Cetak Sejarah! Atalanta ke Final Kompetisi Eropa Setelah 117 Tahun

spot_img

Berjalan-jalan ke Kota Bergamo, Italia, ada sebuah klub yang sering diejek dengan sebutan “Inter KW”. Ya, klub itu adalah Atalanta. Harap maklum, memang pada kenyataannya secara kondisi dan materi, Atalanta hanyalah klub yang sederhana.

Meski sederhana, musim ini prestasi La Dea di Eropa jauh lebih harum daripada Inter. Secara mengejutkan Atalanta akan bermain di final Liga Eropa musim. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh Liverpool.

Bagaimana mereka melakukannya? Sebelum memulai pembahasan, baiknya subscribe dan nyalakan loncengnya dulu agar tak ketinggalan konten menarik dari Starting Eleven Story.

Kejutan

Siapa menyangka, Atalanta, klub yang tak banyak dibahas performanya musim ini mampu tampil menggila. Klub ini memang sering naik turun performanya. Oleh sebab itu mereka sering luput dari sorotan media.

Tapi kalau tiba-tiba capai dua final sekaligus musim ini, siapa yang tak terkejut coba? Ya, Atalanta musim ini mencapai final di Coppa Italia dan Europa League. Pencapaian ini penuh sejarah bagi mereka.

Sejak berdirinya klub tahun 1907, baru pertama kali ini La Dea mencapai dua final sekaligus dalam satu musim. Ditambah, final Europa League musim ini adalah final kompetisi Eropa pertama mereka.

Kalau jadi fans Atalanta, betapa gembiranya mereka saat ini. Klub kebanggaannya yang selalu dihina sebagai “Inter KW” ini, bisa berprestasi melebihi klub-klub Serie A lainnya. Perkara jadi juara atau tidak, itu mah urusan belakangan.

Kondisi Atalanta

Kebanggaan publik Bergamo atas pencapaian Atalanta bukan hanya karena mencapai final semata. Melainkan cara untuk mencapainya yang tak mudah. Tahu sendiri, klub berjersey biru hitam tersebut bukanlah tim unggulan.

Atalanta hanyalah klub medioker. Mereka juga tak bergelimang harta. Namun, pandai mengelola keuangannya. Berkat pengelolaan keuangannya tersebut, sampai-sampai Atalanta di awal musim ini dinobatkan sebagai klub di Italia yang paling sehat secara keuangan selama delapan musim terakhir. Kok bisa?

Menurut Calcio e Finanza, selama delapan musim beruntun, Atalanta berhasil membukukan keuntungan menjanjikan. Mereka menutup musim lalu dengan untung sebesar 5,6 juta Euro.

Jual Beli Pemain

Kunci sukses mereka meraup untung tiap musimnya adalah menghasilkan talenta-talenta muda terbaik tiap musimnya, lalu menjualnya dengan keuntungan besar.

Di musim ini misalnya, mereka mengawali musim dengan kehilangan beberapa pilarnya seperti Ruslan Malinowski, Jeremie Boga, Joachim Maehle, Duvan Zapata, hingga Rasmus Hojlund.

Dengan penjualan pemain tersebut, La Dea sebenarnya mendapatkan banyak pundi-pundi uang untuk melakukan belanja pemain. Namun, alih-alih mendatangkan pemain mahal, La Dea malah hanya mendatangkan beberapa pemain buangan tim lain.

Mereka membeli pemain buangan West Ham, Gianluca Scamacca, dan hanya meminjam pemain yang tak terpakai di Milan, Charles De Keteleare. Sisanya, mereka hanya membeli pemain macam El Bilal Traore dan Mitchell Bakker. Pembelian La Dea musim ini tak sampai 70 juta euro. Padahal pemasukan mereka dari jual pemain saja hampir mencapai 150 juta euro. Cerdas bukan?

Gasperini Si Pembuat Sejarah

Meski diremehkan dengan materi skuad tersebut, Atalanta menjawabnya dengan performa yang gemilang. Seperti yang sudah-sudah, di bawah arahan Gian Piero Gasperini, Atalanta bermain atraktif serta menghibur.

Allenatore berambut putih ini adalah ikon bagi Atalanta. Pelatih yang membuat La Dea jadi kekuatan yang dipandang di Eropa sejak ditanganinya 2016 silam. Ya, bisa dikatakan pelatih berusia 66 tahun tersebut adalah “si pembuat sejarah” bagi Atalanta.

Di musim pertamanya, ia bahkan sudah m membawa Atalanta ke kompetisi Europa League. Lalu di musim 2019/20, ia juga menciptakan sejarah lagi dengan membawa La Dea mentas di UCL untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub. Fantastis bukan?

Tak hanya mencatat sejarah, namun Gasperini telah memberikan sebuah identitas permainan di Atalanta. Sepak bola ofensif yang diusungnya dengan formasi tiga bek, menjadi ciri khas tersendiri. Dengan identitas tersebut, ia mampu mengubah La Dea menjadi tim produktif yang menyenangkan untuk ditonton.

Kemenangan Melawan Liverpool

Mempertahankan Gasperini sejak 2016 adalah keputusan yang tepat dari pemilik Atalanta. Hal itu semata-mata dilakukan guna menjaga kesinambungan identitas permainan tim di bawah Gasperini. Lihat saja, meski pemainnya berganti, gaya permainan mereka tetaplah sama.

Namun, Gasperini berambisi membuat lini serang Atalanta jauh lebih tajam. Malahan, mengutip Football Italia, Gasperini tak ingin main-main memperagakan permainan ofensifnya. Salah satu bentuknya adalah menempatkan empat pemain di lini depan.

Cara itu dipakai ketika Atalanta menghabisi Liverpool. Gasperini memasang Koopmeiners, Pasalic, De Keteleare, dan Scamacca ketika Atalanta bertamu ke Anfield. Lihatlah! Gasperini bahkan berani lebih banyak memasang pemain di lini depan saat bertandang ke stadion yang konon angker itu!

Strategi ini ternyata berhasil. Dengan menempatkan lebih banyak pemain di depan, Liverpool dibuat mati gaya. Atalanta yang semula dikira bakal dibombardir oleh Mo Salah CS, justru yang terjadi sebaliknya. Pertahanan The Reds yang malah diobrak-abrik oleh pemain buangan seperti Scamacca.

Kemenangan melawan Liverpool mengubah mentalitas pasukan La Dea di Europa League. Gasperini mengatakan bahwa menyingkirkan Liverpool adalah titik balik kebangkitan bagi klubnya.

Hajar Marseille

Menang lawan Liverpool, bukan berarti La Dea dijagokan menuju final. Performa mereka di semifinal sempat diragukan. Seperti saat leg pertama kala berjumpa Marseille. Banyak yang meyakini bahwa Marseille-lah yang lebih pantas ke final.

Meski tak diunggulkan ke final, tapi Atalanta tetap berjuang. Bermain di Atleti Azzurri d’Italia, La Dea kembali seperti kodratnya yakni berani bermain menyerang sejak awal laga. Mereka tak ada takut-takutnya.

Bagi Gasperini setiap laga hanya ada hidup dan mati. Kalau mau menang, ya menyerang. Kalah urusan belakangan. Hal itulah yang selalu ditanamkan oleh Gasperini pada pasukannya. Hasilnya, gempuran tak kenal lelah La Dea dengan 18 tembakan membuat Marseille akhirnya kalah tiga gol tanpa balas.

Dua Final

Mencapai final di Europa League dan Coppa Italia merupakan prestasi yang mengejutkan. Pencapaian dua final Atalanta musim ini, bahkan tak disangka oleh pemilik mereka sendiri, Antonio Percassi. Keluarga Percassi padahal selalu menekankan tiap musimnya, bahwa target Atalanta hanyalah bertahan di Serie A.

Dengan pencapaian bersejarah ini, bahkan keluarga Percassi langsung ingin berikan kontrak baru bagi Gasperini. Mengingat, kontrak pelatih beruban tersebut akan habis tahun 2025 mendatang. Percassi yakin dengan Gasperini, Atalanta akan tetap terus berkembang.

Hadapi Leverkusen

Namun dengan pencapaian dua final tersebut, perjuangan belum selesai. Masih ada dua laga krusial bagi La Dea untuk mengakhiri musim dengan trofi. Bayangkan, terakhir kali Atalanta meraih trofi adalah tahun 2011. Itu pun trofi Serie B. Dan kini akan meraih trofi lagi.

Akan tetapi, perjalanan La Dea mengakhiri musim dengan trofi tidak akan mudah. Di Coppa Italia, Juventus menanti. Sementara juara Bundesliga yang belum terkalahkan dalam 49 laga akan menjadi lawan berat mereka di final Liga Eropa. Gasperini mengingatkan pada anak asuhnya untuk tetap berjuang sampai titik darah penghabisan.

Menarik untuk dinantikan, dua tim dengan permainan menyerang akan saling bersua. Lalu dua pelatih beda generasi, akan saling beradu taktik demi trofi yang sudah lama diidam-idamkan. Andaikan saja terjadi plot twist, justru Atalanta tidak hanya menjuarai Liga Eropa, tapi bisa jadi juga akan menjadi aktor antagonis yang akan memutus rekor invincible Leverkusen. Apa nggak sakit hati tuh Leverkusen?

Sumber Referensi : footballitalia, flashscore, theguardian, footballitalia, breakingthelines, transfermarkt, footballitalia

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru