Benua Afrika jadi salah satu benua yang dipandang sebelah mata di dunia sepakbola. Setiap kali gelaran Piala Dunia, Benua Afrika selalu hanya lebih baik sedikit dari Benua Asia. Kendati sebetulnya, Benua Afrika memiliki tim yang sama kuat dengan Benua Amerika Latin atau bahkan Eropa.
Mulai dari Mesir, Maroko, Senegal, Kamerun, Pantai Gading, Tunisia, Ghana, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, Benua Afrika juga menyimpan mutiara-mutiara yang justru dimanfaatkan klub-klub Eropa dan dunia.
Ya, Afrika telah melahirkan talenta hebat di kancah sepakbola Internasional dan Eropa. Misal Mohamed Salah dan Sadio Mane yang jadi tulang punggung skuad Liverpool. Idrissa Gueye, Kalidou Koulibaly, Riyad Mahrez, Achraf Hakimi, Edouard Mendy, sampai Victor Osimhen.
Kalau mau yang lebih kuno lagi ada nama Kwadwo Asamoah, Didier Drogba, Michael Essien, Yaya Toure, Nwankwo Kanu, sampai tentu saja George Weah. Namun banyaknya talenta yang lahir dari Benua Afrika, ternyata tak cukup mengharumkan nama Benua Afrika di kancah Piala Dunia. Mengapa?
Daftar Isi
Jatah Slot yang Sedikit
Kekuatan pemain yang dihasilkan, plus tim-tim kuat yang berada dalam konfederasi sepakbola Afrika (CAF) tidak seimbang dengan slot untuk Piala Dunia. Pelatih kepala Afrika Selatan yang juga pernah bermain untuk Timnas Belgia pada Piala Dunia 1986, Hugo Broos seperti dikutip Goal bahkan mengkritik kebijakan itu.
Benua Afrika hanya mendapat jatah lima negara yang bisa lolos ke Piala Dunia, khususnya pada edisi 2022. Broos mengatakan bahwa itu tidak adil. Pelatih yang pernah gagal membawa Kamerun ke Piala Dunia 2018 mengatakan, perjuangan tim-tim di Afrika sangat susah.
Tim-tim Afrika yang hendak lolos ke Piala Dunia mesti melewati fase kualifikasi yang panjang. “Di kualifikasi di Afrika, ada 40 negara yang memperebutkan 10 tempat pertama,” kata Broos.
Jadi sederhananya begini. Dari 40 negara tersebut dibagi menjadi 10 grup dan masing-masing berisi empat tim. Lalu yang berhak lolos ke babak kualifikasi berikutnya hanya juara grup. Masing-masing juara grup lalu diadu untuk memperebutkan satu tiket ke Piala Dunia.
Itulah kenapa nanti kita hanya akan melihat Senegal di Piala Dunia, tidak dengan Mesir. Karena kedua tim sebelumnya bertemu, dan Sadio Mane CS berhasil mengalahkan Salah dan kolega. Broos mengkritik format semacam ini lantaran banyak tim Afrika yang layak untuk lolos, tapi justru harus terjungkal.
HASIL UNDIAN BABAK KETIGA – KUALIFIKASI PIALA DUNIA FIFA 2022 – Zona CAF (Afrika)
Siapa yang akan lolos ke piala dunia 2022 dari zona Afrika?
*Hanya lima timnas untuk 5 slot. pic.twitter.com/N0XWPZq6OG
— Jadwal, Hasil, dan Klasemen Liga Champions (@LigaChampions_) January 22, 2022
Kiprah Buruk Benua Afrika di Piala Dunia
Barangkali kalau dilihat dari segi slot saja tidak fair. Apalagi masih ada konfederasi lain yang jatah slotnya lebih sedikit dari Afrika. Misalnya, Benua Asia dan Oseania. Well, sebetulnya kalau membaca perjalanan wakil Afrika di Piala Dunia nggak bagus-bagus amat.
Kita ambil contoh pada Piala Dunia 2018, yang sekaligus menjadi catatan terburuk tim Afrika di Piala Dunia. Untuk 36 tahun lamanya baru pada Piala Dunia 2018 tim Afrika tak ada satu pun yang bisa lolos dari fase grup. Dari lima negara yang diutus, yaitu Maroko, Tunisia, Nigeria, Senegal, dan Mesir gagal menginjak babak gugur.
Pertama kali sejak 1986, tak ada satupun wakil dari Afrika di babak 16 besar Piala Dunia 2018. Sebuah kemunduran besar dari salah satu benua yang menghasilkan banyak pesepak bola hebat. #EGY #MAR #NGA #SEN #TUN #WorldCup #TribePialaDunia pic.twitter.com/ULe2SeWcEJ
— Football Tribe 🇮🇩 (@FootballTribeID) June 30, 2018
Padahal sebelum terbang ke Rusia, kelima negara tersebut sudah memasang target untuk melampaui catatan pendahulunya. Pada edisi sebelumnya ada tiga negara yang bisa menembus perempat final. Kamerun (1990), Senegal (2002), dan Ghana (2010). Sementara pada edisi Brazil 2014, dua wakil Afrika, Aljazair dan Nigeria hanya sampai 16 besar.
Melihat catatan itu sepertinya ada penurunan kualitas dari negara-negara Afrika. Dari yang semula lolos ke perempat final, lalu 16 besar, dan kemudian tak lolos sama sekali dari fase grup. Maknanya, meski pemain memiliki kualitas, tapi secara tim, negara-negara di Afrika masih sulit bersaing untuk masuk ke tingkat tertinggi.
Selalu Ada yang Menjegal
Perjalanan tim-tim dari Benua Afrika juga tak pernah mulus. Jalan berkelok, berbatu, dan curam itu harus mereka tempuh. Bahkan boleh dibilang perjalanan tim Afrika selalu ada saja yang menjegalnya. Seperti sebelum memasuki era 2000-an.
George Weah yang moncer di level klub tapi pernah mencicipi bermain di Piala Dunia hanya sebagian saja. Karena masih ada tim yang justru bisa melaju jauh tapi terjegal karena hal picik. Seperti pada Piala Dunia Spanyol 1982.
On June 16, 1982, Algeria 🇩🇿 made its World Cup debut with a surprise victory against Germany (2 – 1). pic.twitter.com/czdQPtnQgx
— Moonstar (@MoonstarTw) June 16, 2021
Ketika itu wakil Afrika, Aljazair tampil bersinar. Mereka mengalahkan Jerman Barat dan Chili untuk melaju ke babak berikutnya. Namun, Aljazair tergelincir atas Austria 2-0.
Hal itu membuat kelolosan Aljazair ditentukan dari pertandingan terakhir grup antara Jerman Barat vs Austria. Sementara, Austria sendiri pada waktu itu adalah juara grup. Tapi Austria masih bisa saja tersingkir jika kalah dari Jerman Barat lebih dari tiga gol.
Kalau itu terjadi, Jerman Barat dan Aljazair yang lolos ke babak berikutnya. Nah, apabila yang menang Austria atau pertandingan berakhir imbang, yang akan lolos adalah Austria dan Aljazair. Laga terakhir yang mempertemukan Austria dan Jerman Barat pun berlangsung.
Sebagai tetangga, Austria punya relasi kuat dengan Jerman Barat. Ibaratnya konco kenthel, maka mustahil kalau salah satunya saling nyakitin. Dan benar saja, Jerman Barat unggul lebih dulu pada menit ke-10 dan setelahnya kedua tim memainkan sepakbola gajah.
Hasil ini selain membuat Aljazair tersingkir, juga memalukan. Kejadian ini memancing kemarahan seluruh orang dan media. Membuat Piala Dunia 1982 jadi ternoda. Selain itu, penjegalan juga pernah terjadi di Piala Dunia 2010.
Ketika melakoni perempat final, Ghana yang hampir saja mencetak gol harus dihalangi tangan laknat Luis Suarez. Meski mendapat penalti, tapi ujungnya malah gagal, dan Ghana nggak jadi lolos ke semifinal. Namun, kejadian Ghana ini tidak lebih sakit dari apa yang dialami Aljazair.
Pemain Afrika Tak Memiliki Semangat di Timnas?
Ini pertanyaan liar. Apakah mungkin pemain terbaik dari Benua Afrika tidak semangat ketika bermain untuk timnas, sehingga membuat Afrika kerap disepelekan? Jawabannya relatif. Tapi begini, sebetulnya para pemain dari Afrika sudah tak seperti dulu lagi.
Yaya Toure pernah mengatakan bahwa pemain Afrika tidak mendapat pengakuan yang seharusnya saat bermain untuk klub-klub Eropa. Dan itu menimbulkan banyak kemarahan. Namun omongan Yaya Toure sekarang tidak relevan.
Betul memang pada saat ia bermain di Inggris, belum pernah mendapat penghargaan dari Inggris. Tapi sekarang Mohamed Salah membuktikan bahwa pemain Afrika bisa mendapat penghargaan dari sepakbola Eropa, dalam konteks ini Inggris.
Hal itu membuktikan sebenarnya para pemain asal Afrika sudah berkembang. Tapi yang mereka lakukan untuk klub dan negara sering kali porsinya berbeda. Kenyataannya pesepakbola Afrika justru berulang kali berkonflik dengan otoritas sepakbolanya, seperti yang pernah dilakukan Samuel Eto’o terhadap CAF.
Padahal menurut Yaya Toure, pemain Afrika mestinya menunjukkan keinginan dan disiplin yang sama ketika bermain untuk negara dan klub-klub Eropa. Nah, pernyataan Yaya Toure ini sepertinya diresapi betul oleh Sadio Mane.
🇸🇳 Sadio Mané in 2022 (so far):
🏆 Africa Cup of Nations
🏆 League Cup
🏆 FA Cup
✅ World Cup qualification #UCLfinal pic.twitter.com/GvCfI3vrsw— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 18, 2022
Solusi
Kabar soal penambahan slot Piala Dunia mungkin bisa jadi solusi, terutama untuk konfederasi seperti Afrika. Di mana pada 2026 nanti, kabarnya FIFA akan menambah partisipan Piala Dunia, dari 32 tim menjadi 48 tim.
Artinya, jatah masing-masing konfederasi bakal bertambah. Nah Benua Afrika sendiri kabarnya akan mendapat slot sembilan tim. Sementara UEFA akan bertambah 16 tim, CONMEBOL 6, CONCACAF 6, dan AFC 8. Lalu dari OFC mendapat jatah satu slot langsung ke Piala Dunia. Jika betul begitu, mungkin tidak akan ada lagi konfederasi yang disepelekan.
https://youtu.be/AVp1eQKqHqQ
Sumber referensi: TheGuardian, AlJazeera, TheConversation, GZ, Kumparan


