Benua Afrika sejatinya punya segudang nama berbakat untuk unjuk gigi di panggung dunia. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pemain berkulit hitam yang tampil di Eropa. Bukan hanya tampil di berbagai tim ternama saja, namun juga di tim nasional yang berbasis di Eropa.
Prancis, yang berhasil menjuarai gelaran Piala Dunia 2018 lalu disebut telah banyak dibantu oleh pemain Afrika. Bahkan, tak sedikit pula yang menyebut bila dalam ajang Piala Dunia edisi tersebut, bukan Prancis yang berhasil memenangkannya, tapi Afrika, yang benar-benar berjasa membantu tim Ayam Jantan naik ke panggung juara.
Hal tersebut memang terbilang wajar. Pasalnya, ada banyak sekali pemain keturunan Afrika yang mengisi starting line up timnas Prancis. Sebut saja Kylian Mbappe, Paul Pogba, N’Golo Kante, hingga Samuel Umtiti. Nama-nama tersebut sangat berjasa dalam membawa Prancis keluar sebagai juara di turnamen empat tahunan yang pada saat itu digelar di Negeri Beruang Merah.
Tidak hanya di timnas Prancis, kumpulan para imigran asal Afrika juga banyak yang bermukim di timnas Belgia, yang mana hal tersebut juga sangat menguntungkan bagi kesebelasan yang kini menempati puncak tertinggi FIFA.
Banyaknya pemain asal Afrika yang datang ke Eropa, seperti yang sudah dijelaskan, tidak hanya tampil untuk sejumlah negara di sana, namun juga banyak yang tampil di klub-klub top hingga menjadi pujaan para penggemar di seluruh dunia.
Sejak pertama kali Tunisia memenangkan pertandingan Piala Dunia di tahun 1978, negara-negara seperti Kamerun, Senegal, sampai Nigeria kemudian berlomba-lomba menelurkan keajaiban di turnamen dunia. Sampai yang masih diingat adalah ketika Afrika Selatan sukses menggelar ajang terbaik tersebut di tahun 2010. Hal itu jelas menjadi sebuah kebanggaan bagi seluruh Afrika. Apalagi, Ghana yang mewakili benua hitam saat itu juga berhasil melaju sampai ke fase perempat final.
Apa yang telah dicapai oleh negara-negara Afrika telah mengalami banyak perkembangan. Sampai saat ini, sudah ada banyak sekali pemain Afrika yang tampil di benua sepakbola.
Beberapa nama legenda Afrika yang pernah membuat mata kita terpana adalah Roger Milla, Samuel Eto’o, Didier Drogba, hingga yang saat ini masih tenar, Sadio Mane dan Mohamed Salah. Para pemain Afrika yang tampil di Eropa memang masih lebih banyak dan lebih berkualitas daripada mereka yang berasal dari Asia. Malah para pemain Afrika juga tidak bisa dipandang lebih buruk dari pemain yang berasal dari Amerika.
Mereka punya kekuatan luar biasa. Fisik kokoh dan kecepatan lari seringkali menjadi yang paling diandalkan. Selain itu, skil dan kemampuan mencetak gol juga tak bisa diremehkan. Bicara tentang kekuatan sepakbola Afrika, bagaimana cara mereka memproduksi bakat-bakat luar biasa yang bahkan bisa kuasai dunia?
Jawaban yang paling mendasar adalah kemiskinan. Kemiskinan seolah memaksa para anak-anak di Afrika untuk bisa bermain bola. Di sana, banyak sekali negara yang tertinggal. Anak-anak tidak bisa menghabiskan waktu untuk menonton tv atau bermain playstation. Maka dari itu, pilihan satu-satunya adalah keluar rumah. Di area luar, memainkan bola yang terbuat dari apapun akan dianggap sangat menyenangkan.
Dari mulai pagi, siang, sampai malam, mereka tak jarang masih memainkan olahraga itu di depan rumah atau lahan kosong.
Kemiskinan memberi hikmah bagi orang-orang Afrika untuk bisa memainkan si kulit bundar.
Belum lagi, berbagai hal lainnya seperti kekerasan hingga kriminal sangat merajalela di Afrika. Daripada bergabung dengan geng berbahaya di sana, masih ada banyak anak yang ingin mewujudkan mimpi untuk mengangkat derajat keluarga. Sekali lagi, biasanya, sepakbola digunakan sebagai jalan bagi mereka untuk berkembang dan tentunya mendapatkan banyak uang.
Penyerang yang namanya tidak asing di kompetisi Inggris, Christian Benteke, merupakan pemain Internasional Belgia yang berasal dari Kongo. Dia mengakui bahwa hari-harinya dulu yang banyak dihabiskan dengan bermain bola, telah banyak memberinya manfaat, sehingga menjadikan dirinya sebagai seorang profesional.
“Aku mengembangkan kemampuan sepak bola di jalanan. Aku bermain bersama teman-temanku pada malam hari. Itu terasa lebih menyenangkan. Aku pikir banyak pelajaran dan keterampilan olah bola yang bisa dipelajari dari jalanan. Selain itu, kebersamaan pun sangat terasa,” ucap Benteke. (via national geo)
Apa yang telah disampaikan Benteke juga tampak disetujui oleh manajer legendaris Manchester United, Sir Alex Ferguson. Fergie mengatakan bahwa semua bisa mendapatkan bakat-bakat luar biasa dari Afrika. Afrika disebutnya sebagai gudang pemain hebat. Para pemain Afrika dianggap memiliki skill tinggi karena lebih sering berlatih menggunakan bola oleh Fergie.
“Menyebut pemain berbakat alam berarti berbicara mengenai pemain asal Afrika atau Amerika Selatan. Anak-anak di sana memiliki kesempatan untuk membentuk ‘fondasi’ bermain mereka,” kata Ferguson. (via national geo)
Dengan sering bermain di jalanan hingga lapangan berdebu, para pemain tersebut juga tak jarang tampil di kompetisi lokal hingga membuat banyak pemandu bakat yang tertarik untuk membawanya ke Eropa. Ada banyak nama yang mengalami proses tersebut, termasuk Yaya Toure dan Mohamed Salah.
Selain pemain yang datang dari turnamen-turnamen lokal, jangan salah, di Afrika juga terdapat sebuah akademi yang menaungi para pemain agar bisa menjadi salah satu yang terhebat di dunia. Di Afrika Selatan tepatnya, terdapat akademi bernama Ajax Cape Town. Salah satu pemain yang berhasil menjuarai Liga Champions bersama FC Porto, Benni McCarthy, merupakan pemain lulusan akademi tersebut.
Dia mengaku awalnya sering bermain di jalanan dan tampil di turnamen lokal, sebelum akhirnya meniti karir bersama Ajax Cape Town. Pembinaan yang dilakukan oleh klub tersebut terbilang sangat luar biasa. Ajax Cape Town tidak menjadikan sepakbola sebagai bisnis belaka. Tidak ada biaya sepeser pun yang ditarik dari para pemain. Malah, para pemain akan diberikan baju, sepatu, sampai biaya transportasi.
Dana yang dihasilkan Ajax Cape Town bersumber dari berbagai sponsor besar yang turut mendukung. Selain itu, dana tersebut juga digunakan hanya untuk tim-tim muda, bukan untuk tim senior. Maka dari itu, tim muda disana banyak menyumbang pemain-pemain yang tampil di tim muda Afrika Selatan.
Lebih hebatnya lagi, para pemain juga tidak hanya difasilitasi oleh berbagai hal yang menunjang mereka selama bermain bola, namun juga pendidikan formal seperti Matematika hingga Bahasa Inggris. Menurut manajemen tim, pendidikan juga tak kalah penting dari sekadar tampil hebat di atas lapangan. Mereka juga tak segan untuk mengeluarkan pemain yang tidak mau mengikuti proses pendidikan.
Dengan baiknya sistem yang diberlakukan, Ajax Cape Town tidak hanya menghasilkan pemain seperti Benni McCarthy saja, namun di sana juga terdapat nama Steven Pienaar dan John Obi Mikel yang merupakan lulusan akademi tersebut.
Selain akademi yang sistemnya memang sudah mapan, keberhasilan para pemain Afrika juga dipengaruhi oleh banyaknya komunitas sepakbola yang memang bertujuan untuk menciptakan bakat-bakat luar biasa. Salah satu yang paling terkenal adalah Ajegunle yang merupakan salah satu daerah kumuh di kota Nigeria.
Daerah tersebut yang terdapat lokasi aman bagi kaum muda untuk menyepak si kulit bundar, dikenal warga setempat terus mencetak pesepakbola handal. Sebut saja Taribo West, Odion Ighalo, Brown Ideye, Samson Siasia, Obafemi Martins, dan Jonathan Akpoborie.
Ajegunle sendiri memiliki sistem persepakbolaan akar rumput, yang mendorong anak-anak muda berbakat untuk terus bermain secara kompetitif di klub-klub lokal sedari dini. Kesempatan tersebut dinilai memberikan mereka kelebihan yang tidak dimiliki para pemain lulusan akademi sepak bola.
Demi melanjutkan konsistensi kawasan tersebut sebagai pencetak pemain berbakat, para pesepakbola asli kawasan Ajegunle mulai bekerja sama menciptakan proyek pembinaan kaum muda. Dalam hal ini, Akpoborie yang merupakan mantan ujung tombak Nigeria, yang berasal dari kawasan tersebut, ikut membantu menemukan talenta baru. Sementara itu, Odion Ighalo yang sempat berseragam Manchester United juga turut membangun panti asuhan di tengah-tengah Ajegunle.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=XoSQ5V21WxE[/embedyt]
Sumber referensi: kompasiana, worldsoccer, briefly


