Bagaimana Carlos Queiroz Membangun Timnas Mesir Jadi Tim yang Hebat?

spot_img

Carlos Queiroz terpilih menjadi juru taktik Timnas Mesir, Kamis, 9 September 2021. Eks pelatih Real Madrid itu hanya butuh waktu enam bulan untuk merealisasikan keinginan Egypt Football Association (EFA) melihat Timnas Mesir tampil di partai puncak Piala AFCON 2021. 

Queiroz merupakan asisten Sir Alex Ferguson selama dua periode di MU. Ia juga pernah menangani tim-tim besar Eropa lain seperti Real Madrid dan Timnas Portugal, Iran, dan Kolombia. Ia dikontrak dengan durasi 1,5 tahun dengan gaji 2,3 juta euro atau 37,2 miliar rupiah.

Queiroz Datang Karena Kesamaan Visi 

Carlos Queiroz berhasil mengantarkan Mesir menjadi runner up di Piala AFCON 2021 usai kalah lewat adu penalti dari Senegal pada Senin, 7 Februari 2022 di Stadion Paul Biya, Olembe. Namun, capaian Salah dan kawan-kawan pada gelaran dua tahunan ini dianggap berhasil, karena The Pharaoh terakhir tampil di partai final Piala AFCON pada tahun 2017.

Perekrutan pelatih kelahiran Mozambik pun dianggap berhasil karena bertujuan melanjutkan tradisi Timnas Negeri Piramida sebagai salah satu raja di Piala Afrika. Timnas Mesir cukup sukses dengan torehan 7 gelar Piala Afrika, dan tiga sisanya masuk final.

Ketua EFA, Gammal Alam mengakui telah memantau Queiroz sejak membawa Timnas Iran ke Piala Dunia 2018. Kesamaan visi untuk membawa Mesir ke jalur juara jelas menjadi daya tariknya.

“Ia tertarik bekerja sama dengan Timnas Mesir untuk jangka panjang. Kami memiliki tradisi juara serta lolos piala dunia dan Carlos punya cara mengelolanya,” ungkap Gammal.

Tak heran jika tawaran Mesir diambil oleh Queiroz. Visi yang dipaparkan EFA untuk rutin tampil di kejuaraan regional dan internasional meyakinkan Queiroz melatih The Pharaoh. Dalam waktu dekat ia akan bekerja untuk memenuhi harapan publik sepak bola Mesir tampil pada babak kualifikasi Piala Dunia 2022 di Qatar. 

Harapan publik Mesir harus diwujudkan Queiroz dengan mengalahkan Senegal di dua pertemuan yang akan dihelat 24 dan 29 Maret mendatang.

Tradisi sepak bola Mesir cukup jelas untuk memenuhi tujuan-tujuan manajerialnya. Ia tahu jika berhasil memenuhi itu, kecintaan publik kepada Queiroz akan membuncah tentu dengan pencapaian lagu kebangsaan Mesir berkumandang di Piala Dunia Qatar pada 2022.

Kesamaan visi telah tercapai, mampukan Queiroz memenuhi ekspektasi itu?

Pemegang Tunggal Kontrol Tim

Visi dan misi tanpa aksi adalah halusinasi. Barangkali Queiroz memegang ungkapan itu untuk membentuk anak asuhnya menjadi tim bermental juara.

Guna melaksanakan visi dan misi EFA membawa Timnas Mesir melanjutkan tradisi juara, ia menjadi pelatih yang akan mengontrol tim tanpa intervensi asosiasi.

Tangan besinya dapat disaksikan kala Mesir akan berangkat ke Kamerun untuk mengikuti turnamen Piala AFCON 2021. Queiroz mengumumkan nama-nama pemain yang dianggap publik performanya biasa-biasa aja bersama klub.

Nama-nama itu antara lain, bek tengah Mohammad Abdelmonem dan sayap kiri Omar Kamal dari Future FC dianggap pemain yang biasa aja. Pun Pemain Stuttgart, Omar Marmoush yang baru merasakan debut bersama The Pharaoh di bawah asuhan Queiroz.

“Ketika dia menunjuk tim untuk AFCON, ada beberapa nama yang bikin mengernyitkan dahi pendukung timnas Mesir,” kata Amr Fahmy dari BeIN Sports.

Pria asal Portugal itu peduli setan dengan publik berkata apa. Ia enggan berjanji mempersembahkan trofi kedelapan untuk Mesir. Jalan yang ia pilih untuk mengantarkan anak asuhnya ke Kamerun untuk bermain secara tim.

“Tidak ada dalam kontrak (dengan EFA) yang mengharuskan saya membawa trofi Piala AFCON untuk tim. Di sana (kontrak) hanya tertulis lolos kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022,” ungkapnya.

Tak pelak gaya Queiroz sering disebut pelatih bertangan besi dengan memegang kontrol total atas tim asuhannya. Wajar bila ia mendepak pemain yang tak sesuai skemanya. 

Model kepemimpinan eks pelatih Real Madrid tak boleh ada dua matahari dalam tim, cerminannya saat ia gagal menukangi Los Galacticos karena kesulitan mengelola bintang-bintang mapan macam Figo, Ronaldo, dan Guti.

Menanamkan ‘Imajinasi Ancaman’ ke Timnas Mesir

Kontrol atas tim yang telah ia raih memudahkan untuk menerapkan psikologi permainan dalam menghadapi laga-laga di final AFCON 2021.

Memadukan kemampuan tim dengan semangat berapi-api selama berhadapan dengan musuh di lapangan dan meeting setelah pertandingan. Cara Queiroz mirip dengan permainan psikologis imajinasi ancaman (siege mentality) rekan senegaranya José Mourinho.

Prinsipnya siege mentality menghadirkan kekuatan luar sebagai ancaman bermusuhan untuk menumbuhkan perasaan kolektif ditindas atau diserang, yang diharapkan akan mengarah pada rasa kohesi dalam suatu kelompok.

Mentalitas Timnas Mesir terbentuk menjadi ‘kita versus mereka’ yang diciptakan berguna dalam sepak bola karena persepsi lingkungan luar yang bermusuhan dapat menimbulkan rasa persahabatan yang lebih kuat di antara para pemain.

Permainan “imajinasi ancaman” Queiroz lakukan dalam tindakan melewatkan konferensi pers menjelang perempat final melawan Maroko dengan alasan lalu lintas macet”. CAF mencurigai alasan yang aneh untuk tim yang berpengalaman dan menyelidiki lalu mendenda The Pharaoh 100 ribu dolar atau setara

Bein Sport menelusuri kejadian tersebut dan mendapatkan jawaban dari salah satu staf dalam tim dan CAF mengatakan tidak ada karena macet di jalanan, hanya Mesir yang tidak mau muncul.

Imajinasi ancaman itu dapat disaksikan dalam dua kali 45 menit.  Staf kepelatihan yang berada di bangku cadangan Mesir selalu mengeluh setiap bola yang tidak berhasil ia kuasai, berteriak pada wasit cadangan dan official match, dan melanggar area di luar bangku cadangan. Hal itu membuat asisten pelatih Wael Gomaa mendapat kartu kuning.

“Ini semua disengaja. Anda harus memahami bahwa hal-hal ini bersifat psikologis yang dilakukan oleh penghuni bench Mesir sama pentingnya dengan bermain fisik di lapangan,” tutur wartawan Kairo, Fekry.

Lagi-lagi permainan psikologis dilakukan saat Queiroz  menghentikan sesi latihan terakhir tim menjelang semifinal melawan Kamerun setelah sebuah drone muncul di lapangan. Drone yang dianggap melakukan mata-mata, membuat pria asal Portugal menginstruksikan anak asuhnya melakukan latihan bebas.

Puncaknya, dramaturgi Queiroz diusir dari bench oleh wasit karena dianggap melakukan protes berlebihan secara terus menerus kepada wasit dan official team saat memenangkan partai semifinal melawan Kamerun.

Kerja-kerja Carlos Queiroz tak bisa terhenti karena tumbang di partai final AFCON 2021. Babak playoff ke Piala Dunia Qatar 2022 di depan mata dan kita akan menonton bench Timnas Mesir diisi manusia-manusia super cerewet. 

Referensi : EG24, These Football, The Analyst, These Football, Transfermarkt, kingfull, manchesterevening,

 

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru