.

Mo Salah seolah menjadi kepingan akhir yang sempurna. Sama seperti Mane, Salah langsung beradaptasi dengan baik dan mampu menjadi top skor tim dengan torehan 44 gol.

Yang tak kalah pentingnya yakni total gol yang dihasilkan trio tersebut, yakni 91 gol. Selain rekor gol tersebut, yang juga tak kalah penting adalah debut trio FirManSah ini mampu membawa Liverpool masuk babak final Liga Champions.

Catatan Trio Firmansah

Dari segi prestasi tak dipungkiri sejak adanya trio ini Liverpool bergelimang gelar. Mereka pun mengakhiri puasa gelarnya dengan trofi Liga Champions di musim 2018/19. Semusim setelah itu, mereka mencatatkan sejarah membawa The Reds kembali menjadi juara Liga Inggris setelah penantian 30 tahun lamanya.

Semua gelar di kancah domestik pun telah mereka raih selama kurang lebih 5 musim bermain bersama. Ratusan gol dan assist juga telah mereka torehkan. Tapi apakah mereka akan selamanya langgeng dan terus berprestasi?

Akhir Dari Sebuah Era

Klopp tak kuasa melanggengkan Trio FirManSah ini selama mungkin di Anfield. Mane tak kuasa dibendung untuk hengkang pada musim 2022/23 ke Munchen. Dan kini, Firmino juga telah mengatakan akan pergi di akhir musim.

Kini tinggal Mo Salah sendirian. Ia datang paling akhir dan ia harus membimbing dulu embrio trio baru Klopp berikutnya, sebelum ia menyusul Mane dan Firmino hengkang.

Publik Anfield kini patut bersedih kehilangan dua pahlawanya itu. Namun tak perlu lama bersedih, karena kini Mo Salah bersama Gakpo dan Nunez sudah ada gelagat membentuk trio maut baru selanjutnya. Trio maut yang membantai MU 7-0 itu tak dipungkiri jadi proyek baru Klopp.

Pertanyaannya, apakah trio yang banyak dikenal dengan trio “GakSaDar” ini mampu konsisten seperti trio FirManSah? Waktulah yang akan menjawabnya.

https://youtu.be/RYS6gvvJ_cg

Sumber Referensi : thisisanfield, talksport, sportbible, thetelegraph, mirror, coachvoice

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru