Dari Anak Penjual Sayur, Witan Sulaeman Tak Pernah Luput Dipanggil Timnas Indonesia

spot_img

Mencari pemain sayap di Indonesia tidaklah sulit. Tahun ke tahun Timnas Indonesia dianugerahi sayap-sayap lincah. Iswadi Idris, Oktovianus Maniani, Ilham Udin Armaiyn, hingga Jeam Kelly Sroyer contohnya. Maka menjadi pemain sayap bukan sesuatu yang istimewa. 

Karena berlari, menyisir sisi kiri maupun kanan lalu mengirim umpan, sudah menjadi semacam DNA para talenta di Indonesia. Namun, persoalannya lain jika berkaca pada sepak bola modern. Utamanya apa yang diusung Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.

Tidak banyak pemain Indonesia yang punya kemampuan lebih dari sekadar berlari dan mengirim umpan. Apalagi jika ia pemain sayap. Namun, dari yang tidak banyak itu, kita boleh menyebut salah satunya adalah Witan Sulaeman.

Sampai hari ini, Witan selalu menjadi andalan Timnas Indonesia. Tentu berada di titik ini bukan perjalanan mudah. Pada kenyataannya Witan berjuang dari bawah. Dari keluarga sederhana yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang sayur. Bagaimana kisahnya?

Hidup Sederhana Witan

Untuk mengetahui cerita masa kecil Witan, kita akan pergi ke Palu, Sulawesi Tengah, kota yang jaraknya 2.120 kilometer dari Jakarta. Di sana, 23 tahun lalu, tepat pada 8 Oktober 2001, Witan Sulaeman lahir. Bung Karno pernah menjuluki Palu sebagai Mutiara di Khatulistiwa. Julukan itu juga rasanya tepat disematkan pada Witan.

Namun, sebelum mentas, mutiara berada di dasar laut. Begitu pula Witan. Sebelum menjadi salah satu sayap andalan Timnas Indonesia, Witan berjuang dari titik pijak paling rendah. Witan lahir dari pasangan Humaidi dan Nurhayati.

Kedua orang tuanya berasal dari Lombok dan Kalimantan. Keluarga Witan bukan orang berada. Sang ayah, Humaidi, adalah penjual sayur keliling. Kamu bisa bayangkan, berapa kira-kira penghasilan pedagang sayur di Palu. Demi menambah penghidupan, orang tua Witan juga nyambi sebagai tukang galon.

Perjuangan Awal di Sepak Bola

Kehidupan yang boleh dikata berada tipis di garis kemiskinan itu membuat Witan sulit mengembangkan bakat sebagai pesepakbola. Padahal minatnya pada sepak bola tumbuh dari kecil. Himpitan ekonomi memaksa Witan fokus ke pendidikan saat SD. Ia baru merasakan didikan sepak bola saat SMP.

Witan masuk SSB Galara Utama Palu yang dikelola masyarakat setempat. SSB ini biasa latihan di Lapangan Sepak Bola Galara di Kelurahan Duyu. Satu di antara sedikitnya lapangan di Kota Palu. Lulus SMP, Witan meminta izin orang tuanya untuk merantau demi membuka jalannya sebagai pesepakbola.

Orang tua merestui, tapi tak memberi dukungan banyak uang kepada Witan. Itu bukan kali pertama dan terakhir Witan meminta restu orang tua. Kelak, setelah sukses selalu menelepon orang tua, meminta doa sebelum bertanding.

Untunglah, ketika memutuskan merantau, Witan diterima di Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan. Kebetulan SKO Ragunan dikelola pemerintah, jadi Witan tak perlu mengeluarkan biaya.

Seusai lolos seleksi di SKO Ragunan, Witan langsung menunjukkan bahwa ia layak di SKO Ragunan. Witan pun berhasil mencuri perhatian selama bermain di SKO Ragunan. Bakatnya ini terendus oleh Indra Sjafri yang melatih Timnas Indonesia kelompok umur.

Di Tangan Indra Sjafri

Pelatih kelahiran Sumatera Barat itu memasukkan Witan ke skuad U-19 yang berlaga di Turnamen Toulon pada tahun 2017. Witan masuk di laga melawan Brasil U-20. Meski kalah, setidaknya laga itu menjadi debut internasional pertama Witan. Setelah melihat penampilannya di Turnamen Toulon, Indra makin naksir dengan Witan.

Bukan hanya karena kemampuannya, tapi juga kerja kerasnya. Pemain berpostur 170 cm itu sejak awal bertekad menjadi pemain sepak bola hebat. Ambisi itu yang terus membawa Witan ke taraf yang lebih tinggi. Setelah dari Toulon, Witan dipanggil lagi. Kali ini di Piala AFF U-18 tahun 2017. Turnamen itu lalu seolah jadi turnamennya.

Witan benar-benar menggila. Dua gol ia borong saat mencukur Brunei Darussalam 8-0. Sayangnya, Indonesia hanya finis di posisi tiga. Tapi di perebutan tempat ketiga, Witan sukses menyumbangkan satu gol dalam kemenangan 7-1 atas Myanmar.

Seusai Piala AFF itu, Indra ditunjuk menukangi Timnas Indonesia di Piala Asia U-19 tahun 2018 saat Indonesia menjadi tuan rumah. Indra yang kebacut tresno memanggil kembali Witan. Dari Toulon, AFF, lalu Piala Asia, jelas ini peningkatan bagi Witan. Kesempatan itu pun tak disia-siakan.

Witan langsung menghentak di laga pertama. Dua gol diborong ketika Indonesia menghajar Chinese Taipei. Meski kalah dari Qatar, Indonesia berhasil mengalahkan Uni Emirat Arab dan melenggang ke perempat final untuk pertama kali setelah 40 tahun. Kemenangan itu diraih berkat gol semata wayang Witan Sulaeman.

Perjalanan di Klub

Cerita Witan yang terus dipanggil Indra Sjafri kelak berlanjut. Selain saat meraih medali perak SEA Games 2019, juga ketika Indonesia menyabet emas SEA Games 2023 lalu. Nah, penampilan mentereng di timnas kelompok umur membawa Witan dilirik oleh PSIM Yogyakarta.

Tahun 2019, Witan menandatangani kontrak profesional pertama pada usia 17 tahun bersama PSIM. Namun, episode Witan di PSIM pendek. Hanya bermain dalam tujuh laga. Witan lebih banyak bermain di timnas, ketimbang Laskar Mataram. Itu yang boleh jadi membawa Witan ke luar negeri.

Pada tahun 2020, ketika Witan berusia 18 tahun, ia diangkut klub Liga Serbia, Radnik Surdulica. Tak main-main, klub Serbia itu mengikat Witan dengan kontrak tiga setengah tahun. Namun, Covid-19 membuat liga ditangguhkan selama 2 setengah bulan. Selama itu Witan kembali ke Indonesia, dan baru menjalani debut di laga melawan Radnicki Nis di Superliga Serbia.

Hanya lima kaps, Witan lalu pindah ke Lechia Gdansk. Kepindahannya ke klub fenomenal di Polandia itu sempat menggegerkan. Tapi cuma itu, karena Witan nyatanya tak diberi kesempatan bermain barang semenit. Justru Lechia meminjamkannya ke FK Senica, klub Liga Slovakia. Masa peminjaman di Senica dimanfaatkan dengan cukup baik oleh Witan.

Ia turun di delapan laga, termasuk saat menghadapi raksasa Slovan Bratislava. Selain itu, Witan setidaknya mencetak dua gol di FK Senica. Dari Senica ia pindah ke klub Slovakia lain, AS Trencin pada tahun 2022. Witan mengalami peningkatan dalam jumlah kaps di Trencin daripada di tiga klub Eropa sebelumnya. 

Sepuluh kaps dibukukan dan mencetak satu gol kala Trencin membantai Slovan Hlohovec di Piala Slovakia 14-0. Di tahun yang sama, Witan mempersunting Rismahani. Setelah menikah, demi keluarga, pemain yang mengidolakan Messi ini akhirnya pulang ke Indonesia, berseragam Persija pada tahun 2023.

Dipanggil Timnas Senior

Meski terlempar ke Indonesia, Witan konsisten di timnas. Witan sudah dipercaya di tim senior pada tahun 2021, saat Shin Tae-yong sudah di balik kemudi. Di laga persahabatan menghadapi Afghanistan, Witan menjalani debut di tim senior. Ndilalah ajian Witan juga bekerja pada Shin Tae-yong.

Witan dipanggil lagi oleh STY di Kualifikasi Piala Asia 2023 babak play-off. STY pun dibuat kagum usai Witan mencetak gol debutnya menghadapi Chinese Taipei, di mana Indonesia menang 3-0. Sejak itu STY selalu menyertakan Witan. Di Kejuaraan AFF 2020 dan putaran ketiga Kualifikasi Piala Asia 2023, Witan dipanggil.

Witan tak melepas begitu saja kesempatan bermain di Kualifikasi Piala Asia 2023. Ia memborong dua gol kala Indonesia menghabisi Nepal 7-0. Keyakinan Shin Tae-yong pada Witan kian besar. 

Suatu hari, STY berkelakar bahwa ia pernah semaput gara-gara Witan membuang peluang emas di laga melawan Thailand di fase grup Piala AFF 2022 lalu. Bagi fans mungkin tindakan itu tak bisa dimaafkan. Namun, tidak menurut Shin Tae-yong.

Kesalahan di Piala AFF 2022 tak lantas menggugurkan seluruh kualitas yang ada pada Witan. Dengan tekun Shin Tae-yong terus memoles Witan. Oleh STY, Witan tak hanya menjadi sayap lincah, tapi juga disulap jadi second striker.

Entah menjadi second striker maupun sayap, Witan berguna dalam skema Shin Tae-yong. Tidak mengherankan apabila sampai hari ini, nama Witan tak pernah hilang dari “Garuda Calling”. Pernah Witan tak dipanggil timnas. Tapi itu pun karena ia mendapat panggilan ke Baitullah.

Begitulah Witan Sulaeman. Mungkin di antara kita ada yang suka sebel dengannya. Bahkan mungkin berteriak agar Witan tak usah dipanggil lagi, tanpa tahu betapa berat perjuangannya tiba di titik ini. Lagi pula Witan sudah paham taktik Shin Tae-yong. Berharap Witan tak dipanggil lagi serupa menginginkan Stephen Strange rujuk dengan kekasihnya.

https://youtu.be/nxQsc5NzAdY

Sumber: Suara, Bolacom, Suara, SindoNews, Bolacom, Antara, BolaSport, PSSI

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru