Dari kisah pengkhianatan Itachi kepada klan Uchiha, kita bisa belajar bahwa di balik sebuah pengkhianatan paling bersejarah di desa Konohagakure pun ternyata ada sisi alasan mulia. Itachi rela dianggap sebagai pengkhianat dan membunuh hampir seluruh kerabatnya demi masa depan desa yang lebih baik.
Dan kisah yang dialami oleh Itachi pun kurang lebih sama dengan apa yang dialami Jorginho. Sebagai pemain Italia, namanya sama sekali tak ada Italia-italianya. Itu karena ia memang bukan kelahiran Italia. Jorginho merupakan pria kelahiran Brazil.
Mungkin bagi sebagian orang, Jorginho telah dianggap hina dan tak memiliki jiwa nasionalis karena mengkhianati Brazil. Tapi dari sudut pandang lain, ini adalah keputusan terbaik. Dengan meninggalkan Brazil, Jorginho telah berhasil mencapai mimpinya untuk sukses di dunia sepakbola. Lantas, bagaimana perjalanan Jorginho meraih kesuksesan setelah meninggalkan Brazil?
Daftar Isi
Dibawa ke Italia
Pemain bernama lengkap Jorge Luiz Frello Filho lahir di daerah bernama Imbituba. Daerah tersebut dikenal sebagai kota pelabuhan dan pesisir di negara bagian Santa Catarina, Brazil Selatan. Jorgino dibesarkan di daerah yang begitu jauh dari pusat kota. Imbituba bahkan berjarak lebih dari 1.700 kilometer dari Ibukota Brazil, Brasilia.
Seperti anak muda Brazil pada umumnya, pria yang kerap disapa Jorginho itu menggemari sepakbola. Jorginho bahkan dengan mantap ingin menekuni olahraga tersebut. Dirinya bahkan konsisten untuk terus berpartisipasi dalam turnamen-turnamen lokal yang ada di Brazil.
Namun, dari turnamen itu tak kunjung ada klub Brazil yang menawarinya kontrak. Bahkan, sebatas kesempatan trial pun tak pernah datang untuknya. Tim-tim Brazil merasa tubuh Jorginho terlalu kecil untuk menjadi seorang gelandang bertahan yang notabene sering melakukan kontak fisik dengan pemain-pemain lawan.
Jorginho justru mendapat tawaran dari seseorang yang mengaku sebagai agen pemain dari Italia. Agen itu bukan hanya memuji permainan Jorginho. Dirinya juga menawarkan sang pemain untuk menimba ilmu di sekolah sepakbola yang jauh lebih baik dari yang ada di daerah tempat tinggalnya.
Setelah dua tahun menimba ilmu di sekolah sepakbola, Jorginho dinilai cukup baik untuk dibawa ke Italia. Dan akhirnya, Jorginho dan beberapa pemainnya diberangkatkan ke Italia. Kala itu, Jorginho yang masih berusia 15 tahun diberi kesempatan trial di salah satu klub Italia, Hellas Verona.
Beratnya Hidup di Verona
Sebagai bocah yang tidak memiliki keluarga di Verona, Jorginho akhirnya hanya mendapat uang saku dari presiden klub Hellas Verona, yakni Riccardo Prisciantelli. Tidak banyak, hanya sekitar 20 euro per pekan. Dengan uang segitu, Jorginho hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Seperti makan dan menelepon keluarga di Brazil. Dirinya tidak bisa pergi jalan-jalan atau mencari hiburan lain.
Bahkan dirinya tak punya rumah di Verona. Menurut Goal, Jorginho dititipkan oleh Riccardo ke seorang pendeta lokal. Maka dari itu, Jorginho hanya bisa menumpang tidur di Biara. Jorginho hampir menyerah, tapi keluarga di Brazil menguatkannya.
Setelah tiga tahun menimba ilmu di Hellas Verona, Jorginho dinilai layak untuk naik level ke tim senior. Dirinya mendapat kontrak profesional pertamanya pada tahun 2010. Kemampuan Jorginho dalam membaca permainan dan kerja kerasnya di lapangan diprediksi bakal berguna untuk Verona di kemudian hari.
Namun, mendapat kontrak tidak membuatnya langsung mencatatkan debut di skuad utama. Jorginho justru lebih dulu dipinjamkan ke klub kasta ketiga Liga Italia, Sambonifacese. Di klub itulah Jorginho akhirnya mencatatkan debut di level senior. Dengan kualitas yang dimiliki, Jorginho langsung mendapat banyak kesempatan di skuad utama. Ia mencatatkan 31 penampilan dan mencatatkan satu gol musim 2010/11.
Setelah penampilan yang menjanjikan di Serie C, Jorginho akhirnya dipulangkan ke Verona pada tahun 2011. Jorginho langsung menjadi pemain inti di skuad Verona. Puncak karirnya bersama Verona terjadi pada musim 2012/13. Kala itu, Jorginho jadi bagian penting Verona yang menembus kasta tertinggi Serie A. Dirinya tampil dalam 41 penampilan dan menyumbang dua gol serta dua assist di Serie B.
Dibeli Napoli
Musim 2013/14 pun akhirnya jadi musim pertama Jorginho tampil di kasta tertinggi. Masih bersama Verona, Jorginho kembali tampil memuaskan. Bahkan ketika belum genap semusim, performanya di lini tengah Verona telah menarik perhatian klub raksasa Serie A, Napoli. Kala itu Rafael Benitez yang masih mengemban status pelatih Napoli meminta langsung kepada klub untuk segera memboyong Jorginho.
Benitez begitu terkesan dengan gaya bermain Jorginho. Berkat keberadaannya, permainan Verona terlihat begitu dinamis. Aliran bola dan sistem yang terbentuk di lini tengah Verona begitu mengagumkan. Jorginho berpengaruh besar ketika Verona menembus enam besar Serie A sebelum akhirnya ditebus Napoli pada Januari tahun 2014.
Meski berstatus pemain baru, dirinya dengan cepat beradaptasi dengan permainan yang diusung Rafael Benitez. Di bawah asuhannya, Jorginho di plot sebagai gelandang bertahan. Dirinya diduetkan dengan pemain yang kenyang pengalaman, Gokhan Inler. Eksperimen Benitez pun berhasil, keduanya jadi salah satu duet tersolid di Serie A.
Jorginho juga membantu Napoli untuk finis di urutan ketiga klasemen akhir Serie A 2013/14. Dengan begitu, Napoli bisa melaju ke Play Off Liga Champions untuk memperjuangkan satu tiket ke Liga Champions musim berikutnya. Sayangnya, mereka gagal dan akhirnya berlaga di Europa League musim 2014/15.
Tapi kegagalan itu setidaknya terobati oleh trofi Coppa Italia musim 2013/14. Jorginho bahkan mencatatkan empat penampilan serta mencetak satu gol di kompetisi itu. Napoli asuhan Rafael Benitez berhasil mengalahkan Fiorentina di pertandingan final dengan skor telak 3-1. Gelar ini sekaligus jadi gelar perdana Jorginho setelah meninggalkan Brazil.
Melejit Bersama Maurizio Sarri
Berprestasi di musim perdananya bersama Napoli, Jorginho langsung mendapat sorotan. Dia digadang-gadang bakal jadi bagian penting Napoli dalam beberapa tahun kedepan. Dan prediksi itu tak meleset sama sekali. Di musim-musim berikutnya, Jorginho memang mengemban peran vital di lini tengah Il Partenopei.
Pada musim 2015/16, saat kursi kepelatihan berganti dari tangan Rafael Benitez ke Maurizio Sarri, Jorginho melesat bak roket. Di bawah asuhan Sarri, Jorginho menjelma jadi dirijen permainan Napoli yang tak tergantikan bersama Marek Hamsik. Dirinya mencatatkan 35 pertandingan dan mencetak empat assist musim tersebut.
Media-media sepakbola pun mulai memberitakan Jorginho. Dirinya dikenal tenang ketika beraksi di lapangan dan gaya permainannya dianggap mirip dengan legenda sepakbola Italia, Andrea Pirlo. Jorginho memang taktis seperti Pirlo, tapi dirinya juga memiliki unsur samba dalam teknik permainannya.
Gaya bermain yang diterapkan Sarri membuat kualitas Jorginho terekspose. Kehebatan Jorginho bahkan berhasil membuat kedatangan Mirko Valdifiori sia-sia. Padahal Valdifiori merupakan pemain bawaan Sarri dari Empoli. Valdifiori jadi lebih sering duduk di bangku cadangan gara-gara penampilan gemilang Jorginho.
Gaya permainan penguasaan bola ala Sarri pun membuat akurasi operan Jorginho mencapai 91% di Serie A 2015/16. Itu yang paling tinggi dibandingkan dengan pemain Napoli lain. Pemain bernomor punggung delapan itu piawai menguasai bola untuk menjembatani antara area bertahan dengan lini tengah.
Tawaran Timnas Italia
Melihat perkembangan Jorginho yang begitu signifikan di Napoli, Timnas Brazil pun mulai menghubungi sang pemain. Sosok yang menghubungi adalah direktur Timnas Brazil kala itu, Edu Gaspar. Awalnya, ini disambut baik oleh Jorginho. Karena ini adalah salah satu mimpinya untuk bisa membela tanah kelahirannya.
Namun, tawaran Edu bukan tanpa tapi. Edu dan staf kepelatihan Timnas Brazil merasa bahwa Jorginho memiliki bakat. Dirinya bisa meningkatkan kualitas lini tengah Tim Samba yang sedang bersiap untuk tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2018. Tapi, Edu tak bisa menjamin menit bermain Jorginho.
Itu karena tim nasional Brazil kala itu masih memiliki pemain-pemain top di posisi yang sama dengan Jorginho. Hal itu dikonfirmasi oleh agen Jorginho, Joao Santos. “Direktur Timnas Brazil sempat menghubungi kami dan memberikan tawaran yang cukup realistis. Tapi, kehadiran pemain-pemain seperti Casemiro dan Fernandinho membuat Jorginho tak mendapat garansi bermain,”
Mendengar hal itu, Jorginho cukup kecewa. Ia merasa Edu telah meragukan kualitasnya. Tak jauh dari itu, ketika Jorginho mulai patah hati lantaran diremehkan oleh Brazil, Federasi sepakbola Italia hadir bak seorang pahlawan kesiangan. Mereka menawari Jorginho untuk membela Timnas Italia.
Ini sebuah langkah yang sah karena Jorginho belum mencatatkan satu penampilan pun bersama Selecao dan sudah menetap di Italia sejak usianya masih remaja. Selain itu, dirinya memang memiliki darah Italia dari kakeknya, Giacomo Frello yang kabarnya berasal dari Venesia, Italia.
Debut di Timnas Italia
Jorginho pun akhirnya menyanggupi tawaran Timnas Italia. Ia merasa telah memiliki hubungan yang baik dengan sepakbola Italia. Meski dirinya tahu bahwa ia bukan orang asli Italia, tawaran tersebut dianggap Jorginho sebagai kesempatan besar. Yaaa, itung-itung balas budi lah ya. Karena Italia telah banyak berjasa dalam hidupnya. Orang-orang Italia selalu ada di setiap jenjang karir yang ia jalani.
Jorginho mencatatkan debutnya untuk Gli Azzurri pada tahun 2016. Kala itu, Italia sedang melakoni laga uji coba melawan Spanyol. Di laga yang berakhir dengan skor 1-1 itu, Jorginho hanya tampil selama satu menit sebagai pemain pengganti. Perlahan namun pasti, Jorginho mulia memantapkan namanya di skuad utama Timnas Italia beberapa tahun kemudian.
Dirinya mulai menjadi langganan Timnas Italia di era Roberto Mancini pada tahun 2018. Jorginho selalu tampil saat Italia menjalani turnamen UEFA Nations League dan Kualifikasi Piala Eropa 2020. Keberadaan Jorginho di skuad Mancini membuat pertahanan Timnas Italia seakan berlapis. Itu terbukti di babak Kualifikasi Piala Eropa 2020 pada tahun 2019.
Jika biasanya Jorginho selalu diduetkan dengan pemain lain untuk membentuk skema double pivot di lini tengah, kali ini Mancini membiarkannya bermain sendiri sebagai jangkar. Dirinya hampir selalu jadi pilihan utama Mancini untuk mengisi posisi itu di babak kualifikasi. Dari sepuluh pertandingan yang dimainkan Italia, Jorginho hanya absen sekali saat menghadapi Liechtenstein.
Statistiknya pun luar biasa. Tampil sebanyak sembilan kali, ia membuat Italia tak terkalahkan di babak kualifikasi. Ketika Jorginho bermain, Italia bahkan hanya kebobolan empat kali. Hasil sempurna itu membuat Italia lolos ke Euro 2020 dan berada di Grup A bersama Turki, Swiss, dan Wales.
Berprestasi Bersama Chelsea
Tapi Euro 2020 baru bisa terlaksana pada tahun 2021 karena adanya wabah Covid-19. Kompetisi baru bisa kembali dimulai pada akhir musim 2020. Alih-alih staminanya kendor karena imunnya menurun, Jorginho justru tancap gas bersama Chelsea ketika kompetisi kembali dimulai.
Di masa pandemi, Jorginho justru dianggap sebagai salah satu regista terbaik yang pernah dimiliki Chelsea. Ia memainkan peran sebagai deep-lying midfielder yang mempunyai daya juang tinggi serta visi bermain yang mumpuni. Jorginho hampir tak pernah absen mengisi lini tengah Chelsea. Baik di Liga Inggris maupun Champions League.
Jorginho membangun koneksi yang luar biasa dengan N’Golo Kante. Jika Kante bagian yang mengejar bola, maka Jorginho diamanahi untuk menjaga tempo dan alur permainan Chelsea. Duetnya bersama Kante pun telah melahirkan trofi Liga Champions di akhir musim 2020/21.
Juara Euro 2020
Prestasinya bersama Chelsea membuat Roberto Mancini tak ragu untuk kembali mengandalkan Jorginho sebagai jenderal lapangan tengah Gli Azzurri di Euro 2020. Tergabung dalam Grup A, Jorginho berhasil membantu Italia menyapu bersih tiga pertandingan dengan kemenangan. Hasil itu membuat Italia menjadi juara grup dan melaju ke fase gugur.
Bersama Gianluigi Donnarumma, Jorginho menjadi pemain yang selalu tampil di tujuh laga yang telah dilalui Gli Azzurri. Kemampuannya mengatur serangan dan bertahan tak tergantikan. Jorginho bahkan membuat pemain-pemain kreatif seperti Kevin De Bruyne, Eden Hazard, Pedri, hingga Mason Mount tak berkutik di fase gugur.
Jorginho membantu Italia menyapu tujuh pertandingan dengan kemenangan. Meski pada akhirnya Jorginho jadi pemain Italia yang gagal saat adu penalti melawan Inggris, kerja keras dan pengorbanannya untuk Gli Azzurri tak bisa dipandang sepele. Sebagai mantan pelatih Maurizio Sarri bahkan memberi Jorginho pujian setinggi langit.
Sang pelatih bahkan menyebut Jorginho layak mendapatkan Ballon d’Or tahun 2021. Namun, pada akhirnya yang memenangkan penghargaan itu adalah Lionel Messi. Lantas, apakah Jorginho marah? Mungkin sedikit, tapi meraih trofi Piala Eropa bersama Italia sudah lebih dari cukup bagi Jorginho. Setidaknya, ia berhasil membuat Brazil menyesal telah meragukannya.
Sumber: Goal, Talksport, Arsenal, Punditfootball