Kesalahan Timnas Indonesia Saat Hadapi Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026

spot_img

Megahnya Gelora Bung Karno dengan koreo Godzilla, Gundala, dan lirik Bernadya, tiba-tiba ditimpa guyuran hujan lebat. Guyuran hujan itu rupanya berubah menjadi guyuran gol yang bersarang ke gawang Maarten Paes. Pasukan Garuda menyerah tak berdaya empat gol oleh pasukan Negeri Matahari Terbit. Banyak kesalahan yang seharusnya membuat kita berkaca. Lantas, apa yang harus kita lakukan setelah kekalahan ini?

Harapan

Jelang kick off, rasa penasaran fans Timnas Indonesia menjajal kekuatan Jepang, amat tinggi. Apalagi dengan hadirnya Kevin Diks, pemain FC Copenhagen yang kita tau sering berduel dengan Haaland di UCL.

Antusiasme pecinta sepakbola tanah air pun bertambah ketika pemain yang katanya calon top skor timnas, Ole Romeny datang nonton langsung ke GBK. Namun, di tengah kegembiraan tersebut terselip kekecewaan fans ketika Eliano Reijnders untuk kedua kalinya tak masuk dalam skuad STY. Hmmm, entahlah apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah lagu kebangsaan kedua kesebelasan dikumandangkan di tengah guyuran hujan, fans Timnas Indonesia pun mulai bergemuruh. Mereka menitipkan harapan pada setiap punggawa Garuda untuk bisa menampilkan performa terbaik.

Efektifitas

Harapan itu semakin terbuka setelah di dua puluh menit pertama, Indonesia ternyata bisa mengimbangi kualitas pasukan Hajime Moriyasu. Bahkan nih, pemain Jepang terlihat kurang bisa mendominasi. Mereka hanya umpan muter kiri-kanan di area pertahanan mereka sendiri.

Beda dengan timnas yang beberapa kali agresif dan mendapat peluang. Satu dari Wak Haji Ragnar ketika one on one dengan Zion Suzuki. Lalu yang kedua crossing dari Kevin Diks yang terlambat disambut pemain Indonesia lainnya.

Sungguh disayangkan. Dua peluang emas ini andai jadi gol, akan lain ceritanya. Ya, kurangnya efektifitas memanfaatkan peluang masih jadi PR besar yang belum terselesaikan. Melawan tim sekelas Jepang, peluang secuil apa pun harus dimanfaatkan. Kalau tidak, ya beginilah hasilnya.

Di dua puluh menit awal, strategi Timnas Garuda sebenarnya sudah pada jalur yang benar. Sayuri yang diplot untuk lakukan transisi cepat dalam serangan balik, terbukti berjalan. Mitoma yang minggu lalu sempat ayam-ayamin bek Manchester City, juga mulai frustrasi dengan Kevin Diks sampai menyikut dan kena kartu kuning.

Masalah Taktikal

Menyadari kurang agresif, Jepang bukan diam saja. Samurai Biru beberapa kali sempat mencoba membongkar pertahanan Indonesia. Kalau menurut analisis Bergas Agung Brilianto dari The Flanker, Jepang membongkar pertahanan Indonesia dengan cara memanfaatkan ruang antar lini tengah dan belakang Indonesia yang begitu longgar.

Usaha itu pun berhasil. Gol pertama dan kedua Jepang berawal dari situasi tersebut. Jarak antar lini tiga bek tengah dan dua gelandang pivot Indonesia, terlalu jauh dan gampang terekspos. STY terbukti lengah soal antisipasi taktik Jepang tersebut.

Mental

Tertinggal dua gol, apa boleh buat. Indonesia harus keluar menyerang untuk mencari gol. Namun apa yang terjadi, Kevin Diks yang diharapkan menjadi pembeda di laga tersebut malah ditarik keluar karena cedera.

Setelah tertinggal gol, mental pasukan Shin Tae-yong ini lambat untuk bangkit. Ditambah, Jepang sudah mulai nyaman dan menemukan ritme permainan dengan men-delay bola. Jadi ya susah juga.

Saat turun minum, harusnya STY tabokin satu-satu pemainnya biar tambah semangat dan bangkit mentalnya. Tak hanya motivasi, dari segi taktikal harusnya ada perubahan. Namun apa yang terjadi setelah babak kedua berjalan? Jepang justru ngegas dan terus melakukan tekanan terhadap pemain Indonesia.

Kesalahan Sendiri

Masalah klasik yakni gugup dan melakukan kesalahan sendiri, akhirnya terjadi. Baru empat menit laga babak kedua berjalan, blunder Maarten Paes membuat papan skor GBK berubah menjadi 3-0. Blunder-blunder semacam ini harusnya tak boleh terjadi. Apalagi melawan Jepang yang punya kualitas.

Tertinggal tiga gol membuat STY makin bingung apa yang harus dilakukan. Timnas sudah habis cara untuk membongkar pertahanan Jepang. Justru Jepang yang malah tambah pede setelah unggul tiga gol.

Ketika timnas bingung, serangan oportunis pun dilakukan demi mengejar satu gol terlebih dahulu. Hal itu ditunjukan dengan memasukan Pratama Arhan untuk memaksimalkan lemparan ke dalam dan bola mati. Namun keajaiban lemparan suami Azizah Salsa itu tak kunjung menemui hasil. Yang ada malah Jepang yang terus mendominasi laga.

Fisik

Pemain Jepang yang baru masuk di babak kedua seperti Maeda, Hatate, Sugawara, maupun Junya Ito, malah mampu menambah kekuatan fisik guna membombardir pertahanan Indonesia.

Justru kebalikannya, fisik pemain Indonesia terlihat loyo. Terlihat jelas kelemahan fisik pemain Indonesia tersebut dimanfaatkan oleh Jepang di gol keempat mereka. Sugawara melakukan sprint di sektor kiri pertahanan Indonesia. Pergerakan pemain Southampton itu terlambat ditutup oleh bek-bek Indonesia yang sudah mulai kelelahan.

Statistik

Ya, Indonesia harus mengakui kekalahan atas Jepang empat gol tanpa balas. Namun kalau dilihat secara statistik laga, Indonesia sebenarnya mampu membuat perlawanan. Ya, hanya sekadar mampu melawan.

Menurut data dari Fotmob, meski segi penguasan bola maupun tendangan ke gawang Jepang mendominasi, namun kalau soal peluang emas kedua tim ternyata berimbang, yakni 2. Namun yang jadi soal, peluang emas Indonesia itu tak berbuah gol, sementara Jepang semuanya berbuah gol.

Bangkit Atau Pasrah?

Ya.. apa boleh buat. Kekalahan besar ketika Timnas Garuda ini bagaimanapun telah menodai rekor timnas. Dilansir dari Bolasport, bahwa kali terakhir Indonesia kalah di SUGBK dari Jepang adalah pada Juni 1987. Momen tersebut terjadi ketika Skuad Garuda kalah 1-2 dalam momen Kualifikasi Olimpiade 1988. Kini setelah 37 tahun berlalu, SUGBK kembali menjadi saksi bisu bagi kekalahan tim nasional atas Jepang.

Jepang terlalu superior bagi Indonesia. Indonesia harus diakui kalah jauh secara kualitas.
Namun apakah kita hanya akan diam meratapi kekalahan besar ini, atau bangkit? Banyak PR menanti seperti segi keefektifan, taktik, mental, fisik, serta fokus. PR itu harus segera diselesaikan sebelum melawan Arab Saudi. Jangan harap Indonesia curi poin kalau masih banyak kesalahan seperti di laga melawan Jepang ini. Arab Saudi pasti juga nantinya akan menghukum kita.

Dasar Klasemen

Indonesia tentu harus bangkit. Jangan buat malu publik Indonesia karena secara posisi, Indonesia jadi penghuni dasar klasemen Grup C babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, dan hanya punya tiga poin saja.

Kalau masih berharap lolos ke babak berikutnya, curi poin di laga melawan Arab Saudi menjadi harga mati. Pasalnya, pesaing Indonesia, Bahrain dan China kini juga patut untuk diwaspadai. Kedua tim bisa saja bangkit melihat kesengsaraan Timnas Indonesia. Masih ada harapan, meski itu hanya secuil.

Realistis setidaknya bisa finis di posisi 4. Syukur-syukur bisa di posisi tiga sehingga masih punya harapan untuk terus melaju di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Jadi, football lovers masih semangat dukung Timnas Indonesia, nggak nih?

Sumber Referensi : fotmob, bolasport, x, bolasport, bola.com, suara

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru