Lord Nicklas Bendtner dan Sensasi Di Setiap Jenjang Karirnya

spot_img

Salah satu komika Tanah Air yang sedang membangun reputasi di New York, Pandji Pragiwaksono pernah ngetweet begini, “Sedikit lebih beda lebih baik, daripada sedikit lebih baik”. Kalimat yang mengutip dari perkataan Seth Godin itu kini menjadi prinsip hidup yang dipegang teguh oleh Pandji.

Tapi jauh sebelum Pandji, sudah ada pesepakbola yang secara tidak langsung mengamini prinsip hidup itu. Dia adalah Nicklas Bendtner. Jika kalian penggemar Arsenal, pasti sangat familiar dengan pemain yang satu ini. Secara reputasi, dirinya bisa dibilang biasa-biasa saja. Tidak segacor striker top Arsenal lainnya.

Bendtner memilih tampil sedikit lebih beda dari pemain-pemain lain. Bukan soal gaya rambut atau aksesoris lainnya. Tapi soal bagaimana dirinya memaknai hidup dan karir sepakbolanya. Dan prinsip itu telah menciptakan perjalanan karir yang luar biasa. Ya, karir Bendtner jadi dipenuhi oleh sensasi dan prestasi. Tapi gimana perjalanan karir pemain yang memiliki julukan Lord ini?

Sombong dan Diberi Gelar Lord Bendtner

Sebelum kita membahas tentang perjalanan karir Nicklas Bendtner, kita akan sedikit menyinggung soal awal mula julukan Lord tersemat di namanya. Penyerang asal Denmark itu jadi satu dari sekian banyak pesepakbola yang dianugerahi dengan julukan tersebut. Tak banyak pemain yang memiliki gelar Lord. Pemain-pemain itu harus masuk kualifikasi tertentu.

Selain Bendtner, masih ada beberapa pemain lain seperti Martin Braithwaite, Loris Karius, Jesse Lingard, hingga Harry Maguire. Tapi apa sebenarnya makna dari julukan itu dan bagaimana Nicklas Bendtner mendapatkannya? Sebenarnya, Lord adalah sebuah julukan yang bertujuan untuk lucu-lucuan saja. Biasanya julukan itu diberikan kepada pemain yang memiliki zero skill tapi banyak omong dan selalu ingin tampil.

Nah, Bendtner sangat cocok dengan karakteristik itu. Secara skill sih tidak terlalu istimewa, tapi kalau ngomong di media Bendtner sih juaranya. Dirinya dikenal sebagai pemain yang doyan tampil di kamera untuk menyombongkan diri. Awal mula julukan “Lord” muncul ketika dirinya mendapatkan gelar sebagai pemain terbaik Denmark tahun 2009.

Saat dimintai komentar soal prestasinya itu, dirinya menyampaikan pernyataan yang cukup mengagetkan. “Saya ingin menjadi pencetak gol terbanyak di Premier League dan pencetak gol terbanyak di Piala Dunia. Dalam waktu lima tahun mendatang, saya ingin berada di antara para penyerang terbaik dunia. Percayalah, itu akan terwujud,” ujar Bendtner. 

Mengawali Karir Bersama Arsenal

Sontak jawabannya itu bikin semua fans Arsenal ketawa. Bagaimana tidak? Para fans sudah paham dengan kualitas Bendtner, wong dia itu lulusan akademi Arsenal. Menjadi salah satu alumni akademi, fans begitu mengikuti perkembangan sang pemain selama di London. Dan menurut mereka, Bendtner tidak memiliki skill yang cukup untuk menjadi striker terbaik di dunia.

Sebagai informasi tambahan, Nicklas Bendtner sudah bergabung dengan skuad muda Arsenal sejak tahun 2004. Tapi dirinya tak mendapat banyak menit bermain. Ia hanya masuk tim cadangan Arsenal dan dipinjamkan ke klub medioker, Birmingham City pada musim selanjutnya. Baru pada tahun 2007 dirinya mendapat tempat di skuad Arsene Wenger.

Secara menit bermain, sebetulnya Bendtner terbilang lumayan. Tapi performanya biasa-biasa saja. Selama berseragam Arsenal, Bendtner tak pernah mencetak dua digit gol di Liga Inggris. Performa terbaiknya terjadi pada musim 2008/09 di mana ia bisa mencetak sembilan gol dalam 31 pertandingan Liga Inggris.

Meskipun demikian, Bendtner tetap senang dengan julukan itu. Karena citra dirinya menjadi berbeda saat dia bermain. “Aku percaya, ibuku selalu mengatakan padaku bahwa aku adalah orang yang (bisa) membuat pendapat orang terbelah. Aku bertemu dengan orang-orang yang memandangku sebagai orang terhebat di muka bumi. Tapi, aku juga bertemu dengan mereka yang ingin melemparkan botol padaku,” respons Bendtner.

Sensasi dan Prestasi

Tapi karir yang kian tak menentu di Arsenal pun akhirnya membuat Bendtner sedikit frustrasi. Ulahnya di luar lapangan jadi makin ada-ada saja. Mulai dari mabuk-mabukan, hingga kecanduan judi yang sempat membuatnya tekor. Yang terparah, dirinya pernah memaki-maki pelatih Arsenal kala itu, Arsene Wenger.

Saat diwawancarai Fourfourtwo, momen ini terjadi pada tahun 2013. Bendtner mengaku jika dirinya pernah menghina pelatih yang dihormati oleh seluruh publik Emirates Stadium itu. Tindakannya tersebut ternyata ada maksud lain. Nicklas Bendtner melakukan kegiatan ekstrim itu supaya bisa segera cabut dari London. Saat itu, dirinya mengaku sudah mendapat tawaran dari Crystal Palace.

Tapi kesepakatan itu gagal karena Arsenal tak bisa menemukan pengganti Bendtner. Wenger pun menelepon Bendtner dan berkata, “Maaf, kamu tidak bisa pergi”. Kalimat itu membuat sang pemain melancarkan ide konyolnya untuk berlagak marah-marah. Perkataan-perkataan kasar pun keluar dari mulut Bendtner. Ia bahkan menyebut Wenger sebagai sampah dan bajingan.

Tujuannya ya agar Wenger marah dan segera menjualnya. Tapi cara itu tidak berhasil. Pelatih asal Prancis itu tetap sabar karena merasa bahwa keputusannya untuk tidak menjual Bendtner adalah keputusan terbaik untuk klub. “Itulah satu-satunya percakapan panas kami. Sisanya sih dia yang teriak-teriak melulu ke saya!” jawab Bendtner setelah ditanya Fourfourtwo apakah ada masalah lagi setelah itu.

Karena gagal hengkang dari Arsenal, Bendtner pun bertahan setahun lagi. Namun, ketika menjalani musim 2013/14 sebagai musim terakhirnya di Inggris, Bendtner justru meraih trofi pertamanya untuk Arsenal. Namanya terdaftar sebagai peraih gelar Piala FA musim tersebut. Padahal Bendtner cuma main satu pertandingan. Itu pun cuma 71 menit. Minim kontribusi, tapi dapat trofi. Enak bener kerjanya.

Karir yang Mujur di Juventus

Namun, jika berbicara tentang karir yang mujur, kita harus sedikit mundur ke belakang saat dirinya dipinjamkan ke Juventus musim 2012/13. Sebelum bertengkar dengan Arsene Wenger, Bendtner tuh baru saja pulang dari masa peminjaman di Juventus. Meski cuma semusim, Bendtner ternyata memiliki banyak cerita unik dan menarik di Italia.

Sebagai pemain pinjaman, Bendtner hanya memainkan sembilan laga di Serie A bersama La Vecchia Signora. Bahkan selama membela Juventus, Bendtner tak pernah mencatatkan namanya ke papan skor. Dia diganggu cedera dan berakhir sebagai pelengkap di skuad yang kala itu masih dilatih oleh Massimo Carrera. 

Walaupun begitu, masa singkatnya di Juventus justru jadi yang paling manis. Untuk mendapatkan satu gelar juara di Liga Inggris, Bendtner harus melewati 247 pertandingan dan hari-hari yang pedih bersama Arsenal. Maka dari itu, kata “beruntung” barangkali lebih tepat untuk menggambarkan karirnya di Serie A.

Dengan hanya bermain sebanyak sembilan kali, jumlah gelar yang Nicklas Bendtner dapatkan sudah bisa menyamai torehan trofi selama berkarir hampir sepuluh tahun di Inggris. Benar, penyerang asal Denmark itu masuk dalam skuat Juventus yang meraih scudetto pada musim 2012/13.

Tapi bukan Lord Bendtner jika tak mengalami momen-momen unik. Dilansir Marca, dirinya mengalami momen yang tak pernah disangka sebelumnya. Itu dialaminya saat mengikuti sesi latihan perdana. “Pada hari pertama, saya melihat 10 atau 12 pemain di toilet sedang minum kopi, ngobrol dan merokok. Ini pemandangan luar biasa. Ini membuat saya senang,” kata Bendtner. 

Dirinya juga mengaku bahwa Juventus telah membuatnya jatuh cinta. Di Italia, dirinya melihat banyak pemain bintang dengan kepribadian yang luar biasa. Tapi yang paling membuatnya kagum adalah keberadaan sosok Gianluigi Buffon dan Andrea Pirlo. Bendtner memandang mereka sebagai sosok yang karismatik dan memiliki karir yang luar biasa. Tak terbayang olehnya bisa bermain dengan pemain-pemain hebat di Juventus.

Gelar Lord Beneran

Setelah itu, Bendtner sempat kembali ke Arsenal untuk mengakhiri musim 2014/15 dengan sebuah trofi. Kontraknya tak diperpanjang lagi dan media pun mulai mempertanyakan masa depan sang striker. Momen ini pun kembali dimanfaatkan Bendtner untuk mencari sensasi baru.

Seorang reporter pun bertanya pada Bendtner, “Bendtner, jika kontrak Anda di Arsenal habis, apa yang akan Anda lakukan?”. Bendtner pun menjawab dengan mantap bahwa dirinya mungkin saja akan pindah ke Real Madrid atau Barcelona. Terdengar ambisius memang, namun tidak mengejutkan karena memang seperti itulah Bendtner.

Namun, pernyataan itu tak ubahnya sebuah candaan. Karena pada akhirnya Bendtner tidak bergabung ke salah satu dari dua klub itu. Karir Nicklas Bendtner justru berlanjut ke Bundesliga bersama Wolfsburg. Di Jerman, perjalanannya tak kalah mengasyikkan. Keberuntungan-keberuntungan lain terus menghampiri Bendtner.

Di musim 2014/15, Bendtner tak berkontribusi banyak. Dirinya hanya memainkan 18 pertandingan di Bundesliga dan hanya tampil sebanyak dua kali dengan masing-masing tujuh menit di DFB Pokal. Meski hanya menjalankan peran cameo, dirinya lagi-lagi mendapat privilege dengan berhak mendapatkan medali juara DFB Pokal yang diraih Die Wolfe.

Setelah meraih gelar itu, Nicklas Bendtner kembali disorot oleh beberapa media ternama. Namun, topik pembahasan yang paling menarik justru datang dari salah satu majalah lokal Denmark, SE Og HOR. Majalah tersebut mengklaim telah membelikan Bendtner sepetak tanah seluas satu kaki persegi di Skotlandia. Tujuannya agar gelar Lord di depan nama Bendtner jadi sah secara hukum.

Menurut rumor yang ada, seseorang bisa mendapat gelar “Lord” di Skotlandia dengan cara membeli sepetak tanah. Menurut beberapa media Skotlandia, bahkan ada perusahaan yang sengaja menjual tanah dengan luas satu kaki dengan nilai 30 pound. Meski bagi sebagian orang menganggap gelar itu sia-sia, tapi perusahaan tersebut mengklaim bahwa mereka punya hak secara hukum untuk memberikan gelar tersebut kepada pembeli.

Jadi, tabloit SE og HOR membuat julukan Lord yang tadinya terkesan sebagai gimmick dan olok-olok, menjadi sebuah gelar kehormatan yang tentunya bukan orang sembarangan bisa memilikinya. Dilansir Goal, Bendtner tidak keberatan dengan fenomena yang terjadi. Ia menganggap sebutan “Lord” itu sebagai suatu hal yang bisa meningkatkan popularitasnya di media.

Dipecat

Tapi benar, ternyata gelar itu sia-sia. Gelar yang sudah diusahakan oleh majalah Denmark itu tidak berdampak apa-apa pada performa dan kelakuan Nicklas Bendtner di luar lapangan. Selama bermain di Bundesliga, Bendtner justru sering menyalahi aturan klub. Salah satu yang paling konyol adalah ketiduran dan terlambat hadir di tempat latihan.

Tapi bukan itu yang membuat Wolfsburg marah, melainkan salah satu foto nakalnya yang berpose di samping mobil Mercedes. Kita semua tahu, Mercedes adalah saingan utama Volkswagen yang merupakan pendiri klub Wolfsburg. Alhasil, pada awal April 2016, Wolfsburg memutus kontrak Bendtner yang sebenarnya masih tersisa 15 bulan lagi.

Setelah dipecat, Bendtner belum bisa mencari klub baru. Dirinya harus bersabar hingga awal musim 2016/17. Untuk mengisi waktu luang, dirinya melakukan latihan mandiri. Sulit untuk mencari klub yang mau menerima pemain sepertinya. Klub-klub besar sudah tak mau mengambil resiko karena Bendtner tidak bisa berkelakuan baik.

Klub Medioker

Karena tidak ada klub top yang mau menampungnya, akhirnya Nicklas Bendtner balik lagi ke Inggris tapi bukan ke Arsenal, melainkan Nottingham Forest. Ia bergabung Forest yang kala itu masih berlaga di Divisi Championship pada September 2016 setelah kurang lebih lima bulan menganggur. Pun sama saja, performanya tak begitu cemerlang.

Ia hanya mencetak dua gol dan dua assist dalam 15 pertandingan Championship sebelum akhirnya melipir ke Liga Norwegia bersama Rosenberg. Nah, di Norwegia Bendtner tampil gacor. Tampil sebagai penyerang utama Rosenberg, dirinya mencetak 19 gol dari 29 pertandingan Liga Norwegia musim 2017/18.

Setidaknya, perkataannya yang ingin langsung mencetak banyak gol jika diberikan kesempatan sebagai pemain reguler bisa ia buktikan. Dalam dua musim membela Rosenberg, dirinya memperoleh lima gelar, termasuk dua gelar Liga Norwegia. Tapi apa daya, usianya saat berseragam Rosenberg sudah 30 tahun dan dinilai terlambat jika ingin kembali ke papan atas liga top Eropa. 

Dirinya memilih untuk pulang kampung ke Denmark dan bergabung dengan Copenhagen pada tahun 2019. Sayangnya, ia cuma enam bulan di situ. Bendtner minim menit bermain dan lebih sering latihan bareng tim cadangan Copenhagen. Satu-satunya kontribusi yang diberikan olehnya adalah terjadinya lonjakan penjualan jersey. Dalam sehari saja sejak perekrutannya, jersey nomor 32 miliknya terjual ludes.

Seorang Legenda Bagi Timnas Denmark

Walaupun begitu, dirinya tetap mendapat klausul unik dalam kontraknya. Bendtner sendiri menyebut klausul itu sebagai klausul yang legendaris. Lantas, apa isi klausul legendaris itu? Menurut pengakuan agen Nicklas Bendtner, Copenhagen melarang sang striker untuk minum alkohol. 

Selain itu manajemen Copenhagen tak ingin sang pemain bermain ski. Alasan Copenhagen memasukkan klausul itu sebenarnya sederhana. Mereka ingin Bendtner bisa mengeluarkan kemampuannya secara optimal di sepanjang durasi kontraknya. Tapi upaya itu sia-sia. Tepat pada tanggal 1 Januari 2020, Bendtner justru memutuskan untuk gantung sepatu. 

Karirnya di level klub memang tak begitu spesial. Dirinya lebih akrab dengan sensasi di luar lapangan ketimbang mencetak gol ke gawang lawan. Tapi bagi masyarakat Denmark, Nicklas Bendtner tetap seorang legenda. Dengan torehan 30 golnya, Bendtner masuk dalam jajaran sepuluh pencetak gol terbanyak dalam sejarah Timnas Denmark.

Sumber: Goal, Daily Mail, FFT, ESPN, Panditfootball

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru