Menakar Jalan Chelsea Menuju Kampiun UEFA Conference League

spot_img

Rasanya kita sudah terlalu sibuk dengan berita yang mengunggulkan Liverpool sebagai calon terdepan juara Liga Champions. Padahal, di kompetisi Eropa lainnya, ada nama masyhur dari tanah Britania Raya yang juga difavoritkan untuk membawa pulang piala. 

UEFA Conference League alias UCL rasa melon memang arena bermain yang baru bagi Chelsea. Tetapi klub asal London Utara terlalu kokoh untuk digulingkan peserta lainnya. Rekam jejak apik belum pernah kalah di babak pembuka membuat Chelsea digadang akan keluar sebagai kampiun di akhir kejuaraan.

Untuk bisa menjejak tangga final yang didambakan, Chelsea harus bertarung lebih dulu di fase gugur yang dimulai dari 16 besar. Lantas, seperti apa jalan yang akan dilalui oleh The Blues menuju partai puncak? Adakah kemungkinan menemui batu sandungan? Mari kita bahas. 

Namun sebelumnya, kalian bisa klik tombol subscribe dan nyalakan lonceng notifikasi agar tidak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.

Semua bermula dari Playoff

Pasti tidak sedikit penggemar fanatik si kulit bundar yang terkejut melihat Chelsea jadi penghuni Conference League 2024/25. Dari langganan Liga Champions, kemudian terdampar di kasta ketiga turnamen Benua Biru. Istilah yang tepat menggambarkannya adalah downgrade karena tidak semestinya Chelsea ada di sana. 

Keadaan semakin tambah pelik setelah Chelsea masih harus melakoni dua kali pertandingan playoff sebelum benar-benar disahkan sebagai peserta. Bila gagal, terpaksa absen semusim di pentas Eropa. Melelahkan, tapi itulah yang kudu dilakukan Chelsea di bawah arahan Enzo Maresca. 

Lawan yang dihadapi oleh pengoleksi dua gelar Liga Champions adalah Servette dari Swiss. London dapat giliran pertama menyelenggarakan laga home. Turun dengan formasi 4-2-3-1, Chelsea sempat tertekan karena gagal menceploskan bola sepanjang 45 menit pertama. 

Chelsea baru bisa memecah kebuntuan lewat titik putih dari Christopher Nkunku menit 50 yang kemudian digandakan oleh Noni Madueke menit 76. Stamford Bridge full senyum setelah Chelsea mengunci hasil baik 2-0. 

Leg kedua bertempat di Geneva, kandang Servette. Membawa bekal 2 gol, Chelsea awalnya diyakini bisa membungkus kemenangan. Namun, siapa sangka Servette malah mengobrak-abrik jantung pertahanan si tamu.

Chelsea memang memimpin lebih dulu lewat penalti yang lagi-lagi dieksekusi sempurna oleh Christopher Nkunku, tapi Servette sukses membalas dengan dua kali menghajar gawang Filip Jorgensen. Skor 2-1 untuk tuan rumah bertahan hingga akhir.

Meski menanggung malu, rival bebuyutan Arsenal tetap berhak menerima tanda keanggotaan Conference League 2024/25 setelah unggul agregat 2-3.

Unbeatean di babak awal 

UEFA menerapkan aturan berbeda di babak awal Conference League musim ini. Jika peserta Liga Champions dan Liga Eropa mendapat jatah bermain sebanyak 8 kali, klub yang terdaftar di Conference League, termasuk Chelsea hanya bertanding 6 kali. 

Chelsea memulai kampanye di babak awal dengan menerima kunjungan dari wakil Belgia, KAA Gent pada 4 Oktober 2024. Bermain di hadapan ribuan fans sendiri, The Pensioners menguliti Gent 4-2. Renato Veiga dan Kiernan Dewsbury-Hall jadi bintang baru di hati fans berkat gol debut di malam itu. 

Selepas menghempaskan Gent, Chelsea tampil kesetanan dan tidak memberi kesempatan lawan untuk main-main dengan mereka di 5 laga sisa. Semuanya berakhir dengan 3 poin di tangan. Bahkan, pasukan Enzo Maresca mencetak rekor kemenangan terbesar sepanjang sejarah Conference League saat menggebuk tim kroco dari Armenia, Noah FC 8 gol tanpa balas. 

Babak awal Conference League ditutup Chelsea dengan menyandang status sebagai pemuncak klasemen sekaligus satu-satunya tim yang masih suci dari najis besar kekalahan. Dengan privilege itu, Chelsea langsung melenggang ke 16 besar dan menunggu lawan berikutnya. 

Ujian Sebenarnya ada di 16 besar

Jika di babak awal tidak ada satupun tim yang bisa mengusik kemapanannya, Chelsea sudah harus mulai waspada sekarang. Pasalnya, ujian sebenarnya akan tersaji di fase gugur. Kalau masih saja terbuai dengan torehan unbeaten lantas menyepelekan musuh di pelupuk mata, siap-siap saja langkah London Biru terhenti. 

Hasil undian dari markas UEFA di Nyon mempertemukan Chelsea dengan jagoan Skandinavia, FC Copenhagen. Kesebelasan asal Denmark itu memastikan tempat di 16 besar sebagai satu di antara 8 tim yang terlebih dulu mampir ke playoff. The Lions didikan Jacob Neestrup menyingkirkan delegasi Jerman, Heidenheim dengan agregat 4-3 setelah melalui 2 leg yang sengit. 

Chelsea dan Copenhagen baru dua kali saling jumpa di turnamen Eropa. Keduanya terjadi pada tahap 16 besar Liga Champions musim 2010/11. The Blues menang pada leg pertama di Parken Stadium lewat dwigol dari Nicolas Anelka, sementara leg kedua di London berakhir dengan skor kacamata. 

Chelsea memang unggul secara head to head, tapi bukan berarti mereka boleh memandang sebelah mata Copenhagen. Apalagi saat ini Chelsea sedang diselimuti badai cedera dengan total 6 pemain yang jadi korbannya. Pemain seperti Trevor Chalobah, Romeo Lavia, sampai Nicholas Jackson termasuk. Oleh karenanya, Enzo Maresca tetap perlu menyiapkan strategi khusus dan komposisi pemain terbaik guna menjaga asa menuju tahap selanjutnya. 

Pertemuan kali ini akan menjadi panggung duel yang menarik antara Cole Palmer dengan bek Copenhagen sekaligus Timnas Indonesia, Kevin Diks. Palmer memang tidak pernah dimasukkan ke dalam squad sepanjang babak awal, tapi dengan kondisi Chelsea yang timpang kehilangan goal getter seperti Mykhaylo Mudryk dan Marc Guiu, Palmer bisa membuat barisan belakang Copenhagen kalang kabut. Mengingat krusialnya fase gugur bagi Chelsea, Maresca perlu untuk memasukkan Palmer. 

Sementara itu, kesuksesan Copenhagen untuk terus melaju di Conference League musim ini tak lepas dari peran serta Kevin Diks. Full-back kanan berusia 28 tahun masih menjadi salah satu top skor bagi tim. Diks tercatat sudah mengemas empat gol, yang semuanya dicetak lewat eksekusi tendangan 12 pas. 

Jumlah itu menyamai pencapaian Amin Chiakha, ujung tombak Copenhagen yang juga mencetak empat gol di Conference League. Bisa dibilang, Diks nantinya akan punya peran ganda dalam pertempuran melawan Chelsea. Selain berkewajiban mengawasi pergerakan pemain Chelsea, Diks bisa juga membantu build up serangan demi membuahkan gol untuk Copenhagen. 

Calon Lawan Setelah Copenhagen

Jika berhasil mengangkangi Copenhagen, Chelsea diprediksi akan bersua salah satu di antara tim-tim ini yang berpeluang dapat menggagalkan angan untuk juara. Pertama ada Fiorentina. La Viola masuk list calon kuat juara selain Chelsea. Sejauh ini, Fiorentina masih bertahan di Conference League dan akan melawan wakil Yunani, Panathinaikos di 16 besar. Jika menang, David de Gea cs dapat bertemu Chelsea di final sesuai alur bagan.

Fiorentina jelas masih penasaran untuk memenangkan Conference League karena tim yang bermarkas di Artemio Franchi sudah kalah beruntun di final. Masing-masing atas West Ham-nya David Moyes pada 2023 dan Olympiakos tahun lalu. Kesempatan kali ini sebisa mungkin tidak boleh dilepas lagi supaya tidak jadi hattrick gagal juara.  

Kedua ada Real Betis. Betis kebetulan sedang mengerikan karena diperkuat GOAT negeri samba, Anthony dari Manchester United. Di kancah Conference League, Los Verdiblancos masih berpeluang ikut perburuan gelar juara. Namun, sebelum itu mereka harus lebih dulu bertemu Vitoria Guimaraes dari Portugal di 16 besar. Sama seperti Fiorentina, musuh sekota Sevilla dapat berjumpa Chelsea di final. 

Itulah gambaran jalan yang harus dilalui Chelsea untuk sampai ke final Conference League 2025 yang digelar di Wroclaw, Polandia. Jadi, buat kamu yang ngefans berat sama The Blues, masih yakin gak tim kesayangan akan menamatkan Conference League musim ini?

eurosport.com, uefa.com, africa.espn.com, leicestermercury.co.uk, tntsports.co.uk, theguardian.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru