Hansi Flick dan Toko Kecil yang Membawanya ke Barcelona

spot_img

Harta yang paling berharga adalah keluarga. Pesan dari film Keluarga Cemara itu memang benar adanya. Selain sebagai harta, keluarga juga adalah kesatuan jiwa yang penuh rasa saling menyayangi, mempercayai, serta memahami. Tak jarang keluarga berpengaruh pada kisah sukses seseorang.

Seperti apa yang dialami pelatih Barcelona, Hansi Flick. Kesuksesan karier Flick di dunia si kulit bundar banyak dipengaruhi oleh keluarga. Mau tau kisah panjang perjalanan Hansi Flick hingga bisa menjadi pelatih hebat seperti sekarang ini? Let’s go kita bahas.

Flick Dan Sepakbola

Hans-Dieter Flick lahir dari seorang ibu bernama Traudel Flick dan ayah bernama Hans Flick. Ia lahir dan dibesarkan di sebuah kota kecil daerah barat daya Jerman, Heidelberg.
Flick lahir di keluarga yang cukup berada. Sejak kecil ia sudah banyak didukung dan difasilitasi kedua orang tuanya untuk menjalani hobinya bermain bola.

Sebagai pemain, Flick mengawali karier profesionalnya di akademi klub SV Sandhausen pada tahun 1982. Klub tersebut letaknya tak jauh dari tempat tinggalnya di Heidelberg. Dari situlah bakat sepakbola Flick mulai digembleng. Sampai akhirnya pada tahun 1985, Flick dilirik masuk tim raksasa Jerman, Bayern Munchen.

Hansi Flick adalah seorang gelandang bertahan mungil berpostur 1,77 meter, yang cerdik dan solid. Flick ini tipe bermainnya mirip-mirip Joshua Kimmich. Berbagai gelar sudah ia raih bersama Die Roten besutan Udo Lattek. Namun sayang, namanya dulu kurang begitu populer karena tertutup oleh sinar kebintangan rekan satu timnya, Lothar Matthaus.

Pernikahan Dan Bisnis

Kesuksesan Flick di Munchen dibarengi dengan momen sakral dalam hidupnya, yakni pernikahan. Di tahun 1987, Flick memantapkan dirinya untuk menikahi tambatan hatinya, Silke. Pasca mengikat janji suci pernikahan, Flick lalu memutuskan untuk tinggal bersama istrinya di daerah Bammental, yang notabene daerah kelahiran Silke.

Tinggal di sebuah kota kecil, Flick dan istrinya lalu mulai merintis bisnis kecil-kecilan. Bisnis itu berupa toko perlengkapan olahraga yang diberi nama “Hansi Flick Sport and Leisure”. Ia mendirikan bisnis itu dibantu istrinya pada tahun 1995.

Menggeluti dunia bisnis toko olahraga, membuat Flick sempat lupa dengan karier sepakbolanya. Akhirnya, ia memilih mengakhiri karier sepakbolanya pada tahun 2000. Flick pensiun setelah menjadi pemain sekaligus pelatih di klub daerah tempat tinggalnya, FC Victoria Bammental. Flick mengaku ingin fokus pada bisnis toko olahraganya tersebut.

Restu Istri

Lewat toko olahraga itu, Flick dan istrinya coba bertahan hidup. Namun di saat Hansi Flick sedang getol-getolnya membesarkan bisnis itu, tiba-tiba banyak kolega bisnisnya mendorongnya kembali mengabdi di dunia si kulit bundar.

Flick didorong untuk meneruskan karier sebagai pelatih. Bagi Flick, menjadi pelatih memang menjadi mimpinya. Namun mimpi tersebut sempat ia tunda seiring bisnisnya yang sedang berkembang.

Flick beruntung mempunyai istri yang mengerti apa mimpinya. Silke pun tak melarang jika suaminya itu kembali ke dunia sepakbola. Silke memahami bahwa suaminya itu sudah lama hidup dari sepakbola. Sang istri akhirnya rela mengurusi bisnis toko olahraganya itu sendirian.

Atas restu sang istri, Flick pun akhirnya mantap untuk kembali di dunia sepakbola. Flick mengawali karier kepelatihannya dengan mengikuti kursus kepelatihan di tahun 2000. Namun sembari menunggu mendapatkan lisensi kepelatihan, Flick mencoba untuk magang dengan melatih klub Hoffenheim.

Ilmu Trapattoni

Setelah dari Hoffenheim, ia lalu diperbantukan sebagai asisten pelatih oleh pelatih kenamaan Italia, Giovanni Trapattoni. Pada tahun 2006, pelatih berjuluk Mr Trapp tersebut sedang menukangi RB Salzburg.

Meski hanya sebulan bersama Trapattoni, Flick mendapat banyak ilmu kepelatihan darinya. Flick sempat mengaku tidak sependapat dengan taktik bertahan ala Trapattoni. Namun dari segi kepemimpinan serta gaya melatih, Flick sangat mengagumi Trapattoni.

Flick saat itu mengagumi cara keras Trapattoni dalam mengingatkan para pemain agar memprioritaskan kolektivitas tim daripada ego individu. Selain itu, Flick juga kagum pada sosok Mr Trapp yang tampil kalem dan nggak neko-neko sebagai pelatih. Sikap itulah yang coba Flick tiru. Itulah kenapa Hansi Flick muncul sebagai sosok pelatih yang nggak banyak lagak dan nggak banyak omong.

Melengkapi Joachim Low

Ilmu yang banyak diserap dari Trapattoni itu, ia bawa saat dipekerjakan sebagai asisten pelatih Timnas Jerman oleh Joachim Low. Low menunjuk langsung Flick sebagai asisten pelatih melalui telepon.

Low percaya bahwa Flick adalah sosok yang mampu melengkapinya dari segi pemahaman di luar sepakbola. Seperti halnya pendekatan kepada pemain maupun kedisiplinan.
Awalnya Flick tak menyangka. Maklum, ia tak punya modal pengalaman.

Bahkan saat ditunjuk Low, nama Flick saat itu tidak ada dalam daftar pelatih sepakbola profesional di database Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB). Flick merasa berterima kasih pada Low. Berkat panggilannya itu, ia bisa mengembangkan karier kepelatihannya di level yang tinggi.

Low tak salah memilih Flick. Sebab, di beberapa momen penting, banyak sentuhan Flick yang membuat Der Panzer meraih banyak kesuksesan. Seperti halnya ketika Der Panzer menjadi juara Piala Dunia 2014.

Selama turnamen, Flick memainkan peran krusial dalam mendesak Low untuk lebih banyak mengadakan sesi latihan khusus untuk memanfaatkan gol bola mati. Tak hanya itu, Flick juga turut andil di luar lapangan pasca kemenangan telak 7-1 atas Brasil di semifinal. Saat itu, Flick meminta agar para pemain bisa mengendalikan nafsu perayaan yang berlebihan.

Flick Dibalik Layar

Ikut andil dalam membawa Timnas Jerman juara dunia, tak serta merta membuat karier kepelatihan Hansi Flick menanjak. Pasca Piala Dunia, alih-alih promosi menjadi pelatih kepala Timnas Jerman, Flick justru dipekerjakan di balik layar sebagai direktur olahraga Der Panzer.

Hansi Flick ditugaskan Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) membangun regenerasi untuk kebutuhan Timnas Jerman di masa depan. Namun, kerja-kerja Flick sebagai direktur olahraga kurang maksimal. Ia dianggap gagal memuluskan regenerasi tim pasca juara Piala Dunia 2014. Di Euro 2016, Der Panzer masih saja bergantung pada pemain senior seperti Mesut Ozil maupun Bastian Schweinsteiger.

Memperoleh hasil kerja yang tak optimal, membuat Flick tak nyaman. Ia lalu memutuskan mengundurkan diri sebagai direktur olahraga Timnas Jerman pada tahun 2017. Tak hanya menyadari hasil kerjanya buruk, namun juga ada banyak alasan lain ketika Flick mengumumkan pengunduran dirinya. Termasuk alasan soal bisnis toko olahraga serta kondisi istrinya.

Istri Dan Toko

Di tahun 2017, bisnis ritel di negeri Jerman sedang lesu. Hal itu pun berdampak pada bisnis toko olahraga milik Flick. Hal itu diungkapkan langsung oleh salah satu anak Flick, yakni Kathrin Flick. Menurut Kathrin, kondisi bisnis toko olahraganya hampir mengalami kebangkrutan.

Hansi Flick pun kemudian turun tangan. Namun saking parahnya keadaan, akhirnya toko olahraganya itu terpaksa ditutup. 22 tahun sudah, bisnis toko olahraga itu menghidupi keluarga Flick. Alhasil, sebagai bapak keluarga, mau tidak mau Flick harus punya mata pencaharian lain untuk menjalani hidup.

Celakanya, di saat itu juga istri Flick terkena penyakit kanker payudara. Hansi Flick menggambarkan situasi saat itu sebagai situasi yang paling sulit dalam hidupnya. Di saat dia butuh pekerjaan, ia mau tidak mau harus menemani istrinya yang sedang berjuang melawan kanker payudara.

Namun akhirnya, Flick coba mengambil sikap. Ia berusaha mencari pekerjaan untuk menyambung hidup yang tak jauh dari daerah Bammental, agar terus bisa menengok istrinya tiap hari.

Flick beruntung, ia mendapat tawaran pekerjaan dari klub yang tak jauh dari daerah Bammental, yakni Hoffenheim. Flick menerima tawaran pekerjaan sebagai direktur pengelola olahraga Hoffenheim.

Restu Anak

Flick tak lagi khawatir soal keadaan istrinya. Meski ia tiap hari bekerja bolak-balik Hoffenheim-Bammental yang ditempuh selama 15 menit. Sampai akhirnya, Tuhan pun mengabulkan doa Flick. Sang istri perlahan sembuh dari penyakit kanker payudaranya tersebut. Flick tentu merasa sangat bersyukur. Ia merasa usahanya selama ini sebagai suami sekaligus bapak keluarga berhasil.

Meski kondisi istrinya sudah perlahan membaik, namun Flick masih saja ingin terus menemaninya. Dari artikel berjudul “The Secret of Flick and His Wife Silke”, Flick mengaku perjuangan menemani sang istri telah banyak mengubah hidupnya.

“Ternyata, ada hal-hal yang lebih besar dan lebih penting daripada sepakbola. Sejak saat itu, dalam hidup saya yang terpenting adalah pertemuan dengan istri saya.”

Sampailah pada tahun 2019. Telepon Flick berdering. Panggilan telepon itu ternyata berasal dari Bayern Munchen. Flick ditawari pekerjaan menjadi asisten pelatih Niko Kovac. Seketika pikiran Hansi Flick bergejolak. Ia lalu memikirkan tawaran tersebut matang-matang.

Salah satu anaknya, Kathrin, lalu dimintai masukan. Flick takut jika menerima tawaran tersebut, maka ia tak bisa menemani istrinya lagi setiap hari. Kathrin pun menyadari hal itu. Namun demi pekerjaan ayahnya, Kathrin merestui Flick menerima tawaran Munchen. Kathrin rela mengambil alih tugas untuk menemani ibunya setiap hari. Tak lupa Kathrin berpesan pada ayahnya, untuk tetap mencintai pekerjaannya sebagai pelatih sepakbola.

Sextuple Dan Timnas Jerman

Perjalanan baru Flick pun dimulai di Bayern Munchen. Lambat laun, kariernya meningkat pesat, ketika ia ditunjuk sebagai pelatih utama menggantikan Niko Kovac yang diberhentikan. Doa restu istri dan anak tercintanya, menjadi jimat bagi Flick saat mengemban amanah menjadi pelatih The Bavarian.

Siapa yang menyangka, jimat itu berbuah gelar “Sextuple” di musim 2019/20. Gelar yang tak sembarangan diraih oleh pelatih mana pun di dunia. Karena sebelum dia, hanya Josep Guardiola yang mampu melakukannya. Melihat Flick sukses besar di Munchen, istri dan anaknya ikut bangga. Mereka tak berhenti terus mendukungnya.

Sampai akhirnya, kesuksesan di Allianz Arena itu mengantarkannya menjadi pelatih utama Timnas Jerman di tahun 2021. Ya, akhirnya kesampaian juga mimpi Flick menjadi arsitek utama Der Panzer. Namun sayang, periode keduanya di Timnas Jerman tak semulus ketika ia menjadi asisten pelatih Joachim Low. Flick terseok-seok hingga akhirnya didepak di tahun 2023.

Mimpi Ke Barcelona Terwujud

Setahun berlalu, tepatnya di bulan Juli 2024, panggilan melatih kembali datang menghampiri Flick. Klub La Liga, Barcelona ingin pria kelahiran Heidelberg itu menjadi nahkoda baru. Flick pun kembali mempertimbangkanya lagi matang-matang. Sebab, jika ia menerima tawaran tersebut, ia akan lebih jauh lagi dengan keluarganya.

Keputusan pun akhirnya dibuat. Flick menerima tawaran tersebut, setelah mendapat persetujuan dari istri dan anaknya. Tak hanya faktor itu, nostalgia Flick dengan Barcelona juga menjadi dorongan untuknya memilih tim Catalan tersebut. Ingatan apa? Ingatan pembantaian 8-2? Bukan!

Ingatan itu justru berkelindan dengan toko olahraga yang didirikannya. Flick ingat sekali, waktu itu tahun 2006, ia sebagai pemilik toko diundang oleh apparel Nike untuk menonton langsung laga Barcelona vs Getafe. Saat melihat laga itu Flick tanpa sadar berucap “suatu hari nanti, saya ingin melatih disini”.

Ya, ucapan itu adalah doa. Kini doa itu terkabul. Flick juga bahagia tinggal di Barcelona, karena istrinya ikut ia boyong untuk tinggal bersama. Jadi, mereka sudah tak lagi saling khawatir.

Pada akhirnya, perjalanan panjang karier Hansi Flick hingga menjadi pelatih hebat seperti sekarang ini, dilalui dengan berbagai rintangan yang cukup terjal. Namun bagi Flick, melewati rintangan terjal itu justru terasa ringan. Sebab, ia punya keluarga kecil yang selalu mencintai, memahami, serta mendukungnya setiap saat.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru