Ada yang unik dari gelaran Africa Cup of Nations alias Piala Afrika. Selain karena diadakan tiap dua tahun sekali dan digelar di bulan Januari hingga Februari, turnamen terakbar di Benua Hitam tersebut telah melahirkan banyak juara.
Sejak diadakan pada 1957 dan telah diikuti oleh 44 negara, Piala Afrika telah melahirkan 15 juara. Dan masing-masing juara juga memiliki julukan yang unik. Julukan yang dimiliki oleh para juara Piala Afrika merupakan ekspresi dari identitas masing-masing negara.
Seperti apa kisah dan sejarah di balik julukan juara Piala Afrika? Berikut ulasannya.
Daftar Isi
Mesir – The Pharaohs
Kita mulai dari juara terbanyak Piala Afrika, Mesir. Dalam peradaban Mesir kuno, Firaun merupakan gelar untuk seorang raja. Asal usul inilah yang mengilhami timnas Mesir menjuluki dirinya “The Pharaohs” alias “Firaun”.
Julukan tersebut terasa sangat pas untuk menggambarkan kekuatan sepak bola negara asal Afrika Utara tersebut. Pasalnya, timnas Mesir adalah raja di benua Afrika.
Mesir adalah tim nasional sepak bola tertua di Afrika. Mereka adalah salah satu pendiri Konfederasi Sepak Bola Afrika dan Piala Afrika. Mesir juga merupakan negara Afrika dan Timur Tengah pertama yang berlaga di Piala Dunia.
Mesir adalah negara yang paling banyak tampil di Piala Afrika. Dari 34 edisi yang sudah digelar, Mesir telah tampil dalam 26 edisi dan memenangkan 7 gelar, yakni di edisi 1957, 1959, 1986, 1998, 2006, 2008, dan 2010. “The Pharaohs” adalah satu-satu tim yang pernah meraih 3 gelar Piala Afrika secara beruntun.
Kamerun – The Indomitable Lions
Berikutnya, di urutan kedua ada Kamerun yang menjuluki dirinya “The Indomitable Lions”.
Pada awalnya, julukan timnas Kamerun hanyalah “The Lions”, sesuai dengan nama hewan nasional di negara Afrika Tengah tersebut. Lalu, pada tahun 1972 presiden pertama Kamerun, Ahmadou Ahidjo menambahkan kata “indomitable”.
Definisi “indomitable” menurut Oxford Dictionary adalah “tidak mungkin ditaklukkan atau dikalahkan”. Penyematan kata tersebut ada sangkut pautnya dengan sejarah Kamerun.
Pasca Perang Dunia Pertama, negara ini pernah terpecah menjadi jajahan Prancis dan Inggris. Pada tahun 1960, bagian utara yang dikuasai Prancis memperoleh kemerdekannya, diikuti bagian selatan yang merdeka dari Inggris pada tahun 1961. Keduanya kemudian bersatu dan membentuk Kamerun yang kita kenal sekarang.
Kegigihan untuk mendapat kemerdekaan itulah yang menginspirasi penyematan kata “indomitable”. Perubahan julukan tersebut berbuah manis dengan timnas Kamerun yang sukses mendominasi Piala Afrika di era 80-an. Mereka berhasil masuk final 3 kali beruntun, menjadi juara di edisi 1984 dan 1988, serta jadi runner-up di edisi 1986.
Kamerun lalu kembali menjadi juara Afrika di edisi 2000, 2002, dan 2017, menjadikan “The Indomitable Lions” sebagai peraih 5 gelar juara Piala Afrika.
Ghana – The Black Stars
Berikutnya, di urutan ketiga ada Ghana dengan julukan “The Black Stars”. Mudah untuk memahaminya, sebab bintang hitam juga terdapat pada bendera Ghana. Namun, arti “Black Stars” tidak sesederhana itu.
“Black Stars” pada Ghana dinamai sesuai dengan jalur pelayaran Black Star Line yang didirikan oleh Marcus Garvey pada tahun 1919 sebagai bagian dari Gerakan Kembali ke Afrika yang mengadvokasi kembalinya keturunan budak Afrika-Amerika ke Benua Hitam. “Black Star” pada bendera Ghana sendiri merupakan lambang kebebasan, kebanggaan Afrika, kecakapan orang kulit hitam, dan Gerakan Pan Afrika.
Tidak ada informasi resmi sejak kapan julukan “The Black Stars” dipakai timnas Ghana. Namun, saat mereka mendominasi Piala Afrika di era 60-an dan menjadi juara di edisi 1963 dan 1965, julukan tersebut sudah dipakai. Setelah era tersebut, “The Black Stars” baru berhasil kembali menjadi Juara Afrika pada tahun 1978 dan 1982.
Nigeria – Super Eagles
Berikutnya, di urutan keempat ada Nigeria dengan julukan “Super Eagles”. Elang memang menjadi lambang dari Federasi Sepak Bola Nigeria. Lebih daripada itu, elang juga menjadi eleman penting dalam Lambang Negara Nigeria dan merepresentasikan kekuatan.
Timnas Nigeria sendiri merupakan salah satu tim terkuat dalam sejarah Piala Afrika. Dari 18 keikutsertaan mereka hingga edisi 2021, Nigeria hanya sekali terhenti di babak grup, 8 kali menjadi juara tiga, 4 kali menjadi juara dua, dan 3 kali menjadi juara Afrika di edisi 1980, 1994, dan 2013.
Oleh karena itu, penambahan kata “Super” sangatlah tepat dan julukan “Super Eagles” sangat menggambarkan seperti apa wajah sepak bola Nigeria.
Pantai Gading – The Elephants
Beralih ke urutan kelima, yakni Pantai Gading. Negara ini adalah negara dengan biodiversitas paling tinggi di Afrika Barat. Dan, di antara keanekaragaman hayati yang dimiliki Pantai Gading, gajah jadi hewan terbesar yang dapat ditemui di sana.
Gajah adalah simbol penting bagi Pantai Gading. Dahulu kala, Pantai Gading dikenal sebagai salah satu eksportir gading terbanyak di dunia. Gading yang dimiliki gajah adalah inspirasi mengapa negara ini dinamai Côte d’Ivoire alias Pantai Gading.
Oleh karena itu, pada lambang negara maupun lambang Federasi Sepak Bola Pantai Gading, pasti terdapat gambar gajah dengan gadingnya. Inilah mengapa timnas Pantai Gading yang sukses menjuarai Piala Afrika edisi 1992 dan 2015 memiliki julukan “Les Éléphants” atau “The Elephants”.
Aljazair – Les Fennecs
Berikutnya, di urutan keenam ada 2 kali juara Piala Afrika, Aljazair. Mereka jadi negara kedua di Afrika Utara setelah Mesir yang mampu menjuarai Piala Afrika lebih dari satu kali, yakni di tahun 1990 dan 2019.
Sesuai dengan warna bendera dan jersey mereka, timnas Aljazair kadang kala dijuluki “The Green”. Namun, julukan paling populer dari Aljazair adalah “Les Fennecs”. Julukan tersebut terinspirasi dari rubah fennec, rubah terkecil di dunia yang merupakan hewan nasional Aljazair.
Itulah mengapa julukan “Les Fennecs” menjadi identitas dari timnas Aljazair. Selain itu, fakta kalau rubah fennec merupakan rubah gurun juga membuat timnas Aljazair terkadang juga dijuluki “The Desert Fox”.
Republik Demokratik Kongo – Les Léopards
Beralih ke urutan ketujuh, ada Republik Demokratik Kongo alias DR Congo yang juga sudah pernah 2 kali menjuarai Piala Afrika. Trofi pertama diraih di tahun 1968 ketika negara ini masih bernama Kongo-Kinshasa. Lalu, trofi kedua diraih di tahun 1974 ketika negara ini memakai nama Zaire.
Julukan dari timnas Republik Demokratik Kongo juga mengalami perubahan nama. Pada awalnya, julukan mereka adalah “Les Léopards”. Lalu, ketika negara ini resmi memakai nama Republik Demokratik Kongo pada tahun 1997, julukan timnas mereka di re-branding menjadi “Simbas” yang dalam bahasa Swahili berarti singa. Namun, Julukan tersebut hanya bertahan 9 tahun sebelum akhirnya “Les Léopards” dipakai kembali hingga hari ini.
Leopard atau macan tutul adalah Lambang Negara dan Federasi Sepak Bola Republik Demokratik Kongo. Macan tutul melambangkan kekuatan dan ketangguhan dari rakyat Kongo.
Zambia – Chipolopolo
Selanjutnya, di urutan kedelapan ada timnas Zambia yang mengejutkan dunia ketika menjadi juara Piala Afrika 2012. Zambia adalah tim tersukses di wilayah Afrika Selatan. Selain sekali menjuarai Piala Afrika, Zambia sudah tujuh kali menjuarai COSAFA Cup.
Di era 80an, timnas Zambia dikenal dengan julukan “KK 11”. “KK” adalah singkatan dari nama presiden pertama Zambia, Kenneth Kaunda.
Setelah Kenneth Kaunda lengser dan negara mengadopsi sistem politik multipartai pada tahun 1991, timnas Zambia berganti julukan menjadi “Chipolopolo” yang berarti “Peluru Tembaga”. Alasannya, Zambia merupakan salah satu produsen dan eksportir tembaga terbesar di dunia.
Tunisia – The Eagles of Carthage
Selanjutnya, di urutan kesembilan ada Tunisia dengan julukannya yang tak kalah unik, yakni “Les Aigles de Carthage” alias “The Eagles of Carthage” yang berarti Elang Kartago.
Kartago adalah sebuah kota kuno yang didirikan oleh Bangsa Fenisia pada milenium pertama sebelum masehi. Konon, kota ini dulunya merupakan kota terkaya di Kawasan Mediterania. Situs-situs arkeologinya kini dapat ditemui di sebelah utara ibu kota Tunis.
Sebagai penghormatan akan kekayaan masa lalu, timnas Tunisia mengadopsinya sebagai julukan dan digabungkan dengan kata elang yang menggambarkan kekuatan, keagungan dan keunggulan. Elang sendiri merupakan lambang dari Federasi Sepak Bola Tunisia.
“The Eagles of Carthage” sudah 21 kali mengikuti Piala Afrika dan sekali menjadi juara di edisi 2004 ketika menjadi tuan rumah.
Senegal – Lions of Teranga
Berikutnya, di urutan sepuluh ada Senegal yang julukan timnasnya juga kental akan sejarah dan identitas. Timnas Senegal dijuluki “Les Lions de la Teranga” alias “The Lions of Teranga”.
Senegal dikenal sebagai “Land of Teranga”. Jika diartikan secara langsung, “Teranga” yang diambil dari dialek lokal Wolof memiliki arti keramahan. Namun, arti sesungguhnya dari kata tersebut jauh lebih kompleks. “Teranga” merupakan inti dari kehidupan orang Senegal yang ramah, hangat, dan senang berbagi.
Asal usul “Teranga” diyakini berkaitan dengan sejarah penjajahan dan perbudakan yang pernah terjadi di Senegal antara abad ke-15 dan 20. Penderitaan tersebut membuat orang-orang Senegal menjadi lebih dekat. Lalu, presiden pertama mereka, Leopold Sedar Senghor memperjuangkan semangat “Teranga” untuk mempersatukan rakyat Senegal. Semangat tersebut kemudian menjadi identitas nasional.
Sementara itu, Senegal juga menjadi rumah bagi singa Afrika. Dari sinilah julukan “the Lions of Teranga” lahir. Timnas Senegal adalah juara Piala Afrika 2021 setelah di edisi 2002 dan 2019 hanya keluar sebagai runner-up.
Sudan – The Secretarybirds
Beralih ke urutan ke-11. Ada tim nasional Sudan yang merupakan salah satu pendiri CAF dan tuan rumah edisi pertama Piala Afrika. Mereka adalah juara Piala Afrika edisi 1970. Timnas Sudan sendiri memiliki julukan yang sangat unik, yakni “Falcons of Jediane” alias “The Secretarybirds” atau “Burung Sekretaris”.
Burung dengan nama latin Sagittarius serpentarius itu merupakan satwa endemik Benua Afrika yang habitatnya di padang rumput terbuka dan sabana di wilayah sub-Sahara. Dengan kakinya yang panjang, serta bulu matanya yang panjang dan lentik, burung sekretaris masuk dalam jajaran burung paling cantik di dunia. Meski begitu, mereka tergolong predator dan kerap memangsa ular hingga biawak.
Burung sekretaris adalah simbol nasional negara Sudan. Inilah sebabnya timnas Sudan mengadopsinya sebagai julukan.
Etiopia – The Walia Ibex
Asal usul yang mirip juga terjadi pada timnas Etiopia yang menjuluki dirinya “Walia” atau “Walia Ibex”. Walia Ibex adalah satwa endemik khas Benua Afrika. Lebih spesifik lagi, hewan yang masih satu famili dengan kambing ini hanya dapat ditemui di Taman Nasional Pegunungan Simien yang terletak di bagian utara Etiopia. Walia Ibex juga menjadi simbol bagi Etiopia.
Mirip dengan Sudan, Etiopia adalah salah satu pendiri CAF dan peserta pertama Piala Afrika. Dulu, mereka juga tim yang kuat di era 50an hingga 70an. Namun, semenjak menjadi juara Afrika di edisi 1962, kekuatan Etiopia terus menurun dan tidak konsisten.
Afrika Selatan – Bafana Bafana
Satu lagi pendiri CAF, yakni Afrika Selatan. Afsel seharusnya jadi peserta edisi pertama Piala Afrika. Namun, karena apartheid, mereka didiskualifikasi untuk waktu yang sangat lama. Hingga akhirnya, ketika sistem apartheid dihapus, Afsel diterima kembali oleh dunia dan FIFA pada tahun 1992.
Setelah itu, timnas Afrika Selatan menjalani laga debutnya pada 7 Juli 1992 dengan menghadapi Kamerun di Kings Park Stadium. Saat itu, para penggemar meneriakkan chants “Bafana Bafana”. Sekelompok jurnalis dari surat kabar The Soweton kemudian menggunakan frasa tersebut untuk menyebut timnas Afsel.
Pada awalnya, “Bafana Bafana” menjadi julukan tidak resmi timnas Afsel. Asosiasi Sepak Bola Afsel menganggap julukan tersebut tidak layak secara komersil. Namun, pada akhirnya julukan tersebut membawa berkah ketika timnas Afsel berhasil menjuarai Piala Afrika 1996.
“Bafana Bafana” sendiri diambil dari bahasa Zulu yang berarti “boys, boys”. Namun, makna sesungguhnya adalah “go boys, go boys” yang dimaksudkan sebagai sorakan dukungan.
Maroko – The Atlas Lions
Selanjutnya, di urutan ke-14, ada timnas Maroko yang populer dengan julukan “The Atlas Lions”.
Singa Atlas atau Singa Berber adalah subspesies dari singa yang hidup di pegunungan dan gurun di Afrika Utara, mulai dari Maroko hingga Mesir. Sayangnya, populasi dari singa penjelajah yang konon jadi yang terberat dan terbesar di dunia ini sudah dinyatakan punah dari habitat aslinya pada sekitar pertengahan 60an.
Di zaman romawi, singa atlas adalah lawan para gladiator di arena Colosseum. Lalu, di abad pertengahan, singa atlas diburu dan dijadikan koleksi kebun binatang di Eropa.
Karena fisik dan ukurannya yang besar kuat serta surainya yang berwarna gelap, singa atlas dulu juga dijadikan hewan peliharaan oleh para bangsawan Maroko. Sementara suku Berber memuja hewan ini dan memburunya untuk dihadiahkan kepada para pemimpinnya sebagai tanda peghormatan.
Setelah Maroko merdeka pada 1956, Raja Mohammed V menjadikan Singa Atlas sebagai simbol kebanggaan. Singa Atlas juga terdapat pada lambang negara Maroko yang menggambarkan dua singa tengah melindungi mahkota raja.
Sejarah itulah yang menginspirasi timnas Maroko untuk menggunakan julukan “The Atlas Lions”. Sayangnya, meski punya julukan yang gahar, timnas Maroko baru sekali menjuarai Piala Afrika di edisi 1976.
Kongo – Les Diables Rouges
Akhirnya, kita telah sampai di urutan terakhir. Ada timnas Kongo, juara Piala Afrika edisi 1972.
Julukan yang dimiliki timnas Kongo tidak seperti tim-tim Afrika lainnya. Alih-alih memakai hewan nasional, atau terinspirasi dari sejarah dan identitas negaranya, timnas Kongo justru memilih “Les Diables Rouges” alias “Setan Merah” sebagai julukannya.
Selain tidak ada kaitan dengan sejarah ataupun identitas negara Kongo, julukan tersebut kini juga sangat tidak menggambarkan kekuatan sepak bola Kongo yang terus inkonsisten. Sepanjang Piala Afrika, Kongo bahkan baru tampil 7 kali dan dalam 5 edisi terakhir selalu gagal lolos.
Itulah kisah dan sejarah unik di balik julukan para juara Piala Afrika. Di antara julukan 15 negara yang pernah jadi juara Afrika, julukan mana yang menjadi favoritmu football lovers?
Referensi: The Sun, CAF, Olympics, AS, Sporting News, Aladdin.