Sebelum musim bergulir, Tottenham Hotspur dianggap sebelah mata. Hanya menunjuk pelatih dari Australia, Ange Postecoglou setelah serangkaian pemecatan pelatih kaliber Antonio Conte sampai Cristian Stellini, terpuruk di posisi delapan, dan kehilangan mesin golnya, Harry Kane.
Dilansir Marca, pihak The Bavarians mesti menyetor 100 juta euro (Rp1,6 triliun) agar Harry Kane mengemasi kopernya. Nah, dengan hilangnya Harry Kane dari skuad Spurs ditambah kehadiran pelatih yang kering pengalaman di Liga Inggris, Spurs di awal layak untuk diragukan.
Tatapan mereka untuk musim baru tidaklah meyakinkan. Apalagi dengan perginya Harry Kane, Tottenham tidak punya striker murni nomor “9”. Di saat tim-tim raksasa lainnya punya, seperti Manchester City, Manchester United, sampai Liverpool punya itu.
Daftar Isi
Tanpa Kane Malah Gacor
Namun, justru Tottenham Hotspur tampil luar biasa di awal musim ini. Siapa bisa menyangka, kalau tim yang disebut “Spursy” itu memuncaki klasemen Liga Inggris jelang jeda internasional Bulan Oktober. Ya, Liga Inggris, bukan Liga Championship apalagi League Two. Bisa dipastikan kuping anda sedang tidak bermasalah.
The Lilywhites belum sekali pun terkalahkan sampai jeda internasional. Enam kali memetik kemenangan dan hanya dua kali meraih hasil imbang. Pencapaian luar biasa Spurs musim ini menjadi antitesis tim ini sendiri. Sebab Spurs sebelumnya terkenal sebagai tim yang sangat jarang duduk di puncak klasemen.
Kehilangan Harry Kane nyatanya tidak berefek negatif pada Tottenham. Alih-alih kekeringan gol, justru The Lilywhites masih produktif mencetak gol. Dari delapan pertandingan di Liga Primer Inggris, pasukan Ange Postecoglou telah mengemas 18 gol. Mengungguli Arsenal, Manchester City, dan Manchester United.
Tottenham Hotspur’s 147 Foreign Premier League Players 1992-93 to 2023-24 after 1-0 away win against Luton Town#COYS #THFC #LTFC #Hattershttps://t.co/cREqPmigB0 pic.twitter.com/2s84uoctUs
— Soccer Facts (@Soccer_Stats) October 7, 2023
Meskipun masih kalah banyak dari torehan gol Aston Villa, Brighton, dan Newcastle. Spurs juga baru kebobolan delapan gol saja. Yah, memang jumlah kebobolan itu lebih banyak dari Manchester City, Arsenal, bahkan Crystal Palace dan Chelsea. Setidaknya duduk di peringkat tertinggi sebelum jeda internasional adalah kejutan bagi Spurs.
Alan Shearer bahkan menyebutnya “kejutan besar”. Legenda Newcastle United itu tidak salah. Dengan memuncaki klasemen, ini menjadi awal musim terbaik Tottenham Hotspur sejak 1980.
Harry Kane Belum Memuncaki Klasemen
Saat Spurs makin jago tanpa Harry Kane, sang pemain justru merasakan kesulitan pertama di Bayern Munchen. Pasukan Thomas Tuchel sampai jeda internasional belum memuncaki klasemen. Sejauh ini Die Roten baru mengumpulkan 17 poin hasil dari lima kali menang dan dua seri dalam tujuh pertandingan Bundesliga.
The Bavarians duduk di peringkat ketiga. Bayern Munchen terpaut satu poin dari VfB Stuttgart yang secara mengejutkan duduk di posisi kedua. Lalu, Serge Gnabry dan kolega terpaut dua poin dari si pemuncak klasemen sementara, Bayer Leverkusen.
• Spurs di puncak klasemen Premier League
— Extra Time Indonesia (@idextratime) October 9, 2023
• Bayern gagal memuncaki klasemen Bundesliga
Ternyata selama ini Harry Kane yang bawa sial? 🫢 pic.twitter.com/YsfTWf1cZc
Tidak hanya belum memuncaki klasemen, Kane juga masih seret mencetak gol. Betul bahwa ia sudah mencetak delapan gol di Bundesliga. Namun, perolehan gol itu belum bisa membuatnya memimpin perolehan gol sementara di Liga Jerman. Kane masih kalah dari bomber Stuttgart, Sehrou Guirassy yang mengumpulkan 13 gol.
Posisi Harry Kane sebagai pencetak gol terbanyak juga masih diancam pemain lain. Seperti Jonas Wind dari Wolfsburg sudah mengemas tujuh gol dan Victor Boniface, punggawa Bayer Leverkusen yang sudah memborong tujuh gol sampai jeda internasional.
Jangan-Jangan Penyakitnya Spurs Ada di Kane?
Dengan Tottenham Hotspur yang makin jago, sedangkan Harry Kane malah belum berhasil membantu Bayern Munchen memuncaki klasemen, timbul pertanyaan. Jangan-jangan Tottenham Hotspur kerap tampil buruk itu karena keberadaan Harry Kane. Apakah mungkin penyakitnya Spurs itu ada di Kane, sehingga ketika dia pergi, Spurs bisa tampil bagus?
Tottenham Hotspur tanpa Kane sering kali menjadi perbincangan. Bahkan sejak striker Timnas Inggris itu belum dibeli klub lain. Asumsi bahwa Spurs akan tampil lebih baik tanpa Kane sering mencuat saat sang pemain masih memperkuat tim. Misalnya, pada musim 2021/22 silam.
Pada waktu itu, di awal September 2021, Spurs menduduki puncak klasemen, tapi tidak sering memainkan Harry Kane. Namun, ketika Harry Kane mulai sering dimainkan, performa Spurs meleyot. Hal itu diamini oleh mantan pemain Tottenham Hotspur, Jamie O’Hara.
Saat diwawancarai di talkSPORT sebagaimana dikutip Sportbible, O’hara mengatakan bahwa ia menikmati permainan Tottenham Hotspur tanpa Harry Kane. Namun, itu sulit untuk dipahami karena Harry Kane adalah “Tuan Tottenham”. Ia adalah pemain hebat dan pendapat yang mengatakan kalau Tottenham tanpa Kane akan lebih bagus agaknya sulit diterima.
“Saya merasa dia (Harry Kane) sedikit memperlambat segalanya bagi kami,” kata O’hara dikutip Sportbible.
Ketiadaan Harry Kane Membuka Kesempatan Pemain Lain
Maju pada musim 2023/24, legenda Newcastle dan kini kolumnis BBC, Alan Shearer berpendapat bahwa kepergian Harry Kane sebetulnya membuka kesempatan bagi pemain menyerang lainnya. Walaupun Shearer tidak bisa menampik bahwa dalam satu situasi Tottenham bisa saja merindukan Harry Kane.
Memang, Kane adalah mesin gol Tottenham Hotspur. Nyaris semua gol Spurs berasal dari Harry Kane. Betapapun buruknya penampilan The Lilywhites, Kane tetap masuk ke jajaran top skor. Misalnya musim lalu. Tottenham memang hanya mengakhiri musim tanpa tiket kompetisi Eropa, tapi Harry Kane sanggup mengemas 30 gol dan jadi top skor kedua musim lalu.
Namun demikian, bukan berarti tanpa Harry Kane, Spurs tidak bisa mencetak gol. Justru peluang bagi pemain lain seperti James Maddison, Son Heung-min, Pape Matar Sar, sampai Micky Van de Ven buat cetak gol makin terbuka. Itulah poin yang ditekankan Alan Shearer.
Tottenham hotspur having doing better without harry kane but with James Maddison who’s better than caicedo and mudryk of Chelsea .
— M🅾️bolaji 🅰️bdul (@Bolaji0496) October 7, 2023
Nice pic.twitter.com/ehFdmNvlgR
Bagaimana Spurs Bermain Tanpa Kane?
Perkataan Alan Shearer itu terbukti. Tottenham bisa bermain tanpa Harry Kane. Bahkan lebih jauh lagi, Spurs bisa bermain tanpa striker nomor “9”. Tak ada rasa cemas yang muncul dari Ange Postecoglou kala Spurs melepas Harry Kane. Eks pelatih Yokohama F. Marinos itu bahkan berani menjamin kalau Spurs bisa tetap gagah tanpa Kane.
Alih-alih segera mencari pengganti yang sepadan, Spurs justru tidak merekrut penyerang tengah yang setipe dengan Kane. The Lilywhite malah mendatangkan pemain muda Alejo Veliz dari Rosario Central yang berposisi sebagai striker tengah. Sisanya, pemain seperti Brennan Johnson dan Manor Solomon bukanlah striker murni.
🇦🇷🔝Alejo Véliz en el entrenamiento del Tottenham. pic.twitter.com/VOgJW4XFaa
— Rincón Futbolero (@RinconFutboIero) October 6, 2023
Untuk mengisi pos yang ditinggalkan Kane, Postecoglou sering menaruh Richarlison atau Son Heung-min di sana. Pemain Brasil itu dipakai sebagai target man. Walaupun tidak cukup berhasil karena Richarlison hanya mencatatkan rata-rata 1,84 tembakan per 90 menit.
Kadang pemain Korea Selatan yang ditaruh di posisi itu. Nalurinya dalam mencetak gol membantu Spurs yang tidak punya striker. Son punya rata-rata tembakan lebih baik dari Richarlison, yakni 2,61 per 90 menit. Namun, kalau Son ditaruh sebagai striker, Tottenham cukup sulit untuk masuk ke area berbahaya lawan.
Nah, untuk itulah Postecoglou menemukan solusinya dengan bermain kolektif. Memperkuat lini tengah dengan memakai dua inverted full back. Walau sulit dimengerti, tapi taktik dua inverted full back khas Postecoglou berjalan dengan sangat baik di Tottenham Hotspur.
Lini tengah yang digalang Maddison, Pape Matar Sarr, dan Yves Bissouma terlihat sangat solid. Belum lagi dua full back: Destiny Udogie dan Pedro Porro yang sering bergerak ke tengah.
Can Pedro Porro and Destiny Udogie reach the levels of Kyle Walker and Danny Rose of 2016/17 season?#COYS #THFC #Spurs pic.twitter.com/ZJaWvHOFtC
— Harsha (@Harsha111000) October 12, 2023
Bisa Ciptakan Peluang
Permainan semacam itulah yang membuat Spurs masih tajam. Kendati tanpa penyerang, Tottenham sejauh ini menjadi tim yang paling banyak menciptakan peluang ketiga di Liga Inggris, yakni 77 peluang. Spurs juga menjadi tim yang paling sering menciptakan rata-rata tembakan ke gawang per pertandingan tertinggi di Liga Inggris, yaitu 7.
Angka itu lebih tinggi dari Brighton (6,8) dan Manchester City (6,8). Menurut Fotmob, Tottenham Hotspur juga menjadi tim ketiga di Liga Inggris yang paling sering menguasai bola di sepertiga akhir pertahanan lawan, yaitu 7,3 per 90 menit. Lebih sedikit dari Manchester United (7,8) dan Chelsea (7,5). Pencetak gol Spurs juga beragam tanpa Harry Kane.
Selain Son Heung-min; James Maddison, Cristian Romero, dan Dejan Kulusevski telah mencetak lebih dari satu gol dalam delapan pertandingan di Premier League. Akhirul kalam, kalau menurut football lovers, Tottenham Hotspur beneran makin jago tanpa Harry Kane atau tidak, ya?
Sumber: Sportbible, TheAthletic, LastWordSports, DailyMail, FoxSportAu, BBC, CBSSPorts, FotMob