Arab Saudi udah, Australia udah, kini giliran Bahrain yang diberi kehormatan untuk menjajal kekuatan King Indo. Skuad racikan Shin Tae-yong insyaallah akan bertandang lebih dulu ke markas Bahrain pada tanggal 10 Oktober nanti. Laga ini diperkirakan akan berjalan menarik. Karena laga ini bakal jadi laga yang penting dan memorable.
Jika Indonesia berhasil menang atas Bahrain, maka jumlah poinnya akan menjadi lima, sedangkan Bahrain tetap tiga. Itu akan membuat persaingan empat besar di Grup C akan semakin terbuka. Tapi di sisi lain, fans Indonesia tentu masih akrab dengan memori kelam tentang Timnas Bahrain.
Kembali bertemu di Kualifikasi Piala Dunia 2026, sejauh mana persiapan Bahrain jelang menghadapi King Indo? Sebelum kita cari tahu bersama, kalian bisa subscribe dan nyalakan lonceng terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Memori Buruk
Di awal, mimin berkata bahwa fans Indonesia masih menyimpan rapi memori kelam tentang tim nasional Bahrain. Tapi, yang dimaksud memori kelam tuh yang mana sih? Buat kalian yang lupa atau pura-pura lupa, sini mimin ingetin lagi. Secara head to head, Indonesia kalah telak dari Bahrain.
Melihat statistik dari situs 11v11, Indonesia sudah tujuh kali berhadapan dengan Bahrain. Hasilnya, Indonesia hanya menang dua kali, kalah tiga kali, dan sisanya seri. Pertemuan terakhir Indonesia dengan Bahrain sudah terjadi lama sekali. Pertemuan itu terjadi di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2014. Dan itu jadi laga yang berakhir tragis bagi Indonesia.
Bertepatan pada tahun kabisat, yakni tahun 2012 Timnas Indonesia yang kala itu masih ditukangi oleh Aji Santoso berangkat ke Bahrain untuk melakoni laga Kualifikasi Piala Dunia 2014 di Stadion al-Bahrayn al-Watani. Dari awal keberangkatan, tak ada yang aneh. Semuanya berjalan normal, tapi tak ada yang menyangka bahwa hari itu tak ubahnya hari pemakaman bagi Sang Garuda.
Pasukan Aji Santoso menderita kekalahan telak nan memalukan. Irfan Bachdim dan kolega kalah dengan skor 0-10 dari Bahrain. Bagi Indonesia, kekalahan ini menjadi sejarah terburuk. Indonesia menelan kekalahan paling besar sepanjang sejarah. Sebelumnya, rekor kekalahan terbesar terjadi saat Indonesia kalah 0-9 dari Denmark pada uji coba tahun 1974.
Mulai Ketar Ketir
Dengan sejarah itu, mungkin Bahrain bisa sedikit jumawa. Tapi apalah arti sebuah sejarah toh kita hidup di masa sekarang. Bahrain boleh berbangga dengan sejarah sebagaimana Setan Merah. Tapi situasi sekarang sudah jauh berbeda. Materi pemain Indonesia yang akan dihadapi Bahrain pada Oktober nanti juga sudah sangat-sangat berbeda. Malah, Bahrain kabarnya mulai khawatir dengan kekuatan King Indo sekarang.
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa peningkatan Timnas Indonesia yang kini dilatih oleh Shin Tae-yong sangatlah signifikan. Hal ini tentu bukan hanya berkat pelatih Shin Tae-yong saja, tapi juga peran pemain serta PSSI di belakangnya. Dan itu telah membuat mantan pelatih Bahrain, Samir Chamam memperingatkan Bahrain asuhan Dragan Talajic akan bahaya yang dihadapi.
“Semua sudah berubah, Timnas Indonesia yang ada saat ini jauh berbeda dari tim yang Bahrain kalahkan 10-0 di masa lalu. Indonesia bahkan menjadi satu-satunya wakil Asia tenggara di putaran ketiga ini,” tutur mantan pelatih Timnas Bahrain tersebut. Hal itu seperti diamini oleh federasi sepakbola Bahrain. Karena mereka kabarnya telah menyiapkan siasat licik jelang menghadapi Indonesia.
Bahrain berencana mengubah jadwal pertandingan saat menghadapi Timnas Indonesia. Yang awalnya malam hari, akan dimainkan sore atau siang hari. Hal tersebut dilakukan agar pemain-pemain Indonesia kepanasan. Menurut beberapa sumber, suhu Bahrain di siang hari bisa mencapai 40 derajat celcius.
Dilatih Dragan Talajic
Namun, respons yang berbeda justru ditunjukkan oleh pelatih Bahrain saat ini, Dragan Talajic. Sang pelatih justru menganggap enteng Timnas Indonesia saat ini. Apalagi karena Indonesia cuma bisa menahan imbang Australia, sedangkan timnya bisa menaklukkan pasukan Graham Arnold.
Secara kualitas, pelatih 59 tahun itu memang kenyang pengalaman di persepakbolaan Timur Tengah. Selain menukangi Timnas Bahrain, Talajic pernah melatih di negara-negara seperti Arab Saudi, Yordania, Kuwait, dan Oman. Talajic juga pernah melatih tim-tim Thailand dan China. Jadi, selain Timur Tengah, perkembangan dan dinamika sepak bola Benua Kuning juga dikuasainya.
Meski baru menangani Bahrain awal tahun ini, Talajic mendapat apresiasi yang sangat baik dari penduduk Bahrain. Dengan kepercayaan itu, Dragan Talajic pede bahwa timnya akan tampil lebih baik dari Indonesia pada 10 Oktober nanti.
Gaya Bermain Bahrain
Namun, jika dilihat lagi, pernyataan tersebut terbilang cukup berani, mengingat secara permainan Bahrain tak begitu spesial. Saat melawan Australia misalnya. Kendati meraih tiga poin, Bahrain hanya memiliki 29% penguasaan bola. Momentum dan total tembakan, semuanya juga dimenangkan oleh Australia.
Menghadapi sepuluh pemain Australia, apakah Bahrain mengambil alih jalannya pertandingan? Tidak juga. Australia tetap mendominasi meski sudah tidak semaksimal di babak pertama. Satu-satunya gol Bahrain pun lahir dari gol bunuh diri Harry Souttar. Dirinya mengubah arah bola yang dikirimkan oleh Abdulla Al-Khalasi sehingga masuk ke gawang sendiri.
Main lawan Jepang makin ngenes lagi. Pertahanan Bahrain porak poranda dan harus menelan kekalahan 5-0 di kandang sendiri. Sama halnya saat menghadapi The Socceroos, Bahrain sama sekali tidak bisa menciptakan peluang saat menghadapi Jepang.
Menurut Fotmob, anak asuh Dragan Talajic tercatat cuma melepaskan satu tembakan on target ke gawang Zion Suzuki. Yang makin mengkhawatirkan, Bahrain cuma bisa melepaskan 128 umpan dengan tingkat akurasi yang tak kalah buruk, yakni 68%. Mainnya jelek gini kok berani-beraninya nyenggol Bang Jay dan kolega.
Kiprah di Kualifikasi Piala Dunia
Walaupun mainnya cuma gitu-gitu aja, ternyata Bahrain jadi langganan Kualifikasi Piala Dunia. Total, sejak 1978 Bahrain sudah sebelas kali ikut kualifikasi Piala Dunia walaupun belum ada yang sukses. Timnas Bahrain hanya beberapa kali hampir lolos ke putaran final, tapi selalu gagal di tahap terakhir.
Contohnya saja pada saat berpartisipasi di Kualifikasi Piala Dunia 2006. Tim berjuluk Dilmun Warriors ini kalah di fase play-off antar konfederasi. Kala itu, yang menjadi lawannya adalah wakil Afrika, Trinidad & Tobago. Empat tahun berselang, mereka kembali tumbang oleh Selandia Baru lewat cara serupa.
Lalu, bagaimana kiprah Bahrain di dua Kualifikasi Piala Dunia terakhir? Cukup oke meski gagal menembus ronde ketiga. Di edisi 2018, Bahrain mengumpulkan sembilan poin dan gagal melaju ke babak berikutnya. Sementara di Kualifikasi Piala Dunia 2022, Bahrain bangkit. Mereka mendulang 15 poin dan finis di urutan ketiga Grup C. Sayangnya, hasil itu masih belum cukup untuk lolos ke ronde ketiga.
Materi Pemain
Lantas bagaimana kekuatan Bahrain jika dilihat dari materi pemain? Bahrain mengandalkan pemain yang berkarir di liga lokal. Dilansir situs Transfermarkt, skuadnya saat ini hanya memiliki satu pemain yang berkarir di luar negeri. Dia adalah Mohamed Marhoon yang bermain di Liga Kuwait bersama Kuwait SC.
Bahrain juga mengandalkan beberapa pemain naturalisasi. Tercatat ada dua pemain yang memiliki darah keturunan dari Nigeria. Mereka adalah Vincent Emmanuel dan Moses Atede. Keduanya mungkin hanya berkarir di Liga Bahrain. Tapi mereka tetap patut mendapat sorotan lebih.
Namun, yang paling diwaspadai dari pemain Bahrain itu bukan skill olah bolanya. Melainkan dramanya. Pemain Bahrain lebay kalo dilanggar dan doyan ngulur-ngulur waktu jika sudah unggul. Dua trik itu terbukti sukses saat mengalahkan Australia. So, pemain Indonesia harus pandai mengatur emosi. Jika tidak, maka kita akan terjebak dalam permainan Bahrain.
https://youtu.be/R9F-hzMCJ5c
Sumber: Bola.com, Bola.net, Okezone, Bolasport, Fotmob