Bakal Mubazir? Bisa-Bisanya MU Habiskan Rp1 Triliun Demi Rasmus Hojlund

spot_img

Malam sebelum Barcelona menggilas Real Madrid di sebuah laga persahabatan, jurnalis transfer kesayangan kita, Fabrizio Romano mengabarkan kalau Manchester United akhirnya menjalin kesepakatan dengan Atalanta untuk merekrut Rasmus Hojlund.

Menurut Fabrizio Romano, United membeli Hojlund seharga 70 juta euro atau sekitar Rp1,1 triliun belum termasuk add-on. Namun, menurut surat kabar The Athletic, Manchester United memboyong Rasmus Hojlund seharga 75 juta euro (RP1,2 triliun) plus 10 juta euro (166 miliar) dalam bentuk bonus performa.

Dengan kata lain, kalau merujuk pada laporan The Athletic, Hojlund dihargai oleh MU senilai 85 juta euro atau sekitar Rp1,4 triliun! Angka yang bagi banyak orang sangat tinggi. Kok bisa Manchester United membayar Hojlund sebanyak itu? Apa nggak takut kalau suatu saat bakal flop?

Mengapa Hojlund Mahal?

Pasar transfer pemain depan, entah itu penyerang maupun sayap acap kali memang mahal. Untuk Hojlund saja, Atalanta bahkan sempat melabeli pemain ini 100 juta euro atau sekira Rp1,6 triliun. Harga yang tentu saja tidak masuk akal. Untungnya MU tidak terburu-buru untuk membelinya.

Aji mumpung, karena yang mau adalah MU, Atalanta menginginkan 75 juta euro untuk Hojlund. Titik. Tidak boleh kurang. Akhirnya Manchester United pun memenuhi tawaran itu. Meski melalui negosiasi yang cukup alot. Tapi kenapa Hojlund bisa semahal itu?

Di samping ia adalah seorang pemain depan alias striker, Atalanta sebagai pemilik Hojlund berhak melabeli harga semau mereka. Label harga ini tidak ada kaitannya dengan performa pemain. Sama seperti MU melabeli Scott McTominay dan Harry Maguire dengan harga tinggi.

Ini juga tidak ada kaitannya dengan apakah Hojlund komoditas terpanas atau bukan. Toh, pemain Denmark ini tidak ada yang serius meminati. Selain Manchester United, cuma Paris Saint-Germain yang kabarnya pernah meminati Hojlund. Lagi pula kontrak Hojlund di Atalanta baru akan habis 30 Juni 2027 mendatang.

Selain itu, Atalanta juga sedang tidak butuh-butuh amat duit. Jadi, dengan kontrak yang baru akan habis sekitar tiga musim lagi, Atalanta tidak mau rugi kehilangan Hojlund dengan harga yang kurang tinggi.

Mengapa MU Beli Hojlund?

Lantas, apa yang membuat MU akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Rasmus Hojlund? Alasan utamanya adalah karena Setan Merah butuh striker. Sebab Marcus Rashford dan Martial yang hobi masuk ruang perawatan saja tidak cukup. Erik ten Hag pun mendaftarkan sejumlah opsi striker untuk direkrut oleh Manchester United.

Opsi utamanya adalah Harry Kane dan Victor Osimhen. Akan tetapi, Kane dibanderol sampai 150 juta euro (Rp2,4 triliun) oleh Levy. Sedangkan Osimhen juga tak mau dilepas oleh Aurelio de Laurentiis. Goncalo Ramos menjadi pilihan berikutnya. Namun, Benfica menghargainya 100 juta euro (Rp1,6 triliun) lebih.

Mohammed Kudus dari Ajax juga sempat jadi alternatif. Namun, meski penampilannya apik bersama Ajax, Kudus bukanlah tipikal striker nomor “9” yang dimau Ten Hag. Opsi berikutnya Randal Kolo Muani. Namun, pemain Prancis itu juga dihargai sangat mahal dan rumornya lebih dekat kepada PSG.

Pilihan pun jatuh pada Rasmus Hojlund. Pemain Atalanta itu disebut-sebut sebagai alternatif terlemah di antara striker-striker yang diincar MU. Singkatnya, ia adalah pilihan terakhir. Jika MU gagal mendapatkannya, Ten Hag sudah ancang-ancang untuk tidak memakai striker musim depan. Manajer berkepala licin itu bersiap akan memakai Jadon Sancho sebagai false nine.

Ngebetnya Ten Hag

Akan tetapi, menjadikan Sancho sebagai false nine adalah pilihan terburuk. Dan Ten Hag tidak mau mengambil pilihan terburuk. Maka pelatih yang pernah menukangi Go Ahead Eagles ini ngebet agar The Red Devils bisa merampungkan kesepakatan Rasmus Hojlund. Ibarat kata mahal pun harus dijabani demi seorang penyerang.

Begitu inginnya Ten Hag pada Hojlund, ia sampai turun tangan sendiri untuk membawa pemuda Denmark itu. “Lu nggak mau turun, biar ane yang turun,” mungkin begitu kata Ten Hag ke manajemen MU. Daripada kena tikung PSG, manajer botak yang satu ini menghubungi langsung Hojlund secara pribadi.

Dilaporkan Manchester Evening News seperti dikutip Mirror, Ten Hag sampai mengadakan panggilan video pada Hojlund untuk meyakinkannya agar ia menolak PSG. Dalam laporan itu, melalui panggilan video tersebut, Ten Hag meyakinkan Hojlund agar mau ke Old Trafford. Entah bagaimana, setelah panggilan video itu, secara pribadi Hojlund mau merapat ke Manchester United.

Namun, membeli pemain tidak selesai hanya karena telah mencapai kesepakatan dengan sang pemain itu sendiri. Kedua klub juga harus saling sepakat. Nah, di titik inilah akhirnya manajemen Manchester United mau memenuhi tuntutan banderol yang diinginkan Atalanta. MU untuk kesekian kalinya mendatangkan penyerang mahal.

Haaland Baru?

Pemain Denmark ini sering digadang-gadang sebagai “Haaland yang Baru”. Padahal pemain Haaland saja usianya masih 23 tahun. Well, Hojlund disebut begitu karena ia konon mempunyai kemampuan yang sama dengan Haaland. Hojlund bisa mencetak gol, Haaland juga. Haaland berkaki kidal, Hojlund pun demikian.

Secara postur dan fisik keduanya juga memiliki kemiripan. Meski berkaki kiri, keduanya juga bisa mencetak gol dengan kedua kakinya. Tapi kalau soal statistik, Hojlund berbeda jauh dari Haaland. Pemain Denmark itu kalah telak.

Dilansir The Analyst, selama berseragam Sturm Graz dan Atalanta, Hojlund melakukan rata-rata 2,4 tembakan per 90 menit. Sementara itu, menurut Fbref, selama berseragam RB Salzburg dan Dortmund, Haaland rata-rata melakukan 3,34 tembakan per 90 menit.

Soal gol, Hojlund juga baru mencetak 18 gol. Tanpa menghitung golnya di Manchester City, Haaland sudah mencetak 93 gol. Kendati demikian, ada sih statistik yang membuat Hojlund unggul dari Haaland. Pemain Denmark itu lebih sering melakukan sundulan, yakni 24% dari jumlah tembakannya. Haaland hanya 22%.

Hojlund juga cukup terbuka menggunakan kaki terlemahnya, dengan hampir 25% dari seluruh usahanya. Sementara Haaland 15% menggunakan kaki terlemahnya. Jika melihat statistik yang berorientasi pada hasil, Hojlund bukanlah striker mematikan seperti Haaland.

Tidak Berpengalaman

Hojlund juga bukan penyerang yang berpengalaman di persaingan papan atas. Apalagi di tangan Gian Piero Gasperini, Hojlund hanyalah pelapis dari Duvan Zapata. Oleh karena pemain Kolombia itu cedera, Hojlund pun mendapat panggungnya.

Jika MU ingin memakai Hojlund sebagai juru gedor dalam persaingan di papan atas, bisa jadi itu keputusan yang sangat beresiko. Belum lagi, Hojlund juga harus beradaptasi dengan intensitas Premier League. Ia juga harus menghadapi tekanan dari publik Old Trafford dan penggemar klub lain.

Fans Manchester United juga mesti menyetok kesabaran. Hojlund pasti butuh waktu, terutama untuk menghidupkan nalurinya dalam mencetak gol. Namun, tidak usah khawatir, walaupun kurang tajam, tapi variasi tembakan Hojlund menunjukkan bahwa ia adalah striker potensial.

Tidak seperti Haaland, Hojlund bisa terlibat ketika fase build-up. Karena pemain yang satu ini kadang bisa turun ke belakang menjemput bola. Ia juga ulet, kecepatannya juga sangat mendukung dalam serangan balik sebagaimana taktik Erik ten Hag.

Kita lihat saja, apakah Hojlund akan jadi pembelian mubazir, sekaligus menjadi penyerang mahal yang bapuk seperti penyerang-penyerang sebelumnya yang pernah didatangkan MU pasca Sir Alex Ferguson atau sebaliknya.

Sumber: TheBusbyBabe, StrettyNews, MEN, TheAthletic, TheAnalyst, Mirror, Fbref, Fbref

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru