Dalam tiap fase sebuah klub pasti pernah memiliki era keemasan tersendiri. Berjaya di sepakbola domestik dan menguasainya selama bermusim-musim.
Ketika gelar domestik sudah mampu diraih, biasanya klub tersebut akan menaikan levelnya untuk berjaya di kompetisi tertinggi antarklub Eropa yakni Liga Champions. Namun, sayangnya, klub-klub berikut ini tidak mampu tampil mengesankan bahkan cenderung selalu gagal di Liga Champions, kendati mereka sudah menguasai kompetisi domestik.
Daftar Isi
Arsenal Era Invincible
Kisah Invincible Arsenal bersama Wenger merupakan kisah manis tak terlupakan bagi publik sepakbola khususnya fans Arsenal. Betapa gacornya skuad Arsenal kala itu dan dapat meraih juara liga dengan sempurna.
Di kancah Eropa pun anak asuh Wenger menunjukan tajinya bahwa The Invincible mampu bertarung di Champions League musim 2003/04. Akan tetapi, langkah skuad The Invincible terhenti oleh rival sendiri yakni Chelsea di perempat final.
Mereka meninggalkan jejak kegagalan itu dan melangkah balik di 2005/06 ketika Gunners dengan skuad sisa-sisa The Invisible mampu menembus final Champions League di Paris. Namun naas, Gunners keok oleh Barcelona.
On this day, in 2006, Barcelona came back from 1-0 down to beat Arsenal 2-1 in the Champions League final.
Heartbreak for Wenger, Henry and co. 💔 pic.twitter.com/W1QYgdiJUt
— Football Tweet ⚽ (@Football__Tweet) May 17, 2021
Valencia Era 2000-2004
Valencia pernah berjaya pada era 1999/00. Valencia yang dalam masa peralihan pelatih dari Ranieri ke Hector Cuper pada masa itu mengusik hegemoni Barcelona dan Madrid.
Hector Cuper mampu membawa Valencia dua kali berturut masuk final Champions League pada musim 1999/00 dan 2000/01. Di final pertamanya bersama Cuper, Valencia harus takluk oleh El Real 3-0. Kemudian di final keduanya mereka harus takluk oleh Bayern Munchen di babak adu penalti.
📆 20 years ago today: 23rd May 2001
🏟 San Siro, Milan, Italy
🦇 Valencia vs Bayern Munich 🇩🇪
🏆 Champions League finalThe 2nd of back-to-back Champions League final defeats for Valencia.
We made a pod on Valencia’s European heartbreak 👉 https://t.co/OwfPPUEQCG#LLL
🧡🇪🇸⚽️ pic.twitter.com/WcvCn8rOSo— La Liga Lowdown 🧡🇪🇸⚽️ (@LaLigaLowdown) May 23, 2021
Setelah itu, Valencia ditinggal Hector Cuper di 2001/02 dan posisinya digantikan Rafael Benitez. Benitez mampu mengembalikan kejayaan Valencia dengan dua kali menjadi kampiun La Liga pada 2001/02 dan 2003/04. Namun di Liga Champions langkah kelelawar Mestalla era Benitez tak mampu melaju jauh seperti apa yang dilakukan Hector Cuper.
Lyon Penguasa Perancis 2001-2007
Sebuah era dominasi panjang pernah dirasakan Lyon dengan menguasai Ligue 1 yang dimulai sejak musim 2001/02. Lyon mendominasi selama 7 musim dengan gelar juaranya. Yang mereka dapatkan dari 4 periode pelatih yang berbeda. Dari Santini, Paul Le Guen, Gérard Houllier, dan Allain Perrin.
Namun kesuksesan selama 7 tahun di kancah domestik tidak serta merta mampu mengantarkan mereka berbicara banyak di kancah eropa. Di Champions League sendiri langkah Lyon selalu gagal tiap musimnya, tidak satupun dari era kejayaan skuad periode itu yang mampu tampil di partai puncak.
Mentok, mereka pada musim 2009/10 ketika itu hanya mampu mencapai semifinal takluk oleh Munchen dengan agregat 4-0. Begitupun di musim 2019/20 juga mencapai semifinal akan tetapi gagal lagi ketika bertemu lawan yang sama yaitu Munchen.
3 – Lyon will play a European semi-final for the 3rd time after the UEFA Cup Winners’ Cup 1964 & the Champions League 2010. Hope. pic.twitter.com/OCFm5dLJwo
— OptaJean (@OptaJean) May 3, 2017
Bayern Leverkusen Era 2000-2002
Era Bayern Leverkusen di medio awal 2000an pernah menciptakan cerita tersendiri. Klub yang mengusik dominasi Bayern Munchen ketika itu seketika menjadi buah bibir di sepakbola Jerman.
Kampanye gelar domestik maupun Eropa-nya selalu diwarnai drama. Dengan Michael Ballack dan pelatih Rudi Voller, selalu gagal menjadi juara dan sering mendapat julukan Mr runner-up.
Sindrom runner-up Leverkusen di musim 2001/2002 di bawah pelatih Klaus Toppmoller kehilangan tiga gelar sekaligus di fase akhir. Satu di Bundesliga, yang harus rela disalip Dortmund di laga akhir, dua di DFB Pokal, kalah oleh Schalke di final. Kemudian yang terakhir yang tak kalah menyakitkannya, adalah kalah oleh Madrid di final Champions League.
In May, 2002 Bayern Leverkusen lost three (3) Trophies in 11 days.
May 4: Lost the Bundesliga by one point
May 11: Lost the German cup final
May 15: Lost the champions league final
Heartbeat 💔@sulyman_fakai @Abdultorres9 @brfootball
@bayernleverkusen pic.twitter.com/IpsPVtqHQI— Ameer Ali Maleek👑 (@Armern_maleek) May 4, 2021
Dortmund Era Jurgen Klopp
Dortmund pernah mencapai era emas skuadnya di bawah gemblengan Jurgen Klopp. Dortmund bersama Klopp diharapkan mencapai puncak kejayaan di 1997 ketika terakhir menjadi juara Champions League.
Klopp mampu menyihir dunia bahwa era Dortmund telah kembali. Klopp mampu mengantarkan Dortmund menjadi juara Bundesliga berturut-turut pada musim 2010/11 dan 2011/12. Di musim berikutnya, Klopp mampu mengantarkan Dortmund kembali lagi ke final Champions League.
Di final mereka bertemu sesama wakil Bundesliga Bayern Munchen. All Bundesliga Final itu ternyata masih milik The Bavarians. Era skuad emas Klopp ketika itu harus rela takluk di final.
📆 #OnThisDay in 2013
Bayern Munich beat Borussia Dortmund in the all-German Champions League final 🏆 pic.twitter.com/aa8aOaFNik
— GOAL (@goal) May 25, 2021
Juve Era Max Allegri 2015-2017
Selama lima musimnya di Turin, Max Allegri mengubah Juventus menjadi penguasa Serie A. Dibangun di atas pondasi yang diletakkan Antonio Conte, Allegri hampir selalu mempersembahkan gelar liga maupun Piala Liga di setiap musimnya. Tapi satu tujuan utama tetap belum tercapai yakni Champions League.
Dua kali masuk final Champions League skuad era emas Allegri berharap mampu mencuri gelar ambisi Juventus itu. Namun, di final pertama melawan Barcelona di 2015 harus takluk dengan skor 3-1.
Begitupun di final kedua 2017 bersama trio bek BBC (Barzagli, Bonucci, Chiellini) pasukan Allegri kembali gagal. Mereka takluk oleh Madrid dengan skor 4-1. Bagaimanapun era emas bersama Allegri selam periode 2015-2017 belum bisa mewujudkan ambisi utama Juventus yakni gelar eropa.
