Dari klub medioker hingga klub raksasa sekalipun, tak ada yang bisa menjamin bahwa mereka bisa terbebas dari berbagai masalah finansial. Terlebih, pasca Covid-19, banyak tim yang harus bergelut dengan masalah finansial. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang harus gulung tikar alias bangkrut. Itulah yang dialami oleh klub Italia, Chievo Verona tahun 2021 kemarin.
Namun, beberapa hari yang lalu muncul kabar yang menggemparkan Italia. Klub berjuluk The Flying Donkeys resmi kembali hidup. Mereka akan mulai berkompetisi lagi musim 2024/25. Kabarnya, Sergio Pellissier jadi sosok yang membidani lahirnya Chievo Verona.
Tapi, bagaimana Pellissier melakukannya? Sebelum menjawab pertanyaan itu, baiknya kalian klik tombol subscribe dan nyalakan lonceng agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.
Daftar Isi
Kilas Balik Era Keemasan
Sebelumnya, kalian pada tahu nggak sih tentang Chievo Verona? Jika belum, mari kita mundur kebelakang untuk mengingat masa-masa keemasan klub yang berjuluk The Flying Donkeys ini. Di awal tahun 2000-an, nama Chievo Verona lebih tenar dari Hellas Verona. Apalagi di Indonesia.
Nostalgia Chievo Verona 2001 asuhan Luigi Del Neri.
Siapa nama favorit lo?
Cristiano Lupatelli
Salvatore Lana
Christian Manfredini
Eugenio Corini
Atau Bernardo Corradi? pic.twitter.com/UoD1O3VZkl— Podcast Retropus (@podcastretropus) August 23, 2021
Klub yang identik dengan warna kuning-kuning dengan aksen biru itu pertama kali naik kasta ke Serie A pada musim 2001/02. Di musim tersebut sebetulnya Chievo tak langsung mendapat sanjungan dari para penikmat olahraga nomor satu itu. Mereka bahkan sempat diremehkan dan dianggap “paling cuma lewat” di Serie A.
Hinaannya pun nggak tanggung-tanggung. Chievo Verona bahkan sudah diprediksi terdegradasi pada akhir musim, meski peluit kick off pertandingan pembuka belum dibunyikan. Namun, Chievo membuktikan diri dengan prestasi. Secara mengejutkan, diprediksi cuma numpang lewat, Chievo justru tampil memikat.
Dengan koordinasi kuartet bek mereka yang rapi dalam membuat jebakan offside, Chievo menyulitkan lawannya. Di bawah asuhan Luigi Delneri, Chievo pun menuntaskan musim 2001/02 dengan finis di urutan kelima. Menariknya, Chievo asuhan Delneri hanya mengantongi enam kekalahan saja dari 38 pertandingan.
Selain musim debut yang mengesankan. Chievo Verona juga mempunyai kisah yang tak kalah menarik yang tercatat rapi di buku sejarah klub. Kisah tersebut adalah keberhasilan Chievo untuk menembus Liga Champions musim 2006/07. Sayangnya, warga Verona mulai berhenti tersenyum ketika Chievo kembali terdegradasi ke Serie B pada musim 2018/19.
Bangkrut!
Sejak saat itu, Chievo tak mampu bangkit dari keterpurukan. Semakin memprihatinkan karena Chievo bergulat dengan masalah finansial yang semakin hari makin parah. Permasalahan itu bahkan membawa Chievo menuju lembah kehancuran.
Seperti yang diwartakan oleh Goal, pada Juli 2021, Chievo Verona terpaksa harus ditendang dari Serie B. Itu karena mereka memiliki pengelolaan keuangan yang buruk. Pasca Covid-19, tagihan yang tak terbayar mulai bermunculan. Mereka bahkan tidak dapat membuktikan kelayakan finansialnya imbas dari tunggakan pembayaran pajak.
Chievo Verona yang kala itu masih dimiliki oleh Luca Campedelli berpendapat bahwa ada kesepakatan selama pandemi Covid-19 yang memungkinkan mereka untuk membayar tunggakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Namun, setelah tiga kali banding yang gagal, federasi sepakbola Italia mengambil keputusan untuk melarang Chievo berlaga di Serie B musim 2021/22.
Penderitaan Chievo tak berhenti. Setelah kalah banding, Chievo juga dinyatakan bangkrut dan harus memulai semuanya dari awal, yakni Serie D. Tapi mereka belum keluar dari masalah keuangan yang tak kunjung menemukan cara penyelesaiannya. Tak disebutkan nominal pajak yang harus dibayar, tetapi sepertinya sangat tinggi.
Sergio Pellissier Menolak Menyerah
Chievo setidaknya diberi waktu hingga Agustus 2021 untuk melunasi pajak tersebut. Itu menjadi syarat mutlak jika Chievo ingin mendapatkan surat izin untuk berkompetisi di Serie D. Dengan waktu yang singkat, semua cara pun ditempuh. Sang legenda klub sekaligus mantan kapten Chievo, Sergio Pellissier sampai turun tangan untuk mencari investor baru.
RAGAZZI, FERMI TUTTI.
Ma che fine ha fatto Sergio Pellissier?
L’uomo che ci coccolava nei migliori pisolini domenicali durante le partite alle 15 su Mediaset Premium, in cui sapevi finissero tutte con il suo solito eurogol, che avrebbero studiato in Fisica nelle università. pic.twitter.com/wlM0uokclo
— ⚪⚫🦓 – Te ne intendi di ippica? (@JacomoJuventi) March 20, 2024
Sergio sendiri merupakan sosok yang dihormati publik Chievo. Klub yang berbasis di Kota Verona itu memang banyak melahirkan bintang lapangan. Sebut saja seperti Andrea Barzagli, Simone Perrotta, hingga Francesco Acerbi. Namun, nama-nama itu tak lebih besar dari seorang Sergio Pellissier.
Dia adalah ikon dari klub ini. 19 tahun karirnya dihabiskan bersama Chievo. Pellissier adalah pemegang rekor penampilan dan pencetak gol terbanyak klub sepanjang masa dengan rincian 189 gol dari 517 penampilan.
Untuk urusan sepakbola dan menjaga nama baik tim di lapangan mungkin dia jagonya. Tapi soal mencari investor? Itu lain cerita. Masalahnya, Sergio Pellissier terhitung masih pemula di dunia bisnis sepakbola. Dia baru dua tahun jadi direktur teknik Chievo.
Dalam waktu yang tak lebih dari dua bulan, Pellissier wajib mendapat investor yang mau mengakuisisi klub, membayar hutang klub, dan tentu saja mau menghidupi klub dari nol. Sayangnya, usaha Sergio tak membuahkan hasil. Pada 21 Agustus 2021, Chievo pun resmi dibubarkan.
Lahirlah FC Clivense
Sergio Pellissier yang marah dan kecewa lantaran tak bisa berbuat banyak untuk klub yang telah membesarkan namanya itu akhirnya menemui para fans. Perasaan yang kurang lebih sama juga tergambar dari raut wajah mereka. Lalu, ada suara lirih yang memecah keheningan. Salah satu fans bertanya, “lantas untuk apa kita ada di sini?”
⚪️🔵 PARTITA INIZIATA ⚪️🔵
𝗙.𝗖. 𝗖𝗟𝗜𝗩𝗘𝗡𝗦𝗘 𝘃𝘀 𝗖𝗔𝗟𝗖𝗜𝗢 𝗕𝗥𝗨𝗦𝗔𝗣𝗢𝗥𝗧𝗢
Serie D || Girone B || 36ª Giornata#forzaclive#fcclivense#seried pic.twitter.com/ZXfgXdES4a
— Fc Clivense (@FcClivense) April 21, 2024
Pertanyaan itu menancap di kepala Sergio. Karena tidak mungkin jika fans Chievo menyebrang ke Hellas hanya demi menyalurkan gairah sepakbola. Akhirnya, sang legenda yang gagal menemukan investor pun memilih jalur yang sedikit ekstrim. Ia mendirikan klub baru untuk menampung para penggemar.
Awalnya, klub tersebut bernama FC Chievo 2021. Dengan nama yang sama, maka fans tetap bisa meneriakan nama “Chievo” ketika menonton klub tersebut. Mereka pun akhirnya berlaga di Terza Categoria, level terendah sepakbola amatir di Italia mulai musim 2021/22.
Namun, langkah itu ternyata menimbulkan masalah. Presiden Chievo yang dulu, yakni Luca Campedelli merasa tak senang dengan sikap sang legenda. Ia merasa Sergio telah lancang menggunakan nama “Chievo” untuk kepentingan pribadi. Daripada ribet, nama klub pun akhirnya diganti menjadi FC Clivense.
Sergio Pellissier vs Luca Campedelli
Meski Sergio Pellissier sudah mengalah, Luca Campedelli ternyata belum puas. Dengan liciknya, ia justru menyusun rencana untuk menjatuhkan Sergio. Seperti yang diberitakan oleh Il Gazzettino, Luca Campedelli memutuskan untuk melancarkan perlawanan hukum melawan FIGC, FC Clivense serta Sergio Pellissier.
Pengusaha asal Italia itu mempermasalahkan pengecualian yang melanggar hukum dan pelanggaran hak kekayaan industri yang berkaitan dengan merek dagang olahraga atas nama Chievo. Pria yang kini berusia 55 tahun itu mengklaim telah menanggung kerugian sekitar 140 juta euro saat Sergio memakai nama Chievo.
Pengadilan kasasi telah memutuskan bahwa proses terhadap FIGC akan dipindahkan ke Pengadilan Administratif Regional (TAR), sementara proses terhadap FC Clivense dan Sergio Pellissier akan dilanjutkan di pengadilan lokal Venezia. Jelas gugatan ini menjadi sorotan media Italia.
Pellissier Menang
Pada akhir 2023, pengadilan memutuskan untuk melelang merk dagang Chievo Verona hingga 10 Mei 2024. Lelang terbagi menjadi tiga babak. Tapi, di babak pertama dan kedua tak ada yang menawar. Pellissier baru melayangkan tawaran di angka 100 ribu euro pada babak ketiga.
CHIEVO IS BACK! 🔥
Inilah momen saat Sergio Pellisier merayakan kembalinya nama Chievo Verona, dimana ia memenangkan lelang akuisisi merk dgn nilai €330,000.
FC Clivense akan kembali berubah nama menjadi Chievo Verona di pentas Serie D! 💛pic.twitter.com/aXXz45RLre
— MEDIO CLUB ID (@medioclubID) May 11, 2024
Setelah berbulan-bulan tak ada yang menawar, manajer salah satu klub Serie D, yakni Vigasio Verona memutuskan untuk berpartisipasi pada awal tahun 2024. Ternyata, orang di balik Vigasio adalah Campadelli. Ia berstatus sebagai presiden kehormatan di klub yang baru promosi ke Serie D tersebut.
Menjelang deadline lelang, Pellissier dan Campadelli melakukan pertemuan selama tiga jam untuk merampungkan lelang. Pellissier tak sendirian. Ia ditemani oleh puluhan fans Chievo Verona yang menunggu hasil di luar gedung. Setelah diskusi panjang, warisan identitas Chievo akhirnya jatuh ke tangan Sergio Pellissier.
Menurut Gazzetta.it, pria berpaspor Italia itu sampai merogoh kocek sekitar 330 ribu euro untuk mengamankan merk dagang Chievo Verona. Kemenangan ini pun langsung dirayakan di luar gedung lelang. Video yang menampilkan Pellissier bersorak kegirangan bersama sejumlah fans pun tersebar luas di media sosial.
Ketika ditanya apakah Clivense akan berganti nama menjadi Chievo mulai musim depan, Pellissier belum memutuskan. Ia merasa masih memiliki banyak waktu untuk merayakan pencapaian ini. Ia menambahkan, “Urusan pemilihan nama, warna, dan jersey akan dibicarakan bersama dengan manajemen dan fans. Sebab, nantinya klub ini akan menjadi milik mereka.”
https://youtu.be/bckl4MlldNM
Sumber: Gazzetta.it, Eurosport, Goal, Football Italia