CV-nya Bikin Lawan Merinding?! Sosok Jean-Paul van Gastel, Pelatih Baru PSIM

spot_img

Ada riuh suara tribun yang tak pernah benar-benar padam, meski harapan kerap diremukkan. Di kota yang sarat makna, di bawah langit Yogyakarta yang selalu mudah untuk dirindukan. Satu nama terus bertahan dalam derasnya arus persaingan. Mereka adalah klub kebanggaan masyarakat Mataram, PSIM.

Mereka sempat terjerembab, terpinggirkan, dan nyaris dilupakan dari khasanah sepakbola Indonesia. Tapi, PSIM tak pernah benar-benar binasa. Karena PSIM bukan sekadar klub bola sepak bola. Mereka identitas, urat nadi, doa yang diam-diam terus dipanjatkan dari rumah ke rumah.

Setelah 18 tahun lamanya berjalan di lorong gelap Liga 2, dihantam badai, digoyang kepentingan, digempur kenyataan, PSIM kembali ke habitat aslinya, yakni kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Tapi Liga Utama tak seperti 18 tahun lalu.

Di sana sudah menjadi rimba yang penuh binatang buas. PSIM butuh persiapan, dan mereka tahu itu. Makanya seorang pelatih level Eropa, Jean-Paul van Gastel digaet. Pelatih yang bisa bikin lawan kencing berdiri. Mengapa demikian?

Siapa Jean-Paul Van Gastel?

Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita berkenalan dengan pelatih asal Belanda tersebut. Jean-Paul van Gastel dikenal diam-diam mematikan. Nggak banyak gaya, tapi jejaknya di kancah sepakbola Eropa begitu mempesona. Pria kelahiran Breda, Belanda, 28 April 1972 ini memulai kariernya sebagai gelandang yang dikenal punya visi tajam dan tendangan keras dari lini kedua. 

Nggak heboh seperti bintang-bintang glamor, tapi justru itu yang bikin dia jadi andalan di mana pun dia bermain. Karier profesionalnya dimulai di klub lokal, Willem II, di tahun 1990. Di sinilah dia ditempa sebagai pemain muda yang penuh determinasi. Tapi, karirnya baru benar-benar meledak saat pindah ke Feyenoord pada 1995.

Bareng klub inilah van Gastel mencicipi momen kejayaan. Ia membantu Feyenoord menjuarai Eredivisie 1998/99 dan Piala Super Belanda tahun 2000. Di Feyenoord pula, namanya harum dan dikenal sebagai sosok pekerja keras di lini tengah. Di masa jayanya, dia sempat menarik perhatian klub-klub Italia, bahkan hampir saja pindah ke AS Roma. 

Namun, pada penghujung karirnya sepakbolanya, ia justru pindah ke Ternana pada 2002 dan sempat berseragam Como di tahun berikutnya. Sebelum akhirnya mengakhiri karirnya di Belanda bersama De Graafschap tahun 2003. Tapi van Gastel bukan tipe pemain yang hilang usai pensiun. Dia justru naik level ke dunia kepelatihan.

Asisten Pelatih-Pelatih Top

Karir kepelatihannya pun dimulai dari bawah. Ia memanfaatkan nama besar dan kontribusinya di Feyenoord untuk mendapatkan posisi sebagai pelatih Feyenoord U-19 pada 2007. Jean-Paul van Gastel menjabat sebagai pelatih di Feyenoord muda hingga tahun 2011. Dari situ, ia banyak belajar bagaimana manajemen tim yang baik.

Feyenoord pun memberikan panggung yang lebih besar pada Van Gastel. Momen penting pun datang saat dia masuk ke jajaran kepelatihan tim senior di Feyenoord tahun 2011. Kala itu, ia jadi asisten Ronald Koeman dan kemudian berlanjut saat Giovanni van Bronckhorst naik jabatan menggantikan Koeman yang pergi untuk melatih Southampton tahun 2014.

Nah, dua nama ini nggak main-main. Yang satu merupakan pelatih Timnas Belanda dan pernah melatih tim-tim macam Valencia, Everton, hingga Barcelona, yang satu lagi mantan kapten Arsenal dan berstatus legenda Belanda juga. Di sinilah Van Gastel belajar dari yang terbaik, tapi juga ikut mewarnai kesuksesan mereka.

Setelah musim-musim yang indah di Feyenoord, Van Gastel juga jadi orang kepercayaan Giovanni. Jadi, mau ke mana pun Giovanni pergi, Gastel akan menemani. Contohnya, saat mantan pemain Arsenal itu menukangi Besiktas pada 2024. Giovanni membawa Van Gastel sebagai tangan kanannya. 

Selain pernah jadi asisten Koeman dan Giovanni, Gastel juga pernah membantu pelatih-pelatih lain seperti Fred Rutten dan Jaap Stam. Keduanya mengandalkan Gastel sebagai asisten di Feyenoord. 

Kiprah Sebagai Pelatih

Menjadi tangan kanan pelatih-pelatih top bukan berarti Jean-Paul van Gastel tak pernah menjadi pelatih kepala. Sepanjang karirnya, ia pernah jadi pelatih tim utama di dua klub yang berbeda. Pertama di NAC Breda dan yang kedua di klub asal China, Guangzhou City. Melatih klub yang berasal dari tanah kelahiran barangkali jadi momen yang tak terlupakan.

Sebagai putra daerah, Van Gastel menciptakan sejarah manis bersama Breda yang kala itu masih berkiprah di kasta kedua sepakbola Belanda. Meskipun cuma delapan bulan, mantan pemain Ternana itu berhasil bikin klub itu naik kasta ke Eredivisie pada musim 2023/24 usai absen selama lima musim. 

Prestasi ini bikin nama Gastel mulai diagung-agungkan oleh masyarakat Breda. Nggak cuma pujian dari fans, Van Gastel juga dapat penghargaan dari beberapa media lokal. Bahkan, menurut Nacfans.nl, wali kota Breda ingin mendirikan patung Gastel di tengah kota. Namun, patung itu tak kelihatan batang hidungnya. Karena itu tidak terjadi di Indonesia, mungkin sang wali kota lupa saja, bukan berbohong. 

Sebelum menangani Breda, sebetulnya Gastel sudah lebih dulu jadi pelatih kepala di Guangzhou City. Namun, cuma tujuh bulan. Dan kiprahnya di China tidak begitu istimewa. Dari 33 pertandingan yang dipimpin, Guangzhou cuma menang delapan kali dan kalah 17 kali. Sisanya berakhir imbang. Meski demikian, pengalamannya di Asia ini jadi salah satu pertimbangan PSIM untuk merekrutnya. 

Prestasi Van Gastel

Dilansir Tempo, Manajer PSIM Razzi Taruna mengatakan alasan memilih van Gastel karena rekam jejaknya yang mengesankan di sepak bola Eropa. Razzi mengakui bahwa proses negosiasi untuk mendatangkan pelatih berusia 53 tahun itu berjalan alot karena level pengalamannya yang tinggi. 

Tercatat, Jean-Paul van Gastel memang lebih sering jadi asisten pelatih ketimbang menangani sebuah tim sebagai pelatih kepala. Namun, dirinya juga berperan penting dalam setiap tim yang ia bantu. Seperti misalnya di Feyenoord dan Besiktas. Saat dua klub itu mendulang prestasi, Gastel mungkin tak menjadi sorotan utama. Tapi ia selalu ada di situ.

Saat dirinya menjadi tangan kanan Koeman, Fred, dan Giovanni, Feyenoord kembali ke masa kejayaan. Gastel membantu tim meraih gelar Eredivisie 2016/17 setelah puasa panjang selama 18 tahun. Serta menggondol dua Piala KNVB dan dua Johan Cruyff Shield. Van Gastel bukan cuma pelengkap staf, tapi otak taktik yang ikut membentuk karakter permainan Feyenoord.

Sama halnya ketika menjadi asisten pelatih Giovanni di Besiktas. Meski periode singkat itu penuh dengan turbulensi, Van Gastel tetap membantu Giovanni untuk meraih satu trofi. Gelar tersebut adalah Turkish Super Cup 2024. Meski seluruh trofi itu terdaftar atas nama klub dan pelatih utama, Gastel tetap jadi bagian staff yang dicap sukses.

Selain meraih beberapa gelar, Gastel juga berkesempatan untuk menangani beberapa pemain bintang selama karir kepelatihannya. Seperti di Feyenoord misalnya, ia sempat melatih pemain-pemain kaliber Stefan de Vrij, Graziano Pelle, hingga sang legenda, Dirk Kuyt. Sedangkan di Besiktas, Gastel pernah bekerjasama dengan Alex Oxlade-Chamberlain dan Ciro immobile.

Bagaimana Gaya Bermainnya?

Lantas, bagaimana gaya melatihnya? Kiprahnya di China barangkali bisa jadi tolok ukur untuk ukuran sepakbola Asia. Meski tidak mempersembahkan trofi, Van Gastel sukses membentuk Guangzhou City sebagai tim yang bermain menyerang. Van Gastel juga tipe pelatih yang gemar memberi banyak menit bermain untuk talenta muda. 

Itu adalah sebuah pencapaian yang cukup unik di Chinese Super League yang kala itu penuh pelatih dan pemain mahal serta pressure yang tinggi. Secara permainan, Van Gastel mengusung sepakbola modern yang rapi dan terstruktur. 

Ia mengusung sepak bola menyerang yang berbasis pada penguasaan bola, intensitas, dan fleksibilitas formasi. Bisa 4-2-3-1 atau 4-3-3. Jika ditanya cocok atau tidak dengan kondisi PSIM sekarang, mungkin agak terlalu dini untuk menyimpulkan. 

Patut dinanti, apakah Van Gastel mampu berbicara banyak di sepakbola Indonesia atau tidak. Sebab, musim depan Gastel tak sendirian. Ia akan bersaing dengan pelatih asal Belanda lainnya, yakni Jan Olde Riekerink di Dewa United dan Johnny Jansen di Bali United.

Sumber: Nac Fans, CNN, Tempo, Detik

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru