Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa telah memasuki babak akhir. Sebanyak 10 negara sudah dipastikan mengantongi tiket lolos otomatis ke Piala Dunia Qatar. Sementara 12 negara eropa lainnya masih harus bentrok di babak play-off untuk memperebutkan 3 tiket tersisa.
Sayangnya, dalam daftar tersebut, tak ada nama tim nasional Norwegia. Ya, negara asal Erling Braut Haaland itu dipastikan gugur di babak kualifikasi dan harus absen di pentas Piala Dunia mendatang.
Kepastian tersebut didapat setelah Norwegia menelan kekalahan di pertandingan terakhir babak kualifikasi. Tim berjuluk ‘Løvene’ alias The Lions itu kandas 2 gol tanpa balas dari Belanda.
Kekalahan tersebut membuat Norwegia yang tergabung di Grup G hanya mampu finish di peringkat ketiga. Mereka hanya sanggup mengumpulkan 18 poin, hasil dari 5 kali menang, 3 kali imbang, dan 2 kali kalah.
Lalu, apa penyebab Norwegia gagal menembus Piala Dunia 2022?
Haaland and Norway will not be in Qatar for the 2022 World Cup 😓 pic.twitter.com/XIsfxtYSbI
— ESPN FC (@ESPNFC) November 16, 2021
Inkonsisten di 5 Pertandingan Terakhir, Norwegia Disalip Turki
Norwegia sejatinya punya kans besar lolos ke putaran final Piala Dunia tahun depan. Bahkan hingga pertandingan terakhir, mereka sebenarnya masih bisa finish sebagai pemuncak klasemen. Dengan catatan, Norwegia mampu mengalahkan Belanda sementara di pertandingan lain Turki kandas dari Montenegro. Hasil imbang saja sebetulnya sudah cukup untuk membuat Norwegia menyegel tiket play-off.
Namun, hasil akhirnya sepertinya yang sudah kita ketahui. Martin Ødegaard dan kolega gagal memaksimalkan peluang tersebut. Kandas dari Belanda di pertandingan terakhir bukanlah satu-satunya penyebab gagalnya Norwegia lolos ke Piala Dunia.
Masalahnya di 5 pertandingan terakhirnya di babak kualifikasi, penampilan Norwegia sangat inkonsisten. The Lions hanya mampu memetik 2 kemenangan, 2 imbang, dan sekali kalah. Sialnya, saingan terdekat mereka, Turki, meraih 3 kemenangan beruntun di 3 partai terakhirnya dan hanya sekali kalah di 5 pertandingan terakhirnya.
Penampilan angin-anginan tersebut harus dibayar mahal. Di detik-detik terakhir, koleksi poin yang sudah susah payah mereka kumpulkan tersalip oleh Turki. 18 poin yang berhasil mereka kumpulkan jelas tak cukup untuk melengserkan Belanda yang lolos secara otomatis dan Turki yang akhirnya sukses merebut jatah tiket play-off di detik-detik terakhir.
Norwegia Terlalu Bergantung Kepada Erling Haaland
Selain masalah inkonsistensi, performa yang ditampilan Martin Ødegaard dan kolega juga terbilang kurang meyakinkan. Lebih daripada itu, ada indikasi kuat bahwa Norwegia terlalu bergantung kepada sosok Erling Haaland.
Buktinya, di 4 pertandingan terakhir mereka di kualifikasi Piala Dunia 2022, Haaland selalu absen karena cedera. Alhasil, di 4 pertandingan tersebut, Norwegia selalu kesulitan memetik kemenangan. Mereka cuma sekali menang tipis atas Montenegro, sisanya ditahan imbang Latvia dan Turki, serta tumbang dari Belanda.
Berkaca kepada negara yang sudah memastikan diri lolos ke Piala Dunia, khususnya mereka yang menjalani 10 pertandingan di babak kualifikasi, catatan gol Norwegia juga terbilang minimalis. Lini pertahanan mereka memang hanya kebobolan 8 gol saja, tetapi The Lions hanya mampu mencetak 15 gol dalam 10 pertandingan. Catatan tersebut saja kalah jauh dari Turki yang mampu menghasilkan 27 gol dan Belanda yang mampu menghasilkan 33 gol.
FINAL DAY IN #WCQ GROUPS!
🇳🇱 Netherlands 🆚 Norway 🇧🇻
🇲🇪 Montenegro 🆚 Turkey 🇹🇷Who will be 1st and 2nd in the Group G? pic.twitter.com/7lcYNVpGHO
— Ronald Morgan (@ronaldmorgan_) November 16, 2021
Lagi-lagi, untuk urusan mencetak gol, Norwegia juga terlalu bergantung kepada sosok bomber haus gol milik Borussia Dortmund itu. Lima dari total 15 gol yang dihasilkan Norwegia berasal dari kontribusi Erling Haaland.
Sumbangan gol Haaland tersebut mengungguli Mohamed Elyounoussi, Alexander Sørloth, dan Kristian Thorstvedt yang masing-masing menyumbang 3 gol. Sementara 1 gol lainnya disumbang oleh Jonas Svensson.
Di usianya yang baru 21 tahun, Haaland memang telah menjadi bintang sepak bola dunia. Ia telah menjelma menjadi salah satu striker paling mematikan di dunia, mencetak 70 gol dalam 69 pertandingan sejak bergabung dengan Borussia Dortmund pada Januari 2020.
Hanya 5 pemain yang mampu menyumbang gol sepanjang babak kualifikasi jelas bukan pertanda baik bagi Norwegia, khususnya bagi lini serang mereka. Ini jadi bukti bahwa performa The Lions sangat bergantung kepada beberapa pemain saja. Sialnya, jika pemain andalan tersebut tidak tampil baik, Norwegia harus siap-siap gigit jari.
Kegagalan ini membuat Norwegia kembali gagal lolos ke turnamen besar. Terakhir kali The Lions mentas di Piala Dunia terjadi di edisi 1998, sementara terakhir kali mereka tampil di turnamen akbar internasional terjadi di Euro 2000.
Memang sudah terlalu lama Norwegia absen di pentas internasional. Lalu, apa yang perlu Norwegia perbaiki agar dapat lolos lagi ke turnamen internasional?
Norwegia sebenarnya pernah mencoba meniru keberhasilan Islandia yang lolos ke Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018 dengan membajak mantan pelatih mereka, Lars Lagerbäck tak lama setelah gelaran Euro 2016. Sayangnya, upaya tersebut gagal.
Lagersback yang berhasil membawa Islandia hingga menembus babak perempat final Euro 2016 gagal membawa Norwegia menembus Euro 2020. Pelatih asal Swedia itu kemudian mundur dari kursi pelatih Norwegia di awal bulan Desember 2020. Selepas itu, The Lions kemudian menunjuk Ståle Solbakken (baca: Stole Solbakken) sebagai pelatih barunya pada 7 Desember 2020.
🇳🇴 Congratulations to Stale Solbakken, who has today been confirmed as the new Norway coach
📷 @nff_info pic.twitter.com/vgjRCQqSeL
— FIFA.com (@FIFAcom) December 3, 2020
Solbakken sebetulnya bukanlah pelatih kacangan. Di kawasan Skandinavia, ia adalah pelatih yang cukup ternama. Pelatih lokal berusia 53 tahun itu pernah 8 kali mengantar FC Copenhagen menjuarai Danish Superliga. Ia juga pernah 2 kali terpilih sebagai manajer terbaik Liga Denmark.
Namun, Ståle Solbakken (baca: Stole Solbakken) tampaknya terpaksa masih bergantung kepada beberapa nama senior. Maklum, beberapa nama muda yang dilabeli ‘generasi emas timnas Norwegia’ belum menampilkan performa yang menjanjikan atau minimal konsisten di level klub.
Selain itu, Solbakken sepertinya masih belum menemukan racikan formasi dan taktik yang pas. Ia pernah memakai formasi 4-4-2, 4-1-4-1, 4-2-3-1, 4-3-1-2, hingga 4-3-3. Banyaknya variasi formasi yang sudah pernah dicoba tersebut tak lepas dari banyaknya stok pemain bertipe menyerang yang ia miliki.
Menanti Pembuktian “Generasi Emas” timnas Norwegia
Ya, Modal terbesar timnas Norwegia sebetulnya adalah lini serang mereka. Terlepas dari ketergantungan mereka akan Erling Haaland yang sudah mencetak 12 gol dalam 15 caps, Norwegia memang tengah dibanjiri penyerang-penyerang bertalenta.
Selain Haaland, The Lions punya Alexander Sørloth, mantan top skor Liga Turki yang musim ini membela Real Sociedad di La Liga. Ada pula Erik Botheim yang sudah mencetak 3 gol di Liga Konferensi Eropa bersama FK Bodø/Glimt. Kabarnya, ia kini tengah diminati beberapa klub top Eropa, salah satunya AS Roma. Jangan lupakan juga Joshua King. Mantan produk akademi Manchester United itu kini tengah bersinar bersama klub promosi Premier League, Watford.
Joshua King turns to Ole Gunnar Solskjaer’s worst nightmare as the 29-year old Norwegian gives Watford the lead! 😳#manchesterunited #ManUtd #Watford #WATMUN pic.twitter.com/DrrnNqQNLn
— Sportskeeda Football (@skworldfootball) November 20, 2021
Norwegia juga punya stok pemain sayap yang berbahaya dalam diri Jens Petter Hauge dan Ola Solbakken. Sementara di lini tengah, selain Martin Ødegaard yang telah didapuk menjadi kapten, pelatih Ståle Solbakken juga terlihat mulai mengandalkan gelandang 25 tahun milik Sampdoria, Morten Thorsby dan Mathias Normann dari Norwich City.
Confirmed: Martin Ødegaard has been officially named as the new Norway national team captain at just 22-years-old, following the appointment of new manager Ståle Solbakken.
Congratulations Martin, we’re so proud of you! #afc pic.twitter.com/nLluW5QmNA
— afcstuff (@afcstuff) March 12, 2021
Sementara di lini belakang, ada Kristoffer Ajer yang musim ini membela tim promosi Liga Premier, Brentford. Sebagai tandemnya, ada Birger Meling, bek tengah 26 tahun yang membela klub Liga Prancis, Rennes. Ada pula Marcus Holmgren Pedersen, fullback kanan yang masih berusia 21 yang di awal musim ini baru pindah ke klub papan atas Liga Belanda, Feyenoord.
Jika Norwegia ingin lolos ke turnamen besar lagi, mereka sepertinya perlu melihat kembali susunan pemain mereka kala berlaga di Piala Dunia 1994, 1998, dan Euro 2000. Kala itu, mayoritas penggawanya jadi pemain andalan di klub-klub besar Eropa, khususnya Liga Inggris. Sebut saja Tore André Flo, Ronny Johnsen, Erik Thorstvedt, hingga Ole Gunnar Solskjær. Mereka adalah beberapa tumpuan timnas Norwegia yang berasal dari klub Liga Inggris.
Generasi timnas Norwegia yang sekarang sebetulnya juga punya profil yang hampir mirip dengan para legendanya. Namun, seperti yang sudah kami singgung. Kebanyakan dari generasi emas timnas Norwegia masa kini belum berada di usia matangnya. Mereka masih sangat muda dan tengah meniti karier di liga-liga top Eropa. Menurut catatan transfermarkt, saat Norwegia menghadapi Belanda kemarin, rata-rata usia skuad mereka saja hanya 26,9 tahun.
Akhir kata, timnas Norwegia memang masih harus berbenah. Mereka juga perlu menunggu hingga talenta muda yang mereka miliki layak menyandang label generasi emas, sebab para talenta besar tersebut masih harus membuktikan diri terlebih dahulu di klubnya masing-masing.
Gagal lolos ke Piala Dunia 2022 bukanlah akhir bagi Norwegia. Justru sebaliknya, Norwegia patut dan wajib optimis. Jika para pemin mudanya dapat tampil stabil di level klub dan makin banyak yang membela klub besar Eropa, Norwegia tentu sangat berpeluang lolos ke ajang Piala Eropa maupun Piala Dunia yang akan datang.
“Saya benar-benar yakin kami akan berhasil di Euro 2024 jika kami melanjutkan apa yang telah kami mulai,” kata Ståle Solbakken, dikutip dari The New York Times.
***
Sumber Referensi: Squawka, Transfermarkt, The New York Times.