Viktor Gyokeres: Terbuang dari Liga Inggris, Kini Malah Incaran Tim Liga Inggris

spot_img

“Yang patah tumbuh, yang hilang berganti” Sepenggal lirik dari lagu Banda Neira itu agaknya tepat untuk menggambarkan kemunculan Viktor Gyokeres di persepakbolaan Eropa. Perjalanan karir striker Sporting CP itu penuh perasaan “patah” sebelum akhirnya “tumbuh” menjadi striker paling diminati musim ini.

Yang mungkin kalian belum tahu, sebelum membantai Manchester City, Gyokeres hanya berstatus pesepakbola gagal di Liga Inggris. Namun, dengan keteguhan hati dan komitmen yang tinggi, waktu yang “hilang” di Negeri Tiga Singa “berganti” menjadi kesuksesan di Portugal. Lantas, bagaimana Viktor Gyokeres melewati segala cobaan tersebut? 

Berawal dari Liga 3 Swedia

Sudah menekuni sepakbola sejak usia lima tahun, pemain berambut pirang itu bergabung dengan IF Brommapojkarna U-17 pada tahun 2014. Itu bukan sebuah pencapaian yang bisa dibanggakan. Karena saat itu skuad utama Brommapojkarna masih berlaga di kasta ketiga sepakbola Swedia. Jika di Indonesia, klub tersebut mungkin levelnya tak beda jauh dengan klub kecil asal Jawa Tengah, Persip Pekalongan.

Butuh setidaknya dua tahun bagi Gyokeres untuk menembus skuad utama Brommapojkarna. Dirinya baru dipanggil untuk mengisi skuad utama Brommapojkarna musim 2016. Di skuad utama, Gyokeres yang masih berusia 17 tahun tampil cukup baik. 19 penampilan pun dicatatkan olehnya. Ia jadi pemain yang membantu klubnya promosi ke kasta kedua Liga Swedia.

Ditemukan Brighton

Di kasta kedua Liga Swedia, Olof Mellberg kian percaya pada talenta Viktor Gyokeres. Mellberg pun memilihnya sebagai striker utama di Brommapojkarna musim 2017. Hasilnya cukup memuaskan. Gyokeres mencetak 13 gol dalam 29 pertandingan. Ini jadi dua digit gol pertamanya di level profesional.

Performanya yang mengesankan sebagai pemain muda akhirnya menarik perhatian sejumlah klub papan atas. Namun, dari banyaknya klub Swedia yang menghampiri, ada satu klub Inggris yang juga terpincut akan talenta Gyokeres. Klub tersebut adalah Brighton. The Seagulls yang kala itu masih ditangani oleh Chris Hughton pun melakukan pendekatan.

Kita semua tahu, kalau Brighton yang dimiliki Tony Bloom punya kebiasaan blusukan dalam mencari pemain muda. Mereka dipercaya memiliki aplikasi khusus yang bisa menjaring pemain-pemain muda yang dinilai cocok dengan skema permainan dan nilai-nilai klub itu sendiri. Ya, sejenis Football Manager gitulah ya.

Jika indikator menyala hijau, maka pemain tersebut tandanya 100% cocok dengan Brighton. Apabila menyala kuning, artinya cocok, tapi perlu dikembangkan lagi. Sedangkan merah, berarti pemain itu tidak perlu direkrut, karena tidak cocok dengan sistem klub. Tidak dijelaskan kala itu Gyokeres tergolong pemain yang warna apa. Yang jelas, Brighton yakin bahwa Gyokeres punya potensi.

Alhasil, Viktor Gyokeres pun diboyong ke Inggris dengan mahar 1 juta euro pada awal tahun 2018. Brighton yang baru promosi ke Premier League ingin membangun skuad dengan bermodalkan pemain-pemain muda. Mereka sadar tak akan bisa mendapatkan pemain-pemain bintang karena kalah pamor dari klub-klub top lainnya. 

Gagal Berkembang

Diikat dengan kontrak berdurasi dua setengah tahun, Viktor Gyokeres dituntut untuk memaksimalkan waktu yang ada. Dirinya diminta untuk segera meningkatkan kualitas dan standar permainannya bersama skuad muda Brighton. Karena jika tidak, ia harus menanggung sendiri resikonya. 

Persaingan di Brighton sangat ketat. Gyokeres bukan satu-satunya. Ada puluhan pemain muda lain yang berasal dari Eropa Utara ingin menembus skuad utama dan tampil di Premier League. Gyokeres pun mulai berlatih di skuad Brighton U-23. Di Premier League 2, dirinya tampil cukup baik. Gyokeres selalu menjawab kepercayaan yang diberikan oleh pelatih. 

Namun, lain cerita saat mendapat kesempatan di skuad utama The Seagulls. Gyokeres debut di skuad utama saat menghadapi Southampton di babak kedua Carabao Cup musim 2018/19. Namun, Chris Hughton tidak memainkan Gyokeres di posisi terbaiknya. Ia justru diturunkan sebagai sayap.

Bak roti tanpa ragi, terlalu sering dimainkan di posisi sayap justru membuat Gyokeres tidak berkembang secara maksimal. Dirinya hanya mencatatkan delapan pertandingan di semua kompetisi bersama Brighton. Namun, tak ada satu pun dari penampilannya yang dicatatkan di Premier League. Hughton belum percaya dengan kualitasnya.

Diangkut Coventry

Situasi yang dialami Viktor Gyokeres makin sulit saat Graham Potter dan Dan Ashworth datang pada tahun 2019. Meski mendapat rekomendasi dari aplikasi milik Tony Bloom, Potter tidak menganggap Gyokeres masuk dalam skema permainannya. Alhasil, Ashworth pun diminta untuk mencarikan klub yang mau meminjamnya.

St. Pauli jadi klub pertama yang meminjam Gyokeres. Dirinya mendapat banyak menit bermain di 2.Bundesliga musim 2019/20. Namun, performanya kurang nendang. Lagi-lagi, gara-gara tidak dimainkan sebagai striker.

Potensi yang masih gitu-gitu aja membuat Potter belum puas. Penyerang asal Swedia itu kembali dipinjamkan ke Swansea. Kali ini dengan tujuan agar mudah memantaunya. Namun, hasilnya sama saja. Gyokeres belum bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Brighton pun kembali meminjamkannya ke Coventry. Pelatih Coventry kala itu, Mark Robins merasa bahwa ada potensi dalam diri Gyokeres.

Coventry meminjamnya pada awal tahun 2021. Meski hanya mencetak 3 gol dalam 19 pertandingan, Robins percaya bahwa Gyokeres menyimpan monster yang siap untuk dilepaskan. Brighton yang sudah lelah bersabar pun melepas sang pemain secara permanen ke Coventry tahun 2021. 

Tangan Dingin Mark Robins

Firasat Mark Robins pun terbukti benar saat Coventry menjalani Divisi Championship musim 2021/22. Berbeda dengan manajer-manajer sebelumnya, Robins memainkan Gyokeres sebagai striker nomor 9 dalam skema dua striker.

Karena akan diproyeksikan sebagai striker, Mark Robins menuntut Gyokeres untuk meningkatkan strength, kecepatan, dan massa ototnya di sesi latihan tambahan. Di Coventry, kita bisa melihat perbedaannya. Gyokeres terlihat lebih besar dan kekar ketimbang di Brighton.

Eksperimen yang dilakukan Robbins pun sukses besar. Bersama Coventry, Gyokeres dikenal sebagai penyerang yang cepat, kuat, dan tajam. Setelah menemukan kembali kepercayaan dirinya, hari-hari di Coventry tak ubahnya sebuah panggung pertunjukan bagi Gyokeres. 

Ia mengemas 21 gol dan 10 assist di Divisi Championship musim 2022/23. Sang pemain pun mengantarkan Coventry ke final play off promosi Liga Inggris. Sayangnya, Coventry dikalahkan Luton Town melalui adu penalti.

Kian Cemerlang di Portugal

Gacor bersama Coventry pun membuat dirinya diminati oleh klub-klub papan atas Liga Inggris. Dilansir dari situs Transfermarkt, kala itu, klub-klub macam Leeds United, Wolverhampton, dan Brentford menaruh minat pada Gyokeres. Namun, Gyokeres sedikit trauma dengan klub-klub kasta tertinggi Liga Inggris. 

Ia merasa kalau klub Inggris hanya mau menerima pemain saat sang pemain dalam kondisi terbaiknya. Mereka tidak mau lebih bersabar pada sebuah proses. Sedangkan satu-satunya tawaran dari luar Inggris datang dari Sporting CP. Dan Gyokeres pun tak pikir dua kali untuk mengambilnya.

Saat itu, Sporting belum memiliki striker jempolan. Di musim-musim sebelumnya, tanggung jawab mencetak gol dibagi rata ke pemain sayap. Terakhir kali Sporting memiliki striker bagus adalah tahun 2019 dalam diri Bas Dost. Bersama Sporting, 43 gol dikemas Gyokeres musim 2023/24. Musim debutnya kian sempurna karena diakhiri dengan gelar Liga Portugal dan gelar pemain terbaik Liga Portugal

Diincar Klub Top Eropa

Musim panas 2024 pun jadi musim yang sibuk bagi Gyokeres. Banyak klub yang datang menawarkan kontrak bernilai miliaran euro. Duo klub London, Chelsea dan Arsenal jadi yang terdepan kala itu. Namun, Gyokeres tetap teguh pada pendirian. Dirinya belum mau kembali ke tempat yang banyak memberinya luka.

Memutuskan bertahan di Lisbon terbukti jadi keputusan yang tepat. Gyokeres tetap bisa konsisten mencetak gol. Saat narasi ini ditulis, ia bahkan sudah mencetak 23 gol dari 15 pertandingan. Bisa dibilang, itu jadi yang terbaik di Eropa sejauh ini. Namun, dirinya kurang mendapatkan apresiasi karena hanya bermain di Portugal. 

Dirinya diminta untuk pindah ke kompetisi yang lebih baik untuk mendapat validasi. Lantas, ke mana seharusnya Gyokares berlabuh? ke Barcelona, Arsenal, PSG, atau mengikuti jejak Ruben Amorim ke Manchester United? 

Sumber:

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru