Melihat nama Nottingham Forest di papan atas Liga Inggris musim 2024/25, bak melihat sesuatu yang janggal. Sama halnya dengan seorang pria yang pergi ke kondangan, tapi mengenakan kaos band Morfem. Sah-sah saja, tapi kurang pas aja gitu. Sebab, Forest memang biasanya lebih akrab dengan zona degradasi ketimbang zona Liga Champions.
Namun, kita tak bisa menolak fakta bahwa Forest memang layak berada di empat besar Liga Inggris musim ini. Bersama pelatih berkepala gundul, Forest menunjukan bahwa klub yang sempat tersandung kasus dan diganjar sanksi juga bisa unjuk gigi.
Lantas, bagaimana cara Forest menjelma dari sebuah klub medioker, menjadi klub penantang gelar Liga Inggris? Sebelum kita cari tahu jawabannya, kalian bisa subscribe dan nyalakan lonceng terlebih dahulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Musim yang Melelahkan
Sebelum kita mengulas tentang siasat jitu Nottingham Forest di musim ini, kita akan mundur sedikit untuk membahas kiprah klub yang satu ini. Kisah perjalanan Nottingham Forest di Liga Inggris dalam dua musim terakhir layak dikategorikan sebagai kisah inspiratif. Sebab, klub yang bernuansa merah putih ini sebelumnya telah menjalani musim-musim yang melelahkan sebagai klub medioker.
Namun, musim 2023/24 sepertinya jadi salah satu yang terberat untuk dijalani. Usai kembali terseok-seok di papan bawah, Forest memutuskan untuk merombak kursi kepelatihan. Pada Desember 2023, Forest pun menunjuk Nuno Espirito Santo sebagai suksesor Steve Cooper. Penunjukan Nuno jelas memunculkan keraguan. Terlebih, Nuno dipungut dari Liga Arab Saudi.
Sedang berusaha bangkit, Forest justru tertimpa musibah. Forest yang terlunta-lunta malah dijatuhi sanksi pengurangan poin oleh FA. The Tricky Trees mendapat pengurangan empat poin karena melanggar aturan finansial Premier League tentang Keuntungan dan Keberlanjutan atau PSR.
Forest mencatatkan kerugian sebesar 95,5 juta pound pada musim 2022/23. Itu melebihi batas maksimal yang ditetapkan Premier League, yakni 61 juta pound. Alhasil, Forest pun terlempar ke zona degradasi pada bulan Maret 2024.
Beruntungnya, di akhir musim Luton Town dan Burnley bermain lebih buruk daripada Forest. Mengumpulkan dua kemenangan dari tiga pertandingan terakhir musim 2023/24, Chris Wood dan kolega pun bisa bernapas lega setelah finis di urutan ke-17. Satu tingkat di atas zona degradasi.
Kangkangi Arsenal
Nasib yang nelangsa di musim 2023/24, bikin ekspektasi terhadap Nottingham Forest di musim ini tidak tinggi. Bahkan beberapa pengamat sepakbola berpendapat kalau Forest hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali ke Divisi Championship. Namun, perkiraan orang-orang justru meleset jauh. Di awal musim 2024/25, The Garibaldis justru bangkit.
Dari sepuluh pertandingan pertama Liga Inggris musim ini, baru Fulham yang bisa mengalahkan Nottingham Forest asuhan Nuno Espirito Santo. Sisanya, Forest mengantongi lima kemenangan dan empat hasil imbang.
Sering imbang memang, tapi itu adalah buah dari meningkatnya daya juang pemain. Nuno ingin timnya berusaha semaksimal mungkin, meski itu laga tandang. Mereka menolak kalah. satu poin jadi target minimal yang harus dicapai Forest. Alhasil, Forest tak terkalahkan di kandang lawan dan menembus empat besar Liga Inggris.
Urutan ketiga jadi peringkat tertinggi yang bisa dicapai Forest sejak 26 tahun lalu. Yang bikin makin menarik, pelatih yang mirip Syekh Puji itu membawa Forest mengangkangi tim-tim besar seperti Chelsea, Tottenham, dan tentunya sang calon juara musim ini dan musim-musim berikutnya, Arsenal.
Transfer Irit
Padahal Nottingham Forest memulai musim dengan cara yang berbeda dari biasanya. Jika musim-musim sebelumnya The Tricky Trees sibuk membeli pemain, musim ini Forest lumayan pasif. Mereka malu-malu untuk bergerak terlalu vulgar di bursa transfer lantaran masih dipantau oleh FA dan Premier League.
Selidik punya selidik, ternyata Forest mengubah cara mainnya. Mereka tidak asal lagi dalam menggaet pemain. Forest mempertimbangkan kebutuhan, kualitas, dan harga pemain. Maka muncullah nama-nama ekonomis tapi punya track record yang oke. Contohnya seperti Nikola Milenkovic, Alex Moreno, James Ward-Prowse, serta Elliot Andersen.
Forest sebetulnya mengincar satu striker handal awal musim lalu. Sempat dirumorkan akan menggaet Eddie Nketiah dari Arsenal dan Santiago Gimenez dari Feyenoord, Forest justru kena PHP. Nketiah lebih pilih ke Crystal Palace sementara Gimenez tetap melanjutkan perjuangannya di Stadion De Kuip.
Mendaur Ulang Pemain
Untuk mengatasi itu, Nuno Espirito Santo pun mendaur ulang pemain-pemain warisan Steve Cooper. Salah satu yang mulai terlihat hasilnya adalah Chris Wood. Di tangan pelatih asal Portugal itu, Wood bermain lebih efektif dan mampu melebur dalam skema permainan tim. Yang terpenting, Wood kini tampil trengginas di pertahanan lawan.
Nuno meminta Wood untuk memanfaatkan postur, kecerdasan, dan kemampuannya dalam membaca ruang. Jika kalian melihat dengan seksama, Wood selalu berdiri di posisi offside ketika timnya menguasai bola. Itu akan membuat bek lawan mengabaikan pergerakannya. Namun, dari sini gameplay Wood dimulai. Ketika pemain lawan mulai terfokus pada bola, maka Wood akan menyelinap untuk mencari ruang di kotak penalti.
Ia tidak banyak memegang bola. Cukup kontrol, putar badan, dan melepaskan tembakan. Bahkan kebanyakan golnya tercipta melalui tap in. Tapi itulah tugas seorang striker, utamanya nomor sembilan klasik macam Wood. Kini, pemain asal Selandia Baru itu telah mencetak delapan gol dari sepuluh laga yang dimainkan. Itu lebih dari setengah jumlah gol yang dicetak Forest musim ini (14 gol).
Selain Wood, masih ada banyak yang mengalami perkembangan pesat di tangan Nuno. Salah satunya Callum Hudson-Odoi. Pemain buangan dari Chelsea itu disulap menjadi sayap kreatif oleh Nuno. Odoi kini berstatus sebagai pemain yang paling sering menciptakan peluang di skuad Forest. Menurut Fotmob, Odoi sudah menciptakan 18 peluang musim ini.
Pertahanan Solid
Tak cuma meningkatkan kualitas tiap individu. Nuno juga memperhatikan kualitas lini bertahan secara keseluruhan. Dirinya paham kalau Forest bukan tim unggulan. Maka dari itu, akan terlalu naif jika mengandalkan sepakbola menyerang. Dan hadirnya Nikola Milenkovic jadi solusi untuk meningkatkan kualitas bertahan Forest.
Eks bek Fiorentina itu membangun koneksi yang apik dengan Murillo. Duet keduanya telah meringankan kerja Matz Sels di bawah mistar. Dengan postur tinggi dan kekar, Milenkovic dan Morillo menutup kelemahan Forest, yakni menghadapi skema bola mati. Musim lalu, Forest kebobolan 23 gol dari skema bola mati. Namun, musim ini mereka baru kebobolan satu gol saja dari skema tersebut.
Selain itu, pertahanan berlapis yang didukung Ryan Yates dan Nicola Domingues juga jadi penyebab Matz Sels jarang menerima tembakan on target. Menurut Fbref, musim ini, Forest baru menghadapi 34 tembakan tepat sasaran. Itu paling sedikit ketiga di liga. Tak heran apabila Forest baru kebobolan tujuh gol dalam sepuluh pertandingan. Lebih sedikit dari Manchester City.
Serangan Balik
Pertahanan yang kokoh membuat tim itu dilengkapi dengan kemampuan membangun serangan balik cepat. Mengandalkan pemain-pemain lincah macam Ola Aina, Callum Hudson-Odoi, dan Anthony Elanga, Forest sangat merepotkan. Meski skema serangan balik ini tak selamanya berhasil. Variasi serangan pun harus dimiliki oleh skuad asuhan Nuno Espirito.
Dari sayap, umpan lambung, hingga skema bola mati pun kerap dijajal oleh Forest. Tapi, yang paling sering adalah tendangan spekulasi. Menurut Fbref, Forest jadi tim yang paling sering melepaskan tembakan dari kotak penalti. Contohnya saja di laga lawan West Ham United kemarin.
Dua gol The Tricky Trees yang dicetak oleh Odoi dan Aina lahir dari sepakan luar kotak penalti. Keren juga ya. Dengan skuad seadanya, tapi Nuno bisa bikin tim yang kaya dengan skema permainan. Tinggal kita lihat, ia bisa mempertahankan performa tim hingga akhir musim atau tidak.
https://youtu.be/ApAcexBSk-w
Sumber: BBC, The Athletic, Sport Optus, Fbref