Dibuang Hingga Diasingkan, Inilah Kisah Tragis Ibrahim Affelay Yang Terkena Kutukan Wonderkids

spot_img

Ada banyak kisah yang menyelimuti para pemain berlabel wonderkid. Pemain yang digadang-gadang menjadi pemain besar ini tak selamanya berhasil. Ada banyak pemain muda yang disebut sebagai penerus dua mega bintang dunia, yakni Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, yang justru jatuh ke lubang kehancuran.

Ada banyak faktor yang mendasarinya, diantaranya, ekspektasi terlalu tinggi hingga masalah cedera. Ekspektasi yang terlalu tinggi sangat wajar terjadi. Namun hal tersebut seringkali memberi beban yang begitu besar bagi sang pemain, hingga dirinya tak mampu untuk lanjutkan langkah.

Faktor kedua yaitu cedera. Hal ini memang menjadi yang sangat menyedihkan. Cedera kerap menjadi penyebab dari hancurnya karir seorang pemain, tak terkecuali Ibrahim Afellay.

Semua tentu masih ingat nama Ibrahim Afellay. Pemain asal Belanda memiliki kecepatan dan kelincahan luar biasa. Dia juga memiliki skil menakjubkan untuk menjadi seorang pemain besar. Bakatnya banyak diinginkan. Ketika itu, sebelum masa kelamnya datang, Afellay menjadi primadona dengan label pemain muda yang punya masa depan cerah.

Ibrahim Afellay lahir di Utrecht, Belanda, dari orang tua yang berasal dari Maroko yang bermigrasi ke Belanda sekitar tahun 60-an. Ayah Afellay sudah meninggal ketika dirinya masih kecil. Oleh sebab itu, ia hanya tinggal bersama ibu dan saudara laki-lakinya, Ali.

Karier sepak bola Ibrahim Afellay dimulai dengan memperkuat tim lokal VSK, sebelum bergabung dengan tim muda USV Elinkwijk, sebuah tim di Hoofdklasse, divisi tertinggi kedua dalam sepak bola amatir Belanda. Afellay bermain untuk Elinkwijk dari rentang usia 4 hingga 9 tahun. Tak butuh waktu lama, di usia 10 tahun, PSV Eindhoven merekrutnya untuk bermain di tim akademi.

Tidak sampai delapan tahun kemudian, ketika menginjak usia 17 tahun, Afellay berhasil melakoni debutnya untuk tim nasional Belanda.

Afellay menghabiskan sekitar enam tahun di tim utama PSV yang berlaga di kompetisi Eredivisie Belanda. Ia mampu mencetak 38 gol dari 217 laga yang ia jalani di seluruh kompetisi. Lebih dari itu, Afellay sukses memenangkan empat gelar liga secara beruntun, antara tahun 2004 hingga 2008.

Afellay yang dikenal punya kemampuan luar biasa benar-benar membuat siapapun takjub. Pada tahun 2007, dia dinobatkan sebagai Dutch Football Talent of the Year, dan resmi bergabung dengan nama-nama tenar lainnya yang juga sempat merengkuh gelar serupa, seperti Dennis Bergkamp, Marc Overmars, Clarence Seedorf, Patrick Kluivert, Robin Van Persie, Arjen Robben, dan Wesley Sneijder.

Dengan penghargaan yang diberikan kepada Afellay, wajar bila banyak orang punya ekspektasi besar kepadanya. Semua percaya bahwa Afellay akan menjadi bintang Belanda selanjutnya.

Pada musim 2008/09, ketika ia berhasil mencetak 13 gol di kompetisi Eredivisie Belanda, seluruh penggemar sepak bola kincir angin mulai menjulukinya sebagai seorang wonderkid. Dari situ pula, banyak klub ternama Eropa yang mulai mengarahkan pandangan kepadanya.

Ditengah ketertarikan klub besar Eropa, nama Ibrahim Afellay masuk ke dalam skuad timnas Belanda yang akan berlaga di turnamen Piala Dunia 2010, yang diselenggarakan di Afrika Selatan. Namun sayang, harapan para penggemar sedikit terusik, mengingat Afellay tidak memberi dampak besar bagi keberhasilan Belanda yang sukses melaju hingga ke partai final.

Afellay yang ketika itu berusia 24 tahun hanya memainkan sebanyak tiga pertandingan saja, di laga melawan Denmark, Jepang, dan Slovakia.

Afellay memang belum mampu menunjukkan kualitas terbaiknya di ajang tersebut, tetapi ia masih terus diyakini akan tetap menarik sejumlah klub untuk merekrutnya.

Sampailah pada musim panas 2010. Ketika itu, Afellay memiliki sejumlah permintaan kepada PSV. Namun, klub asal Belanda itu enggan memenuhi permintaan sang pemain. Situasi ini lantas memancing minat klub-klub besar Eropa. Tepat pada Oktober 2010, Afellay mengumumkan bahwa dia tidak akan memperbarui kontraknya dengan PSV Eindhoven.

Tidak ingin salah satu pemain terbaik nya pergi secara gratis, PSV mengambil langkah dengan menyatakan kalau mereka siap menjual Afellay.

Akhirnya, FC Barcelona menjadi pemenang dalam perebutan talenta terbaik asal Belanda, dengan harga yang relatif rendah, yaitu cuma sebesar 2,7 juta pounds saja.

Afellay berhasil membuat seluruh penggemar Barcelona bersorak, menyusul 16 pertandingan yang dimainkannya, hanya dalam waktu setengah musim saja. Namun, harapan penggemar seketika sirna setelah Afellay menderita cedera hamstring. Dia harus absen di awal musim 2011/12 dan melewatkan kesempatan tampil di laga pra musim bersama La Blaugrana.

Dirinya sempat memulihkan kebugaran dan memainkan sebanyak dua pertandingan. Nahas, semesta tak mendukung kelancaran karirnya. Afellay menderita cedera ACL pada September dan membuatnya harus menepi selama kurang lebih tujuh bulan.

Saat berhasil memulihkan kondisinya, pelatih Pep Guardiola tampak sudah tidak menginginkannya lagi. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab karir Afellay terhambat dan hanya tampil sebanyak lima kali pada musim 2011/12.

Demi mendapatkan menit bermain, Afellay menerima pinjaman yang diajukan oleh Schalke 04 dan selanjutnya Olympiakos. Akan tetapi, dua klub tersebut gagal mengembalikan ketajaman sang pemain. Karirnya menurun drastis dan dia tidak lagi mengisi kolom media.

Setelah selesai menjalani masa peminjaman di Yunani, Afellay dibebaskan dari kontraknya oleh Barcelona dan bersiap menuju klub Liga Premier Stoke City dengan status bebas transfer. Dia berhasil memainkan satu musim penuh di tahun pertamanya bersama Stoke, sebelum akhirnya masalah cedera yang datang bertubi membuatnya hanya bermain 19 kali untuk klub, di semua kompetisi pada musim 2016/17, 17/18 dan 18/19.

Pada akhir Maret 2018, pelatih Paul Lambert, telah memutuskan untuk menyingkirkan Afellay dari skuad Stoke City. Sang pelatih berdalih bahwa pemain Belanda ini hanya akan mempengaruhi anggota tim lainnya dengan sikap dan etos kerja yang buruk.

Afellay dianggap tidak memiliki kontribusi lebih dan dinilai tidak sepenuhnya memiliki komitmen untuk bekerja keras.

Setelah dibuang FC Barcelona, kini, Afellay benar-benar diasingkan di Stoke City. Afellay dilepas secara cuma-cuma hingga membuat karirnya benar-benar terhempas. Beruntung, PSV mau menampungnya dan memberinya kesempatan pada 2019.

Ia lebih dulu ditempatkan di tim junior untuk mengembalikan kebugaran. Berhasil masuk ke skuad senior, Afellay kembali pada performa buruknya. Dia hanya tampil sebanyak tiga pertandingan hingga karirnya berujung pada status bebas transfer.

Kini, di usianya yang telah menginjak 24 tahun, Afellay tidak memiliki klub untuk dibela. Dia menambah daftar panjang wonderkid dengan segala kesedihannya.

Masalah cedera dianggap telah merenggut karir cemerlangnya. Namun dibalik itu, sikap yang kurang baik juga menjadi faktor mengapa ia tidak pernah kembali ke performa gemilang.

Afellay masih belum menginginkan pensiun, sembari mencari klub yang mau menerima lagi, sebagai seorang mantan wonderkid dengan sejuta puja puji tinggi.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru