Federasi atau asosiasi sepak bola di bawah naungan FIFA adalah badan independen. Pihak ketiga, tak terkecuali pemerintah negara terkait, dilarang campur tangan. Misalnya, menempatkan salah satu menteri untuk memimpin federasi sepak bola atau bahkan menempatkan sang presiden itu sendiri.
Sudah banyak federasi sepak bola yang disikat FIFA karena membiarkan pemerintah mengintervensi. Iran, Kenya, Spanyol, sampai Indonesia pernah merasakannya. Namun, ada satu negara yang federasi sepak bolanya sudah lama dicengkeram presiden tapi tidak pernah dihukum FIFA. Negara itu adalah China.
Jadi, apa yang membuat FIFA, dari generasi sebelumnya hingga Gianni Infantino terkesan seperti kerupuk disiram air di hadapan China?
Daftar Isi
Aturan FIFA
Selama berdiri FIFA tidak menginginkan federasi atau asosiasi sepak bola mendapat intervensi dari pihak ketiga, termasuk pemerintah. Hal itu diatur dalam Peraturan FIFA Pasal 17 yang berbunyi, “Setiap anggota harus mengelola urusannya secara independen dan tanpa pengaruh pihak ketiga.”
Melalui aturan itu, FIFA tidak suka apabila pemerintah campur tangan terhadap federasi sepak bola di sebuah negara. Meskipun sebetulnya tidak ada definisi pasti apa yang dimaksud dengan “campur tangan”. Beberapa kali FIFA menindak tegas federasi yang urusannya dicampuri pemerintah.
Sebelum menjuarai EURO 2008, Spanyol pernah terancam tidak diizinkan bertarung di kompetisi paling bergengsi antarnegara Eropa itu. Penyebabnya, pemerintah Spanyol waktu itu sempat menghalangi pemilihan umum pengurus Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF).
Spanyol Diperingatkan Tahun 2018
Kurang lebih sepuluh tahun setelah ancaman tidak ikut EURO 2008, Federasi Sepak Bola Spanyol atau RFEF kembali harus berurusan dengan FIFA. Mengutip Forbes, ujung tahun 2017, FIFA memanggil pejabat pemerintahan Spanyol dan salah satu dari pengurus RFEF untuk membahas adanya dugaan campur tangan pemerintah.
FIFA mencurigai ada intervensi Pemerintah Kerajaan Spanyol atas proses pemungutan suara presiden baru RFEF. Waktu itu RFEF dipimpin Juan Luis Larrea sebagai presiden sementara. Ia menggantikan Angel Maria Villar yang didorong mundur karena dakwaan kasus korupsi.
D’après la Cadena Ser, la FIFA a envoyé une lettre à la RFEF (Fédération espagnole) menaçant d’exclure l’Espagne du Mondial 2018 suite à des souspçons d’ingérence gouvernementale (interdit dans les statuts de la FIFA). pic.twitter.com/Nc2pnWV82I
— Actu Foot (@ActuFoot_) December 15, 2017
Keinginan Larrea untuk menjadi presiden hingga 2020 menimbulkan polemik. Posisi tersebut pada waktu itu juga menjadi incaran Luis Rubiales. Rubiales pun mengajukan agar pemungutan suara terjadi pada 16 Januari 2018.
Perebutan kekuasaan ini akhirnya membuat Kabinet Spanyol turun tangan meminta Dewan Olahraga Spanyol mengadakan pemungutan suara untuk memilih presiden RFEF yang baru. Hal inilah yang membuat FIFA mencuriga adanya intervensi politik.
Isunya kemudian melebar. Spanyol pada waktu itu terancam gagal berpartisipasi di Piala Dunia 2018. Namun, setelah RFEF bersurat dengan FIFA, masalah itu akhirnya bisa diselesaikan. Pihak RFEF juga membantah kalau Spanyol dilarang bermain di Piala Dunia 2018.
Indonesia Dibekukan
Kalau di kasus tadi RFEF tak sampai dijerat, beda lagi dengan yang dialami federasi sepak bola kesayangan kita. PSSI pernah benar-benar disikat FIFA akibat intervensi dari pemerintah. Itu terjadi 30 Mei 2015 saat FIFA membekukan PSSI.
Mengutip laporan Tempo, saat itu terjadi pecah kongsi dalam tubuh PSSI. Ingat bagaimana Timnas Indonesia bahkan ada dua? Nah, Imam Nahrawi yang menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga turun tangan untuk menangani perebutan kekuasaan di tubuh induk sepak bola tanah air tersebut.
Pada 17 April 2015, Imam Nahrawi mengeluarkan Surat Keputusan untuk membekukan PSSI. Intervensi Menpora ini lalu memicu sikap tegas dari FIFA. Masih dari Tempo, FIFA lalu mengirim surat sanksi kepada Indonesia pada 30 Mei 2015. Isinya PSSI dibekukan karena melanggar Statuta FIFA Pasal 13 dan 17.
Pembekuan federasi membuat sepak bola Indonesia lumpuh dalam sekejap. Hukuman ini juga menimbulkan efek bola salju. Timnas Indonesia U-19 dan U-16 ikut terkena imbasnya.
2006, Iran Juga Kena
Hukuman yang diterima Indonesia menggegerkan publik. Tidak hanya publik nasional, tapi juga internasional. Hukuman itu bahkan lebih parah dari apa yang diterima Iran. Tahun 2006, FIFA pernah menangguhkan Iran selama beberapa bulan buntut dari intervensi pemerintah Iran terhadap federasi sepak bola.
Dilansir Play The Game, sejak Iran dikuasai Mahmoud Ahmadinejad, ia cawe-cawe dalam segala hal, termasuk federasi sepak bola. Salah satunya adalah penyingkiran Mohammad Dadkan sebagai presiden federasi yang sah menurut FIFA.
Induk sepak bola dunia itu mendesak Iran mengembalikan jabatan presiden FA Iran pada Dadkan. Namun, hal itu tidak dipenuhi. Iran pun dilarang mengikuti kompetisi internasional pada waktu itu.
Zimbabwe dan Kenya
Dua tahun lalu Zimbabwe dan Kenya juga pernah didamprat FIFA akibat intervensi pemerintahnya. Pihak berwenang Zimbabwe campur tangan melawan inkompetensi, korupsi, dan pelecehan seksual yang terjadi di sepak bola negara tersebut. Asosiasi Sepak Bola Zimbabwe membantah hal itu.
Mengutip VOA, FIFA menilai bahwa masalah itu harus diselidiki secara internal, tidak melibatkan pemerintah. Namun, masih dari laporan yang sama, Sport and Recreation Commission Zimbabwe, melalui ketuanya, Gerald Mlotshwa menilai Gianni Infantino tak paham hukum yang berlaku di Zimbabwe.
SRC Zimbabwe menilai kasus yang ada di FA Zimbabwe sudah masuk ranah hukum peradilan negara tersebut. Walau begitu, FIFA tetap menskors FA Zimbabwe dengan menangguhkan status keanggotaannya.
Sementara di Kenya, pemerintah dinilai ikut campur mengganti Federasi Sepak Bola Kenya dengan komite sementara. Kedua negara pun dilarang bermain di kompetisi di bawah naungan FIFA maupun CAF selama masa penangguhan.
Campur Tangan Xi Jinping
Sama seperti negara sebelumnya, sepak bola China juga dipengaruhi oleh pemerintah. Bahkan pengaruhnya sangat besar. Saudara Ilkay Gundogan, Ilker Gundogan yang juga seorang doktor di Universitas Ruhr di Bochum, Jerman menulis bahwa sepak bola China mengalami perubahan drastis di bawah kepemimpinan Xi Jinping.
Xi Jinping menjadi anggota Partai Komunis Tiongkok pada 2012. Setahun berikutnya, melalui Kongres Rakyat Nasional ke-12 di Beijing, ia menjadi presiden setelah mendapat dukungan 2.952 suara. Setahun berselang, Jinping mencengkram sepak bola China, termasuk urusan pengembangan.
The 3-1 defeat to Vietnam is China’s most humiliating defeat after the 5-1 loss to Thailand B-team in a friendly in 2013. The loss to Thailand is on Xi Jinping’s birthday. The defeat to Vietnam is on Chinese New Year’s Day. In between is the Chinese football spending spree. pic.twitter.com/13ghlIG3VU
— China Sports Vision 2050 (@CSV2050) February 1, 2022
Mimpinya membawa China memenangkan Piala Dunia. Di tangan Jinping, sepak bola China sempat memimpin Asia. Dengan dana besar, sepak bola China pun disorot. Ketua federasi pun diisi para politikus. Dari Cai Zhenhua hingga Chen Xuyuan terafiliasi dengan partainya sang presiden.
Namun, menyerahkan urusan sepak bola pada politikus ibarat menyelundupkan tikus ke federasi. Kasus korupsi pun terkuak, sepak bola China ambruk dalam sekejap. Tapi Xi Jinping bertanggung jawab.
Ia turun gunung untuk memimpin investigasi guna mencari para garong di sepak bola China. Setelah beberapa tahun, para pencoleng berhasil diringkus. Al-Jazeera melaporkan, mantan Presiden CFA, Chen Xuyuan dijatuhi hukuman seumur hidup karena menerima suap.
Chen Xuyuan, former head of the Chinese Football Association, was sentenced to life in prison on Tuesday by the Huangshi Intermediate People’s Court in central China’s Hubei for bribery worth over 81 million yuan (about $11.42 million). pic.twitter.com/qMJZU08TpK
— People’s Daily, China (@PDChina) March 26, 2024
Teranyar, mengutip laporan The Guardian, CFA menjatuhkan larangan seumur hidup pada 38 pemain dan lima pejabat klub setelah penyelidikan dua tahun terkait skandal pengaturan skor dan perjudian. CFA menemukan bahwa 120 pertandingan telah diatur dan tak kurang dari 41 klub terlibat di dalamnya.
Mengapa FIFA Lembek pada Xi Jinping?
Meski campur tangan Xi Jinping pada sepak bola China terang-terangan, tapi FIFA tak pernah mengungkit permasalahan ini. Memang, sehebat itu ya Xi Jinping, sampai FIFA tak ubahnya MK ketika menghadapi anak presiden?
Menurut Aneliya Petrova, pengacara yang fokus menangani kasus di bidang olahraga, dikutip Forbes, FIFA tidak terlalu peduli pada China. Sebab China bukan kekuatan sepak bola. Masih menurut Petrova, intervensi yang dilakukan Jinping ke sepak bola China dengan memberi dana, juga dilakukan oleh pemerintah negara lain.
Di Indonesia, pemerintah beberapa kali menggelontorkan dana buat PSSI. Tapi terlepas dari itu, menurut Petrova, FIFA tak mau kehilangan pasar. China adalah sahabat baik karena punya uang. Singkatnya, FIFA masih butuh duit, sedangkan China memiliki uang itu.
Sumber: TheGuardian, Forbes, PlayTheGame, CNNyTimes, Sportlicitors, PanditFootball, Tandfonline