Sebuah tim sepak bola umumnya dikenal dan disegani lawan karena torehan prestasinya. Ada pula yang disegani karena pemain, pelatih, atau kelompok suporternya. Namun, prestasi dan pemain bintang takada yang abadi.
Cara termudah dan tak lekang oleh waktu yang ditempuh klub sepak bola untuk dapat dikenal luas dan disegani lawan-lawannya adalah dengan mempunyai julukan yang mengintimidasi. Banyak klub yang mengadopsi nama hewan buas sebagai julukan mereka.
Seperti di Liga Inggris. Ada Aston Villa yang dijuluki “The Lions” yang berarti Singa. Ada pula Crystal Palace yang punya julukan “The Eagles” alias Si Elang. Tak kalah ngeri, Wolverhampton Wanderers punya julukan “Wolves” alias Serigala.
Namun pada umumnya, klub sepak bola mendapat julukan berdasarkan corak atau warna pada jersey yang mereka kenakan. Di Inggris ada Liverpool dengan julukan “The Reds”, Tottenham Hotspur dengan julukan “The Lilywhites”, Chelsea yang erat dengan julukan “The Blues”, hingga Leeds United yang mendapat julukan “The Whites”.
Daftar Isi
Sejarah Julukan “The Gunners” dan “The Hammers” pada Arsenal dan West Ham United
Ada pula Arsenal dan West Ham United yang mendapat julukan berdasarkan logo yang terdapat pada emblem mereka. Arsenal dengan julukan “The Gunners” dan West Ham dengan julukan “The Hammers”. Usut punya usut, melekatnya julukan tersebut tak lepas dari sejarah pendirinya.
Fun fact Tuesday:
A group of Cannon makers formed the great club we love today in 1886 named Woolwich Arsenal, slowly changing the name to @Arsenal and the nickname ‘The Gunners’. #COYG #Arsenal #Football #History #Gunners pic.twitter.com/tu43n1YfZc— Habesha Gunners (@HabeshaGunners) October 20, 2020
Pendiri Arsenal FC adalah sekelompok pekerja dari pabrik persenjataan Royal Arsenal. Pabrik tersebut memproduksi amunisi, bahan peledak, dan senjata, baik senjata ringan hingga artileri. Itu sebabnya logo meriam terpampang di lambang Arsenal sejak 1888 dan “The Gunners” jadi julukan mereka hingga sekarang.
Sementara itu, West Ham United dulu didirikan dengan nama Thames Ironworks Football Club pada 1895 sebagai tim perusahaan bagi pekerja lokal dari Thames Ironworks and Shipbuilding Company, sebuah galangan pembuatan kapal yang terkenal pada masa itu. Palu yang terdapat pada emblem klub merupakan simbol dari galangan kapal. Meski sudah takada kaitan dengan perusahaan tersebut, julukan “The Hammers” tetap melekat dan terus populer hingga sekarang.
Thames Ironworks Football Club was founded on the 29th June 1895 – 125 years ago tomorrow ⚒️ pic.twitter.com/jjQHN7RU8M
— Billy Bonds Stand (@BillyBondsStand) June 28, 2020
Sejarah serupa juga dimiliki Southampton FC. Klub tersebut didirikan oleh para anggota gereja St. Mary pada 21 November 1885. Karena berasal dari klub gereja itulah yang membuat Southampton punya julukan “The Saints” alias Orang-orang Suci. Nama stadion mereka, St Mary’s Stadium juga diambil dari asal usul yang sama.
Everton FC: The Toffees
Berikutnya ada rival sekota Liverpool, Everton FC yang juga punya julukan unik. Semenjak berdiri pada 1878, Everton punya beberapa julukan yang melekat, seperti “The Blues”, “The School of Science”, hingga “The People’s Club”. Namun, julukan yang paling mapan dan tradisonal adalah “The Toffees”.
Toffee sendiri merupakan makanan manis sejenis permen yang terbuat dari gula dan mentega yang dikaramelkan. Toffee punya permukaan yang keras, tetapi dalamnya lunak ketika dikonsumsi. Lalu, apa hubungan antara Toffee dengan Everton FC?
Usut punya usut, ada hubungan erat yang terjalin antara pendukung Everton dengan 2 toko permen lokal yang menjual Toffee. Toko tersebut adalah Ye Anciente Everton Toffee House dan Mother Noblett’s Toffee Shop. Kedua toko permen tersebut adalah saingan berat.
A Toffee Shop (owned by a Mother Noblett) opened near Goodison Park and gained increasing popularity after Everton moved from Anfield in 1892 to the now famous blues’ stadium. Hoping to snatch custom from her rival Old Ma Bushell, Mother Noblett invented Everton Mints. 🔵 pic.twitter.com/y5PngqJjPw
— Evertons The Kendall End (@TheKendallEnd) October 14, 2018
Toffee House yang dioperasikan Old Ma Bushell punya produk andalan bernama Everton Toffees. Sementara Toffee Shop yang dipunyai Mother Nobletts punya produk andalan bernama Everton Mints. Ketika Everton FC pindah ke Goodison Park, Everton Mints sukses besar, sebab toko tersebut letaknya tak jauh dari stadion. Sementara Everton Toffees yang dijual Nyonya Busheel penjualannya menurun sejak Everton FC pindah markas.
Be sure you ask for Noblett’s.
(Not sure how popular Old Mother Noblett was as a brand character, tbh) pic.twitter.com/SKR8EDbqAp— Lee Jackson (@VictorianLondon) November 11, 2017
Inovasi pemasaran pun dilakukan. Ia mendapat izin dari petinggi klub untuk menjual produknya kepada penonton di dalam lapangan sebelum pertandingan dimulai. Bersama cucunya, Nyonya Bushell memakai seragam khusus untuk menjajakan Everton Toffees dan sejak saat itu terciptalah budaya Everton Toffee Lady. Kini, budaya tersebut masih terjaga. Di setiap laga kandang, Klub Suporter Everton memilih seorang gadis remaja untuk melakukan tugas terhormat itu. Itulah yang membuat Everton FC sangat lekat dengan julukan “The Toffees” hingga sekarang.
Big thanks to the @Everton Mint Girl for the pre-match toffees! 🍬 #evertonvcity #mcfc pic.twitter.com/OiuoLvK4aE
— Manchester City (@ManCity) January 6, 2016
Nowich City: The Canaries
Sejarah julukan yang tak kalah unik juga ditorehkan juara EFL Championship 2020/2021, Norwich City. Alih-alih menjuluki dirinya dengan binatang buas yang mampu menakuti lawannya, julukan Norwich City justru “The Canaries” yang artinya burung kenari. Yang membuatnya unik, julukan tersebut ternyata berasal dari sejarah kota Norwich.
Pada abad ke-16, Norwich kedatangan pengungsi Protestan dari Belanda dan Spanyol yang mencari suaka politik. Mereka dikenal dengan sebutan “The Strangers”. Para pengungsi yang mayoritas seorang penunun di industri tekstil itu membawa serta burung kenari sebagai hewan peliharaan mereka.
Para pengungsi yang jumlahnya mencapai sepertiga dari jumlah populasi penduduk Norwich itu juga mengembangbiakan burung kenari. Sejarah itulah yang menginspirasi nama, warna tim, dan julukan “The Canaries” yang diresmikan pada 1907, 5 tahun setelah Norwich City terbentuk.
1566
Catholic Spain had invaded Netherlands & exiled 1000’s of Protestants, becoming refugees. Many were skilled weavers & thats what Norwich needed so invited them to settle – known as The StrangersThey bred canaries for company & brought their birds with them@NorfolkMuseums pic.twitter.com/NWXbAsjkVM
— The Beautiful History / The Beautiful Badge (@BeautifulBadge) August 6, 2021
Brentford: The Bees
Sementara itu, Brentford klub promosi Premier League yang terkenal akan metode moneyball-nya punya julukan yang berasal dari ketidaksengajaan. Julukan “The Bees” alias Si Lebah yang melekat kepada mereka awalnya tercipta secara tidak sengaja oleh mahasiswa Borough Road College pada tahun 1890-an ketika mereka menghadiri pertandingan.
Pada saat itu, para mahasiswa tersebut mendukung pemain Brentford yang bertanding dengan teriakan “buck up Bs”. Tak disangka, surat kabar lokal salah mengartikan nyanyian tersebut dan justru menuliskannya sebagai “Buck up Bees”. Sejak saat itu, julukan tersebut malah terus dipakai dan pihak klub kemudian mengaplikasikan logo lebah pada emblem mereka.
Manchester United: The Red Devils
Kisah serupa juga dialami Manchester United. Bedanya, julukan yang melekat pada klub tersebut bukan disebabkan oleh ketidaksengajaan, melainkan karena disengaja. Seperti yang kita tahu, MU dikenal dengan julukan “The Red Devils” alias Setan Merah. Namun, jauh sebelum itu, julukan mereka bisa dibilang sangat tidak mengintimidasi lawan.
Ketika MU dilatih oleh Sir Matt Busby pada tahun 1945, ia banyak memasukkan pemain muda dalam skuadnya hingga pernah membuat skuad MU pada saat itu punya rataan usia 22 tahun. Hal itu membuat mereka mendapat julukan “The Busby Babes” oleh media pada masa itu. Namun, setelah tragedi Munich pada 1958 yang merenggut beberapa penggawa MU, julukan tersebut dianggap sudah tak layak.
Sir Matt Busby won the champions league 10 years after the Munich Air disaster. It’s such an underrated achievement. pic.twitter.com/CJNj5yKNQh
— Alex (@UnitedDNA99) April 27, 2021
Sir Matt Busby kemudian mencari nama julukan baru yang pantas untuk Manchester United. Ia kemudian terinspirasi oleh julukan klub rugbi Inggris Salford yang punya julukan “The Red Devils”. Sir Matt Busby menyukai julukan tersebut dan menilai bawah kiasan iblis jauh lebih mengintimidasi.
Julukan “The Red Devils” secara resmi digunakan MU sejak periode 1960-an. Manchester United kemudian mulai mengaplikasikan logo iblis pada emblem mereka sejak tahun 1970-an.
Itulah beberapa kisah unik di balik julukan klub-klub Liga Inggris. Lewat julukan-julukan tersebut, mereka berhasil dikenal luas dan julukan tersebut sukses merepresentasikan wajah klub mereka, baik di hadapan para pendukungnya, lawan, maupun di hadapan para penikmat sepak bola secara global.
***
Sumber Referensi: Read Norwich, Goal 1, Goal 2, Toffeweb, Liputan6, Sqaf, thebeautifulhistory.