Dalam kehidupan, pasti ada tahun-tahun tertentu yang tercatat sebagai tahun bersejarah. Seperti 1945 misalnya. Yang dikenal sebagai tahun kemerdekaan Indonesia. Atau pada tahun 1969 yang diperingati sebagai pendaratan manusia pertama di Bulan. Nah, dunia sepakbola pun punya tahun-tahun bersejarah.
Contohnya seperti tahun 1999 saat Manchester United jadi klub Inggris pertama yang meraih treble. Atau tahun 2010 ketika Piala Dunia untuk pertama kali dilaksanakan di Benua Afrika. Tak cuma itu, masih banyak lagi tahun bersejarah bagi sepakbola.
Namun, dari banyaknya tahun bersejarah, 2004 dinilai jadi yang paling ajaib. Karena di tahun itu, lahir beberapa momen mengejutkan yang tercatat sebagai sejarah. Lantas, momen apa saja yang lahir di tahun 2004?
Daftar Isi
Arsenal Invincible
Momen bersejarah pertama yang tercatat pada tahun 2004 adalah ketika Arsenal keluar sebagai kampiun Liga Inggris musim 2003/04. Di era sekarang, mendengar kalimat “Arsenal juara Liga Inggris” memang sesuatu yang asing. Namun, di era Arsene Wenger Arsenal cukup rutin merajai kasta tertinggi sepakbola Inggris tersebut.
Jika jadi suatu hal yang biasa, lalu di mana momen ajaibnya? Yang bikin ajaib adalah prosesnya. Di musim 2003/04, pasukan Arsene Wenger menyuguhkan sepakbola yang luar biasa. Kecerdasan sepakbola yang diusung Wenger pun akhirnya mampu menuntun Meriam London menjadi juara tanpa sekalipun merasakan kekalahan. Istilah kerennya sih Invincible.
Kala itu, Meriam London mencatatkan 26 kemenangan dan 12 hasil imbang dengan mengandalkan formasi sederhana, 4-4-2. Namun, formasi yang dipilih Wenger ternyata sangat fleksibel di lapangan. Dari 4-4-2 bisa berubah menjadi 4-2-3-1 untuk menguasai lini tengah. Tim ini paling diingat karena kecerdasan penyerang-penyerang mereka.
Saat itu, Thierry Henry mencapai puncak permainannya. Dari 37 pertandingan yang dimainkan, Henry mampu mengemas 30 gol dan enam assist. Dirinya berduet dengan rekan sekaliber Dennis Bergkamp yang punya visi bermain luar biasa. Selain itu, ada pemain-pemain hebat lain seperti Robert Pires dan Freddie Ljungberg yang mendukung dua penyerang itu.
Kesebelasan Arsenal musim tersebut akan selalu diingat sebagai salah satu tim terbaik dalam sejarah Premier League. Sampai sekarang, mereka masih jadi satu-satunya tim Inggris yang bisa meraih prestasi itu. Mereka juga masih jadi satu-satunya tim yang memiliki trofi Liga Inggris berwarna emas di kabinet trofinya.
Werder Bremen
Bergeser ke Jerman, ada fenomena unik yang diciptakan oleh klub semenjana, Werder Bremen. Mereka sukses keluar sebagai juara Bundesliga musim 2003/04 setelah unggul enam poin dari Bayern Munchen di posisi kedua. Ini jadi prestasi yang mengejutkan karena lima musim sebelumnya Munchen dan Borussia Dortmund saling bergantian mendominasi Jerman.
Nama Thomas Schaaf tidak akan pernah dilupakan oleh para penggemar Werder Bremen. Pasalnya, pria asal Jerman itu jadi sosok penting di balik prestasi ini. Bukan cuma gelar Bundesliga, sang pelatih juga mempersembahkan gelar juara DFB Pokal pada musim yang sama. Mereka mengalahkan Alemannia Aachen dengan skor 3-2 di partai puncak.
Sebagai tim yang tidak diperhitungkan, dua gelar dalam satu musim sudah jadi sebuah anomali di sepakbola Jerman. Werder Bremen era Thomas Schaaf benar-benar mendominasi kompetisi Jerman musim 2003/04.
Jika Arsenal punya duet Henry dan Bergkamp, maka Bremen mengandalkan Ailton dan Ivan Klasnic. Ailton jadi yang paling gila. Setelah musim-musim yang biasa saja. Ailton seperti berada di mood terbaik musim itu. Di usianya yang ke 30 tahun, dirinya justru menjadi top skor Bundesliga dengan catatan 28 gol.
Valencia
Di tahun yang sama, keajaiban juga terjadi di sepakbola Spanyol. Kala itu, pelakunya adalah Rafael Benitez bersama skuad racikannya di Valencia. Musim 2003/04 bisa dibilang sebagai musim paling sukses dalam sejarah Valencia. Itu karena Los Che berhasil meraih dua gelar juara sekaligus, yakni trofi La Liga dan Liga Europa.
Ini jadi gelar ganda pertama sepanjang sejarah klub yang berdiri sejak 1919 itu. Mengusung skema permainan 4-2-3-1, pelatih yang pernah menangani Newcastle United itu menempatkan dua gelandang bertahan, dua sayap dan salah satu penyerang yang bermain lebih kedalam. Saat itu, sosok Pablo Aimar menjadi nama yang turut membantu Benitez meraih kesuksesan.
Selain itu, kemampuan Benitez dalam merotasi pemain juga patut diacungi jempol. Itu membuat Los Che bisa menjaga konsistensi performa baik di Liga Spanyol atau Liga Eropa. Dari dua gelar itu, barangkali gelar La Liga jadi yang paling istimewa. Bagaimana tidak? Valencia muncul sebagai juara di tengah dua klub digdaya Real Madrid dan Barcelona.
Kala itu, El Real dinilai lebih tersohor dengan proyek Galacticosnya yang berisikan pemain-pemain macam Iker Casillas, Roberto Carlos, Guti, Zinedine Zidane, Luis Figo, hingga Raul dan Ronaldo Nazario. Selain itu, Barcelona juga tak kalah mentereng dengan adanya Rivaldo, Ronaldinho, hingga Patrick Kluivert.
Porto Juara Liga Champions
Bukan cuma Valencia yang mengejutkan di kompetisi Eropa. Liga Champions lebih tak terduga lagi ketika memunculkan FC Porto sebagai juara kompetisi musim 2003/04. Jika dilihat lagi, kayaknya wajar kalau Porto juara. Karena pada saat itu, tim Portugal dilatih oleh salah satu pelatih terhebat saat ini, Jose Mourinho.
Tapi di tahun 2004 siapa yang kenal Mourinho? Dirinya tak lebih dari seorang pelatih muda. Gelar juara Europa League yang didapat setahun sebelumnya juga hanya dianggap sebuah keberuntungan saja. Namun, berstatus sebagai tim kuda hitam tak menghalangi Porto untuk juara UCL usai mengalahkan AS Monaco dengan skor 3-0.
Dalam prosesnya, Porto bahkan menahan imbang Real Madrid dengan skor 1-1 di laga penyisihan grup, mengalahkan Manchester United dengan agregat 3-2 di babak 16 besar. Dan mengalahkan Lyon dengan agregat 4-2 di babak perempat final. Performa apik Porto pun membuat para pemainnya diincar sejumlah klub elit Eropa. Bahkan, Jose Mourinho langsung ditunjuk sebagai pelatih Chelsea di tahun yang sama.
Debut Lionel Messi
Dari tadi momen bersejarah bagi klub mulu nih. Terus ada nggak momen bersejarah bagi pesepakbola secara individu? Ada, tahun 2004 jadi tahun debut dari salah satu pemain terhebat di dunia saat ini, Lionel Messi di skuad utama Barcelona. Tepatnya pada tanggal 16 Oktober 2004. Messi debut di laga derby melawan Espanyol.
Pertandingan tersebut digelar di markas Espanyol. Ketika itu, Barcelona masih dibesut oleh pelatih asal Belanda, Frank Rijkaard. Messi yang masih 17 tahun mengawali laga dengan duduk di bangku cadangan. Messi yang masih menggunakan nomor punggung 30 masuk menggantikan Deco.
Menit bermain yang minim membuat kontribusi Messi di laga tersebut juga cukup minim. Namun, hari itu jadi salah satu momen yang paling bersejarah bagi persepakbolaan Spanyol. Karena berkat kesempatan yang diberikan oleh Rijkaard, Messi bisa mengawali karir yang luar biasa ini.
Yunani
Tak berhenti di situ, tahun 2004 juga jadi tahun yang bersejarah untuk sepakbola internasional. Yunani jadi tim yang menggemparkan dunia lewat keberhasilannya menjuarai Euro 2004. Yang lebih gila lagi, Yunani berhasil keluar sebagai juara setelah mengalahkan tim tuan rumah, Portugal yang kala itu berisikan pemain-pemain top macam Luis Figo, Ricardo Carvalho, Deco, hingga Cristiano Ronaldo di final dengan skor 1-0.
Tandukan dari Angelos Charisteas memupuskan Ronaldo cs untuk merayakan gelar di hadapan publik sendiri. Kesuksesan Yunani makin lengkap setelah sang kapten, Theodoros Zagorakis, dinobatkan sebagai pemain terbaik Euro 2004. Lima pemain Yunani juga masuk best XI di akhir turnamen.
Cerita dongeng Yunani membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil dalam sepakbola. Satu-satunya yang mustahil terulang kembalinya momen-momen bersejarah di tahun 2004.
Sumber: ESPN, Premier League, The Athletic, Indosport