“I will leave the club, at the end of the season.” Kalimat yang singkat, namun sangat mengharukan bagi fans Liverpool di seluruh dunia. Junjungan mereka, Jurgen Klopp harus mengakhiri pengabdiannya di Anfield akhir musim nanti.
Kemesraan ini akhirnya harus berlalu. Klopp kini harus pergi. Ia nampak sudah lelah. Keputusan ini mengejutkan dan membuat publik Anfield bersedih. Mereka masih berharap, Klopp jangan pergi dulu meninggalkannya. Ya, jasa “The Normal One” sudah terlalu banyak bagi Liverpool.
🔴👋🏻 Jurgen Klopp explains his decision to leave Liverpool at the end of the current season.pic.twitter.com/8unawd9xG2
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) January 26, 2024
Daftar Isi
Keramahan Klopp
Klopp datang ke Anfield di pertengahan musim 2015/16. Dipilihnya Jurgen Klopp termasuk kebijakan yang tepat. Di hari-hari pertamanya melatih, Klopp sudah mencerminkan sosok yang hangat dan cair pada setiap pemain.
Ia juga bukan pribadi yang songong dan show off di depan media. Masih ingat ketika ia menanggapi sosok The Special One yang disandang Mourinho? Klopp malah menyebut dirinya sebagai “I’m The Normal One”.
Jürgen Klopp, I think you are incredible as a person. Tactical impressive. Top mentality resulting in big moments for me as a supporter.
— FPL 🇧🇻 Stockbroker (@nevergiveupFPL) January 27, 2024
I only miss one thing.
I want one big hug.
From the normal one.#JurgenKlopp #LiverpoolFC #FPLCommunity #FPL pic.twitter.com/7yFgg6iKTo
Kondusifitas tim serta sikap tak neko-neko Klopp, membuat mental pasukan Liverpool tak terlalu oleng pasca ditinggal Rodgers. Selain itu, tak ada konflik atau penentangan dari para pemain terhadap kepemimpinannya.
Kedisiplinan Klopp
Kedisiplinan adalah ruh dari sebuah kesuksesan. Klopp dikenal sebagai teladan soal kedisiplinan sejak di Dortmund. Saat awal melatih di Melwood, tempat latihan Liverpool, ia sudah menerapkan pentingnya kedisiplinan. Baik di luar maupun di dalam lapangan.
Pada Oktober 2015, Klopp sudah berani menerapkan hukum melarang istri atau pacar pemain Liverpool hadir di Melwood. Kabarnya, hukum tersebut masih berlaku hingga sekarang.
Klopp bans Liverpool WAGs from training ground http://t.co/0YKCDL7Th8 pic.twitter.com/VJo7q9ICV8
— Mirror Football (@MirrorFootball) October 17, 2015
Selain itu, soal jam latihan. Intensitas latihan Liverpool di bawah Klopp cenderung padat. Prinsip Klopp sejak awal adalah mengurangi waktu istirahat berlebihan si pemain, yang pernah terjadi di rezim pelatih-pelatih Liverpool sebelumnya.
Klopp juga tak segan menghukum setiap pemainnya kalau lalai terhadap kedisiplinan. Seperti misal menerapkan denda sejumlah uang ketika terlambat datang latihan. Bahkan denda tersebut masih berlaku lho di latihan online via Zoom ketika periode Covid-19.
Gegenpressing
Di bawah Klopp permainan Liverpool banyak perubahan. Intensitas pressing ala Klopp yang dijuluki gegenpressing itu mulai ditanamkan. Itulah pondasi awal yang ditanamkan Klopp pada setiap pemainnya. Klopp sudah mulai menanamkan pentingnya sebuah filosofi dan gaya bermain bagi Liverpool sejak 2015.
Since joining Liverpool in 2015, Jürgen Klopp has transformed the club through his gegenpressing style, astute recruitment and excellent youth development. He remains the last coach to stop Bayern Munich winning the Bundesliga.
— The Coaches' Voice (@CoachesVoice) April 10, 2022
Jürgen Klopp's coaching philosophy… 🇩🇪🔴#LFC
Dari segi format, Liverpool yang sering memakai pola 3-5-2 di bawah Rodgers, juga langsung diubah menjadi 4-2-3-1 atau 4-3-3. Perombakan ini bukan tanpa alasan. Anak ideologis Ralf Rangnick ini menilai, Liverpool diyakininya lebih baik dengan formasi empat bek untuk mewujudkan sepakbola gegenpressing.
Hasilnya terbukti, filosofi gegenpressing ala heavy metal-nya, menjadi gaya khas pelatih bertopi itu selama bertahun-tahun menukangi Liverpool.
Mental Juara Liverpool
Selain doktrin filosofi yang berhasil, Klopp juga membangun doktrin lain, yakni mental juara. Pasalnya mental juara tersebut mulai menurun sejak gelar demi gelar luput di era kepemimpinan Roy Hodgson maupun Rodgers.
Mantan pemain Liverpool, Coutinho sempat merasakan sendiri doktrin Klopp soal mental juara tersebut. Ia menyampaikan bahwa bos barunya tersebut dulu selalu menekankan pentingnya mental juara pada setiap pemainnya. Kepercayaan diri dan mental juang meraih gelar tiap musimnya adalah hal yang selalu ia katakan pada sesi latihan.
Ya, mental yang ditanamkan Klopp tersebut perlahan menjangkiti setiap pemainnya. Sebagai bukti, di awal masa kepemimpinannya, Liverpool sudah bisa ia antarkan ke final Piala Liga 2016, final Liga Europa 2016, serta final Liga Champions 2018. Meski semuanya berakhir tanpa trofi, tak dipungkiri level Liverpool di bawah Klopp sudah naik kelas pada tahap “meraih gelar di akhir musim”.
Liverpool FC: 2019/20 Premier League Champions 🏆🔴
— BBC 5 Live Sport (@5liveSport) June 25, 2020
Here's how Jurgen Klopp's #LFC side became 'Mentality Monsters', as narrated by @bbcjohnmurray
🎥🔊 Get your sound on for this one
Subscribe to the Football Daily podcast on @BBCSounds 🎙️⚽️ https://t.co/Vd66i1BLpY pic.twitter.com/irSzQIa6QV
Mengorbitkan Pemain dan Warisan Transfer Klopp
Meraih gelar tentu bukan hal mudah. Sebuah proses yang baik diperlukan untuk mencapainya. Meski sering gagal juara, Klopp selalu tak menyerah begitu saja. Never Give Up, itulah kata-kata Klopp yang selalu dibisikkan pada setiap pemainya.
Namun menurutnya untuk meraih gelar, tak cukup hanya mengandalkan kondusifitas, mental, maupun filosofi bermain saja. Sebuah tim juara pasti butuh pemain hebat.
Klopp hidup di zaman pemilik John W. Henry. Pemilik asal Amerika yang dianggap perhitungan dalam mengeluarkan uang untuk transfer. Namun, dengan segala keterbatasan tersebut, toh nyatanya Klopp bisa memanfaatkan seefektif mungkin transfernya tiap musim.
Nama seperti Sadio Mane, Virgil Van Dijk, Allison, Wijnaldum, Robertson, Fabinho, maupun Mohamed Salah adalah beberapa pemain yang dibeli berkat kejelian seorang Klopp dan timnya. Terbukti dengan pemain-pemain itulah The Reds bergelimang trofi.
Trent Alexander-Arnold is the 17th Liverpool player to be handed a debut under Jurgen Klopp.
— BBC Sport (@BBCSport) October 25, 2016
The other 16?https://t.co/ksn7ZskDEA pic.twitter.com/gDeTshkMWQ
Selain pembelian pemain yang efektif, Klopp juga mampu memaksimalkan peran pemain akademi. Contohnya Trent Alexander-Arnold yang disulap menjadi bek kanan terbaik Inggris di usia yang masih sangat muda. Selain Arnold, ada banyak pemain lagi yang diorbitkan Klopp dari akademi seperti Joe Gomez, Curtis Jones, Harvey Elliott, maupun kini Quansah dan Bradley.
Pencapaian Klopp
Menyebut Jurgen Klopp sebagai pelatih terbaik dalam sejarah Liverpool tampaknya tak berlebihan. Pasalnya sudah selayaknya pelatih Jerman tersebut menyandangnya kalau melihat dari capaiannya selama ini di Anfield sejak 2015.
Klopp memiliki tingkat kemenangan tertinggi dari pelatih Liverpool lainnya di semua kompetisi. Rekor tersebut sudah dicatat dalam buku sejarah Liverpool. Persentase kemenangannya mencapai 60,73 %.
Selain itu, yang tak banyak diketahui orang, yakni soal rekor Klopp menciptakan gol di waktu injury time. Mendengar rekor tersebut, pasti semua langsung ingat “Fergie Time”. Tak dipungkiri 26 tahun Fergie di MU terkenal dengan magis gol-nya di injury time.
Namun ternyata, rekor membukukan gol di injury time tersebut telah dilewati oleh Klopp. Menurut Planet Football, Liverpool di bawah Klopp sudah bukukan 17 gol di masa injury time, melewati rekor 16 gol MU di injury time pada masa Fergie. Padahal durasi Klopp melatih Liverpool tak selama Fergie melatih MU.
Wouldn’t Be A Merseyside Derby Without A Injury Time Goal At The Klopp End #LIVEVE pic.twitter.com/U8MqQ4A0AP
— Tony T (@tav1988) December 4, 2019
Dominasinya Atas MU
Meski bukan derby satu kota, rivalitas MU dan Liverpool terbukti sudah mendarah daging sejak dulu. Ketika publik United tersenyum di masa kejayaan Sir Alex Ferguson, mereka sering menertawakan Liverpool yang masih saja puasa gelar Liga Inggris.
Namun sejak datangnya Klopp, situasi itu mulai berubah. Liverpool makin pede jika bertemu United. Di era Klopp, justru rekor kemenangan Liverpool atas MU gemilang. Dari 18 kali pertemuan sejak Oktober 2016, Liverpool menang 7 kali dan hanya 3 kali kalah. Klopp juga tak pernah kalah kala menjamu MU di Anfield. Malah justru dari segi kemenangan yang diraih Liverpool, cenderung diraih dengan skor besar.
Dear jurgen klopp,will miss Manchester united 😭 pic.twitter.com/x9OHFVOeGY
— ØƳ𝕚ṆLØLA (@Ooyinlola05) January 26, 2024
Juara Liga Inggris Dan Liga Champions
Tapi justru yang lebih menyakitkan bagi publik MU adalah ketika melihat Liverpool akhirnya bisa meraih mimpi juara Liga Inggris 2020 lalu. Mereka juara setelah puasa 30 tahun lamanya. The Reds sukses meraih gelar Liga Inggris ke-19 dan hanya tertinggal satu gelar saja dari Manchester United.
Penantian indah tersebut bukan satu-satunya bagi Klopp. Di tahun 2019, Klopp sudah persembahkan gelar Liga Champions ke-6 bagi Liverpool. Mengulangi cerita Miracle of Istanbul 14 tahun sebelumnya.
Sungguh indah dan bahagianya Liverpool punya pelatih seperti Klopp. Legacy-nya tak terhitung di Anfield. Tapi, semuanya itu tak akan abadi. Publik Liverpool kini hanya bisa bangga punya pelatih seperti dirinya. Auf Wiedersehen Jürgen!
This video will make you cry.
— LFC Transfer Room (@LFCTransferRoom) January 28, 2024
Jurgen Klopp in tears as Anfield sings You’ll Never Walk Alone after his announcement that he will be leaving the club at the end of the season♥️😢 pic.twitter.com/qWk17jPi6A
Sumber Referensi : liverpool.com, anfieldindex, theanalyst, liverpoolecho, fourfourtwo, mirror, aiscore