Massimiliano Allegri / #Juventus vs Real Madrid – UEFA Champions League Final pic.twitter.com/gBTkae15t7
— k.j. (@juve_kj) June 4, 2017
Atletico Madrid Era Diego Simeone 2014-2016
Simeone adalah tokoh utama yang membawa Atletico Madrid berubah menjadi kekuatan baru di eropa. Di liga domestik keberadaannya mengusik dominasi Real Madrid dan Barcelona setelah menjadi juara La Liga pada 2013/14. Sekaligus mereka mencapai partai puncak Liga Champions untuk menantang rival sekota Real Madrid.
Partai final yang berlangsung ketat hingga ekstra time itu akhirnya dimenangkan Real Madrid dengan skor 4-1. Begitu pula kesempatan kedua skuad emas Simeone di Champions League musim 2015/16, Atletico sekali lagi mampu mencapai final dengan menantang lawan yang sama yakni Real Madrid. Namun tetap apes, Atletico harus tunduk lewat drama adu penalti oleh El Real.
Cristiano Ronaldo’s team has knocked Atlético Madrid out of the Champions League in five different seasons:
◉ 2014 final
◉ 2015 quarter-final
◉ 2016 final
◉ 2017 semi-final
◉ 2019 last 16El Cholo’s worst nightmare.#UCLdraw pic.twitter.com/2usjlFxV1e
— Squawka (@Squawka) December 13, 2021
PSG Era Qatar
Siapa yang tak kenal Paris Saint Germain (PSG) sekarang yang diisi skuad bintang-bintang mahal dunia. Kiprah dominasi tim terbaik PSG tak dipungkiri dibangun oleh uang Qatar. Melalui Nasser Al Khelaifi dengan Qatar Sport Investment-nya mampu mengubah PSG menjadi tim yang disegani di dunia ini sejak diambil alih pada 2011.
Silih berganti pemain bintang keluar masuk Paris dengan harga dan gaji tinggi serta juga beberapa pelatih yang silih berganti membuat PSG selalu mendominasi Ligue 1. Selama diambil Qatar, PSG di Ligue 1 mampu menjadi juara selama 7 kali.
Akan tetapi, PSG dengan ambisinya meraih gelar Champions League sampai sekarang belum mampu mendapatkannya. Mentok prestasi terbaik PSG selama diambil alih Qatar adalah runner up di 2019/20 setelah di final dikalahkan Munchen. Ketika itu di bawah arsitek Thomas Tuchel.
PSG losing the first 2 games. Last season in the league the only lost 3. Taking losing the champions league final hard ? #PSGOM pic.twitter.com/TH0fmSzTGk
— Alex (@UnitedDNA99) September 13, 2020
Manchester City Era Uni Emirat Arab
Pengusaha Uni Emirat Arab mengambil alih Manchester City di tahun 2009. City disulap menjadi klub kaya baru dengan beberapa pemain bintang dan pelatih top yang silih berganti datang ke Etihad Stadium. City menjadi pengusik hegemoni klub besar di Liga Inggris ketika itu terutama rival sekota, MU. Julukan “tetangga berisik” pun disematkan MU pada City.
Menjuarai Liga Inggris, maupun gelar piala domestik bersama pelatih macam Mancini, Pellegrini, maupun Pep Guardiola tidak serta merta membuat City dan investor bangga. Pasalnya, ambisi utama mereka di Champions League belum pernah tercapai.
#BREAKING Chelsea beat Manchester City 1-0 in Champions League final pic.twitter.com/ZuRVFCY0KO
— AFP News Agency (@AFP) May 29, 2021
Prestasi mereka mentok terakhir sebagai runner-up di musim 2020/21. Ketika itu pasukan terbaik City dikalahkan Chelsea 1-0 di final. Kegagalan demi kegagalan di kancah eropa membuat ambisi pemilik akan tetap menggebu tiap musimnya seperti apa yang dilakukan pemilik PSG.
https://youtu.be/o1elPWWfEgQ
Sumber Referensi : fourfourtwo, 90min, sportskeeda