Waktu yang ditunggu-tunggu oleh pencinta sepak bola Indonesia akhirnya tiba juga. Bukan bedug magrib tanda sudah boleh berbuka puasa. Melainkan pengumuman daftar pemain awal yang dipanggil oleh Patrick Kluivert. Total ada 27 para pejuang yang menyambut dengan penuh kebanggaan nada dering Garuda Calling.
Menariknya, dari semua nama-nama yang ada, terdapat 11 pemain lokal yang menghiasi. Sembilan di antaranya bermain di kompetisi domestik alias di Liga 1 Indonesia.
Lantas, siapa sajakah para talenta full lokal ini yang mendapat kehormatan untuk membela Garuda? Lalu sejauh mana kiprah mereka di kompetisi hingga bisa dilirik Patrick Kluivert?
Mumpung masih hangat, kami telah menyiapkan ulasan mendalam untuk menjawab sederet tanda tanya di atas.
Penjaga Gawang
Di barisan paling belakang alias posisi penjaga gawang, nama Ernando Ari masih terus dipercaya. Dipanggilnya kiper kelahiran Semarang ini nggak lepas dari performa apik bersama Persebaya Surabaya.
Bersama Bajul Ijo, Ernando kerap mencatatkan clean sheet. Termasuk sesaat sebelum resmi dipanggil, Gen Zi berusia 23 tahun ini melakukan 4 saves yang membuat PSM Makasar pusing tujuh keliling.
Pemanggilan Ernando ini sekaligus membuat dirinya jadi kiper yang paling konsisten masuk Skuad Garuda. Jebolan program Garuda Select ini sudah berseragam Merah Putih sejak U-16 asuhan Fachri Husaini.
Ketika itu Ernando jadi pahlawan yang membawa Skuad Garuda muda menjuarai Piala AFF U-16 2018. Ernando juga jadi bagian vital saat Timnas U-22 mengamankan medali emas SEA Games 2023 saat ditangani Indra Sjafri.
Saat dilatih Shin Tae-yong pun, Ernando nggak pernah absen masuk list skuad. Bahkan pelatih asal Korea Selatan inilah yang memberi debut manis Ernando di timnas senior.
Ernando juga berjasa membawa Timnas Indonesia lolos ke putaran ketiga. Bahkan kekasih Devani Audri ini hampir meloloskan Timnas U-23 ke Olimpiade Paris 2024.
Alhasil, dipanggilnya Ernando yang jago nepis penalti oleh Patrick Kluivert ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Siapapun pelatihnya, Ernando tetap jadi pilihannya.
Adapun nama yang mengejutkan adalah Nadeo Argawinata. Pasalnya performa kiper yang disebut mirip Kepa Arrizabalaga ini nggak bagus-bagus amat. Bahkan penggawa Borneo FC ini kerap diolok-olok netizen lantaran sering blunder konyol. Salah satunya di pekan ke-14 Liga 1 saat berjumpa Persija Jakarta.
Nadeo yang kelewat pede meninggalkan pos penjagaan dibuat malu. Sepakan Andritany Ardhiyasa memantul dan melewati kepalanya dan membuat Gustavo Almeida dengan mudah menjebloskan bola.
Netizen yang sebal dengan Nadeo sampai-sampai menggunakan kalimat one shoot one goal untuk menggambarkan betapa rapuhnya kiper 28 tahun ini. Selain itu, Nadeo juga dinilai pengambil keputusan yang buruk. Terbukti sejauh musim ini, Nadeo sudah mengantongi 2 kartu merah akibat aksi kocaknya di laga kontra PSS Sleman dan Persebaya Surabaya.
Namun kabar baiknya, nama Nadeo dianggap hanya sebagai pelengkap alias formalitas belaka. Patrick Kluivert diyakini bakal mencoret eks kiper Bali United ini.
Sektor Belakang
Di posisi bek, Patrick Kluivert juga menyertakan dua bek lokal yang mentas di Liga 1. Kedua pemain ini berasal dari satu klub yang sama. Mereka adalah Rizky Ridho dan Muhammad Ferrari.
Dua penggawa Persija Jakarta ini pun mendapat respons yang berbeda dari netizen. Untuk Rizky Ridho, netizen Tanah Air tanpa perdebatan mengakui kalau sang bek sangat layak masuk Timnas Indonesia. Pasalnya, Ridho merupakan salah satu pemain yang paling konsisten. Baik bersama Macan Kemayoran maupun saat di Skuad Garuda.
Di tengah gempuran para pemain asing Liga 1 dan mewahnya komposisi bek keturunan di Timnas Indonesia, bek kelahiran Surabaya ini mampu bersaing secara sehat. Bahkan Ridho mampu jadi pilihan utama Carlos Pena dan Shin Tae-yong. Di Persija Jakarta, Rizky Ridho ditunjuk jadi kapten tim.
Ketenangan, tekel bersih, intersep, dan umpan-umpan panjang akurat dari Ridho sangat diandalkan oleh klub Ibu Kota. Bahkan pemain yang identik dengan jersey dimasukin ini juga jago mencetak gol.
Sesaat setelah diumumkan masuk timnas lagi, Ridho mencatatkan namanya di papan skor lewat sepakan jarak jauh indah di laga kontra Arema FC.
Sementara itu, di beberapa laga terakhir timnas, Rizky Ridho berduet dengan Jay Idzes. Pemilik 42 caps timnas senior ini jadi satu-satunya bek lokal yang bisa mencadangkan Justin Hubner, Jordi Amat, dan lainnya.
Peluang Rizky Ridho untuk bersaing dan masuk line up di era Patrick Kluivert pun sangat terbuka. Namun cerita manis dan penerimaan positif ini nggak berlaku untuk Muhammad Ferrari.
Netizen pun menyayangkan kenapa Pak Polisi muda ini masuk dalam daftar panggil. Pasalnya, publik menilai kalau talenta Ferrari untuk saat ini belum sampai level masuk timnas senior. Sang pemain dipandang terlalu tempramen dan mainnya grasak grusuk. Bahkan di laga terbaru kontra Arema FC, Ferrari jadi bahan hujatan lantaran cetak gol ke gawang sendiri.
Netizen lebih suka dengan duo Sayuri yang tampil apik bersama Malut United. Namun bagaimanapun juga, pandangan sempit netizen berbeda dengan pertimbangan kompleks seorang pelatih sekelas Patrick Kluivert.
Sektor Tengah
Beralih ke posisi gelandang, Patrick Kluivert juga memanggil dua pemain langganan era Shin Tae-yong. Mereka adalah Egy Maulana Vikri dan Ricky Kambuaya.
Dua penggawa Dewa United ini menolak untuk disingkirkan. Sejauh musim ini bersama Banten Warriors, Egy kelok 9 tampil menonjol dengan catatan sebelas gol dan 4 assist. Eks Lechia Gdansk ini sangat diandalkan oleh Jan Olde Riekerink. Sang pelatih kerap memainkan Egy di 3 posisi berbeda sesuai dengan kebutuhan tim saat itu.
Selain ditugaskan sebagai winger di dua sisi, Egy juga mampu nyetel saat main sebagai gelandang serang. Kecepatan, dribbling lengket dan gocekan maut pemilik nomor punggung 10 ini membuat lawan pontang-panting.
Saat tim lawan mulai kehabisan energi, Egy bisa jadi senjata rahasia bagi Patrick Kluivert. Lebih hebatnya lagi, pesona Egy bukan cuma soal performa gacor di atas lapangan.
Selain Egy, gelandang lainnya ada Ricky Kambuaya. Pemain kelahiran Sorong ini jadi satu-satunya perwakilan dari tanah Papua yang menghiasi Skuad Garuda. Dipanggilnya Ricky tak lepas dari performa konsisten di level klub.
Apalagi saat Patrick Kluivert menyaksikan langsung laga Dewa United vs Persija Jakarta, sang Jendral lapangan tengah ini tampil apik dengan mode lengan digulung.
Namun sayangnya, peluang Kambuaya untuk menggeser Thom Haye atau Ivar Jenner di sektor tengah Timnas Indonesia agaknya masih cukup sulit. Apalagi, skuad Garuda bakal ketambahan Joey Pelupessy. Alhasil, lini tengah yang sesak dengan kemewahan, membuat peluang bermain eks Persebaya Surabaya semakin tipis.
Namun sepak bola nggak melulu soal hitung-hitungan di atas kertas. Bisa jadi, Patrick Kluivert punya strategi tersendiri. Tapi paling tidak, Kambuaya bisa jadi opsi alternatif saat lini tengah buntu dan ada di situasi buruk. Sisi positif lainnya, Kambuaya bisa menimba ilmu dari jajaran pelatih Timnas Indonesia. Hal ini tentu akan jadi modal berharga untuk karier profesionalnya.
Sektor Depan
Selain Egy dan Kambuaya, ternyata ada satu penggawa Dewa United lagi yang dipanggil oleh Patrick Kluivert. Dialah Septian Bagaskara.
Sama halnya saat Shin Tae-yong memanggil Malik Risaldi, sosok Septian Bagaskara langsung jadi buah bibir di sosial media. Netizen fomo mungkin masih asing dengan juru gedor 27 tahun ini.
Namun Kluivert yang merupakan eks striker ganas punya penilaian tersendiri ke Bagaskara. Jika dilihat-lihat, performa Bagaskara juga tak sembarangan di Dewa United. Tujuh gol dan satu asis sudah dikemas bersama Banten Warriors. Torehannya ini bahkan sanggup membuat Rafael Struick yang main di Liga Australia terancam posisinya.
Bisa jadi, kalau Kluivert memainkan formasi 4-3-3, jebolan Timnas U-23 yang merupakan penyerang tengah murni ini bakal diberi kesempatan debut saat laga kontra Australia atau Bahrain.
Selain Bagaskara, ada dua striker lokal lainnya yang siap bersaing. Sosok itu adalah penyerang muda PSS Sleman, yakni Hokky Caraka Bintang Brilliant. Pemain asal Gunung Kidul ini tampaknya benar-benar dinaungi keberuntungan alias hoki.
Pasalnya, tiap kali Garuda Calling, nama top skorer Garuda Select jilid 4 ini selalu terselip. Padahal performa Hokky di level klub nggak bersinar-bersinar banget. Bahkan, pemain berusia 20 tahun ini sudah 12 laga nggak mencetak gol untuk Super Elang Jawa. Di timnas pun Hokky cuma jadi pajangan.
Mentok-mentok diminta untuk pemanasan namun nggak jadi dimainkan. Alhasil, netizen pun berprasangka buruk dan sampai-sampai menuding Hokky sebagai pemain titipan.
Komentar jahat ini pun ogah ditanggapi oleh yang bersangkutan. Malahan Hokky yang sudah terbiasa dipandang sebelah mata ini mendapat dukungan dari Pieter Huistra. Pelatih anyar PSS Sleman ini percaya kalau anak asuhnya merupakan bintang muda yang potensial.
“Hokky masih sangat muda, jadi dia bisa berkembang jika mendapat menit bermain di tim nasional. Saya harap dia bisa menunjukkan kemampuannya bersama Timnas Indonesia,” ucap Pieter.
Satu nama terakhir yang melengkapi daftar 3 striker lokal adalah Ramadhan Sananta. Bulan Ramadhan ini benar-benar jadi berkah untuk juru gedor Persis Solo. Beda dengan Hokky, momen come back Sananta ini justru diharapkan oleh netizen. Pasalnya, publik menilai eks top scorer PSM Makasar ini punya potensi besar.
Dari jauh-jauh hari, Sananta pribadi pun sudah optimis bisa dipanggil oleh Patrick Kluivert. Kepercayaan diri ini dilontarkannya dalam sebuah obrolan dengan Bolasports.
“Optimis pasti optimis. Tapi Sebelum optimis, pastinya saya harus memberikan yang terbaik, di sisa laga Liga 1 ini sebelum dipanggil ke Timnas Indonesia. Jadi saya harus menunjukkan kualitas kepada pelatih, semua staf dan yang lainnya. Saya akan bekerja keras.”
Pemain yang sudah mencetak 4 gol di babak kualifikasi Piala Dunia ini pun mengaku tak gentar dengan kehadiran Ole Romeny di lini depan Garuda. Apalagi secara menit bermain di level klub, catatan Sananta masih lebih bagus dari para striker keturunan. Sebagai pembanding, sejauh musim ini Sananta sudah tampil 22 kali bersama Laskar Sambernyawa.
Sementara itu Ole baru tampil 20 kali, dengan rincian 13 bersama FC Utrecht dan 7 lainnya dengan Oxford United. Ragnar Oratmangoen baru 19 laga di FC Dender. Dan Rafael Struick baru tampil 10 pertandingan dengan Brisbane Roar.
Namun secara kemampuan individu, Patrick Kluivert tampaknya lebih tertarik dengan pemain keturunan. Salah satu di antara tiga striker lokal ini kemungkinan besar ada yang dicoret.
Entah itu Septian Bagaskara, Hokky Caraka, ataupun Ramadhan Sananta. Kira-kira siapa saja pemain lokal yang bakal masuk skuad final yang akan didaftarkan untuk laga kontra Australia?