Hebatnya Inter Selalu Sukses Pakai Pemain Tua dan Buangan

spot_img

Tak perlu banyak pemain muda, pemain tua pun jadi. Begitulah kalimat yang pantas menggambarkan fenomena unik yang terjadi di Inter Milan. Kalau dicermati, di beberapa musim terakhir ini Nerazzurri banyak dihuni para pemain uzur. Entah didapat dari buangan tim lain maupun gratisan.

Uniknya, La Beneamata dengan fenomena tersebut malah justru meraih kesuksesan. Bahkan tak hanya akhir-akhir ini saja, kalau masih ingat, ketika meraih treble winner bersama Mourinho pun, kenyataannya hampir sama.

Treble Winner 2010

Sejak Juventus dan AC Milan terkena Calciopoli, Inter mampu mendominasi Serie A. Sejak itulah Inter mulai memboyong bintang-bintang buangan dari tim lain, termasuk Zlatan Ibrahimovic dan Patrick Vieira dari Juventus. Beberapa musim Inter terbukti berjaya di Serie A. Bahkan sampai fenomena mereka meraih treble winner pada 2010.

Di musim mereka meraih treble winner, kebijakan membeli pemain tua dan buangan pun kembali dilakukan. Goran Pandev diangkut gratis dari Lazio, Sneijder diangkut setelah tak terpakai di Real Madrid. Begitupun Diego Milito dan Lucio, pemain yang usianya sudah berkepala tiga diangkut dari Genoa dan Munchen.

Mereka pun ketika itu tak sungkan melakukan barter pemain. Bahkan mereka dapat untung ketika menukar Ibrahimovic dengan Eto’o, maupun Bonucci dengan Thiago Motta. Tak dipungkiri dengan kombinasi pemain tua lainnya di skuad macam Zanetti, Materazzi, Samuel, Stankovic, maupun Cambiasso, para pemain baru itu mampu membawa Inter meraih treble winner.

Sosok Gabriele Oriali

Dalam meraih kesuksesan itu Inter seharusnya tak hanya berterima kasih terhadap pelatih, maupun pemain. Melainkan sosok dibalik beberapa operasi transfernya. Ia adalah Gabriele “Lele” Oriali.

Ia adalah mantan pemain Inter yang juga legenda mereka. Ia didapuk menjadi direktur teknik oleh presiden Inter, Massimo Moratti sejak tahun 2000. Dan terbukti, Oriali lah yang membawa beberapa pemain tua maupun buangan itu lewat strategi transfernya.

Dilansir Corriere Dello Sport, ketika Mourinho pertama kali datang ke Inter, ia pun meminta secara khusus oleh Oriali untuk menjadi asistennya di pinggir lapangan. Padahal Oriali adalah seorang direktur teknik, yang hanya berurusan di balik layar saja. Namun Mourinho memaksanya, dan akhirnya Oriali mau.

Namun ketika Mourinho pergi dari Inter, Oriali pun ikut pergi. Nah, sejak itulah urusan transfer Inter jadi tak karuan. Marco Branca yang jadi suksesor tak sepandai Oriali. Terbukti hasilnya, Inter tak lagi meraih Scudetto lagi hingga 2021.

Conte Datang Bersama Orioli dan Marotta

Nah di tahun 2018 akhir, Inter kembali ingin bernostalgia dengan kesuksesannya dulu. Di bawah kepemilikan Tiongkok, Inter kemudian merekrut seorang CEO, Beppe Marotta. Seorang mantan juru transfer Juventus yang berhasil meraih banyak prestasi.

Masih ingat ketika Juve berjaya di tangan Conte maupun Allegri? Kebijakan transfer yang dilakukan Marotta ketika itu adalah membeli pemain tua, pemain buangan, bahkan pemain gratisan dan pinjaman.

Masih ingat Juventus ketika mengangkut Pirlo dengan gratis? Ataupun mengangkut pemain berbakat yang tak dianggap MU seperti Pogba? Hal seperti itulah yang ingin Inter lakukan di bawah Marotta.

Namun Marotta tak bisa berdiri sendiri. Ia butuh beberapa orang yang mampu mendukungnya. Alhasil ia pun meyakinkan Antonio Conte dan Gabriele Oriali untuk kembali menjadi bagian Inter. Conte sebagai pelatih serta Oriali sebagai manajer teknis tim atau bisa disebut tangan kanannya Conte.

Kedekatan pertemanan Marotta lah yang menjadi kunci kenapa Conte dan Oriali mau gabung Inter. Musim 2019/20 menjadi awal sebuah pembangunan baru Inter di bawah trio Marotta, Conte, dan Oriali. Lihat saja operasi transfernya. Cara lama mereka meraih sukses, dilakukan kembali.

Scudetto Lagi

Para pemain buangan Liga Inggris seperti Lukaku, Eriksen, Alexis Sanchez, dan Ashley Young diangkut. Pemain tua seperti Diego Godin juga didapat gratis dari Atletico Madrid. Bahkan pemain yang sudah lama tak terlihat seperti Victor Moses pun tak lupa untuk diangkut.

Meski di akhir musim hasilnya masih menjadi runner up Serie A, dan runner up Europa League, namun dengan beberapa transfer cerdas itu menjadi pondasi bagi sistem permainan baru 3-5-2 milik Conte.

Nah, barulah di musim 2020/21 penyempurnaan dilakukan lagi oleh Marotta, Conte, dan Oriali. Lagi-lagi, kebijakan transfer serupa mereka lakukan. Achraf Hakimi yang sulit bersaing di Real Madrid diangkut. Kolarov dan Darmian, yang usianya sudah sama-sama kepala tiga pun diangkut. Ditambah ia mendapatkan Arturo Vidal secara gratisan dari Barca.

Lihat hasilnya, hegemoni Juventus selama bertahun-tahun di Serie A akhirnya runtuh. Nerazzurri akhirnya bisa merebut paksa gelar Scudetto musim 2020/21. Pencapaian terindah Inter sejak 11 tahun silam.

Conte juga tak lupa memberikan kredit pada Marotta juga Oriali. “Saya ingin berterima kasih kepada Marotta dan Oriali. Mereka sangat penting bagi saya dan punya pengaruh besar dalam dua tahun terakhir,” Kata Conte kepada Inter TV.

Keberlanjutan Yang Sama Bersama Simone Inzaghi

Setelah kejayaan Inter itu, kemudian mereka malah dilanda krisis keuangan. Conte dan Oriali pun memilih hengkang. Kini tinggal menyisakan Marotta seorang. Posisi pelatih dipercayakan oleh Simone Inzaghi, dan Riccardo Ferri sebagai manajer teknis pengganti Oriali.

Dasarnya Marotta, ia masih saja cerdas melakukan kebijakan transfernya. Pelatih yang ia pilih tak jauh beda sistem permainannya dengan Conte yakni 3-5-2. Artinya, tak butuh adaptasi lebih lagi merombak sistem.

Dari segi operasi transfer pun cara lama kembali dilanjutkan Marotta. Inter mendapatkan pemain buangan Milan Hakan Calhanoglu secara gratis. Pemain kawakan Edin Dzeko pun didapat gratis dari Roma. Selain itu, pemain seperti Joaquin Correa, Felipe Caicedo dan Robin Gosens, didapat secara pinjaman.

Irit dan cerdas, namun hasilnya kembali cukup memuaskan. Ditinggal Conte ternyata tak jadi soal. Inter masih bersaing di papan atas bahkan hampir meraih Scudetto. Finish runner up, serta mendapat trofi Supercoppa Italia dan Coppa Italia, termasuk prestasi hebat bagi Simone Inzaghi di musim pertamanya.

Kembali Bicara Banyak Di Eropa

Nah di musim ini, penyempurnaan pun kembali dilakukan. Marotta bergerak lagi di bursa transfer. Lukaku dipinjam lagi dari Chelsea. Begitu pula bek 34 tahun milik Lazio, Francesco Acerbi. Pemain tua gratisan lainnya yang diangkut adalah Henrikh Mkhitaryan dari Roma. Sedangkan kiper Andre Onana juga didapat secara gratisan dari Ajax.

Formula transfer cerdas itu kembali berbuah manis. Lihat performa dari beberapa pemain baru tersebut, mereka mampu membawa Inter kembali berbicara banyak di level domestik, bahkan di Eropa sekalipun. Kegemilangan performa Inter di Liga Champions musim 2022/23, menjadi bukti pencapaian terbaik mereka setelah era 2010 silam.

https://youtu.be/j4f9Xs7uZ60

Sumber Referensi : sempreinter, footballitalia, transfermarkt, sempreinter, transfermarkt

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru