Andriy Shevchenko, dari Ukraina Kembali ke Serie A Bersama Genoa

spot_img

Untuk kalian pecinta sepakbola era 90 an hingga awal 2000 an, tentu mengenal betul nama Andriy Shevchenko. Penyerang asal Ukraina yang begitu berjaya bersama AC Milan telah tunjukkan tajinya, baik di kompetisi Serie A maupun Eropa.

Shevchenko beberapa kali meraih penghargaan, entah itu dalam bentuk pencetak gol terbanyak atau pemain terbaik dalam gelaran tertentu.

Sempat menjajal kerasnya sepakbola Inggris, Shevchenko tak kuasa lanjutkan asa. Dia tumbang bersama Chelsea, hingga pulang ke AC Milan jadi jalan yang diambilnya untuk kembalikan kejayaan. Namun bukannya meraih prestasi seperti sebelumnya, Shevchenko justru tak mampu mencetak satu gol pun di kompetisi Serie A.

Merasa sudah habis masanya berkelana, Shevchenko lalu putuskan kembali ke Ukraina. Bersama Dynamo Kiev, catatan 30 gol dalam 83 penampilan cukup untuk membuatnya menutup karir dengan sempurna. Apalagi, namanya sempat dimasukkan ke dalam daftar pemain Ukraina yang tampil di ajang Piala Eropa 2012.

Setelah itu, selesai sudah perjalanan karirnya sebagai seorang pesepakbola. Shevchenko pamit dengan segala kehebatan yang ditinggalkan. Dia pensiun dan mengambil langkah berbeda dengan terjun ke dunia politik.

Di tahun yang sama, dia jadi calon legislatif untuk pemilu. Akan tetapi, jalan yang diambil dengan penuh keyakinan itu malah membawanya menuju jurang kegagalan. Perolehan sebanyak 1,58% yang didapat tak cukup kuat untuk membawanya ke kursi parlemen.

Membangun Asa Bersama Ukraina

Sempat menghilang dari gemerlapnya sorotan media, nama Andriy Shevchenko kemudian pentas lagi ke dunia sepakbola, setelah pada tahun 2015 dia diminta untuk menjadi pelatih timnas Ukraina untuk gantikan Mykhaylo Fomenko. Sayangnya, pertentangan dari banyak pihak membuatnya urung mengambil jabatan sebagai pelatih timnas.

Sebagai alternatif, tepat di tahun 2016 Shevchenko dimasukkan ke dalam jajaran kepelatihan timnas Ukraina sebagai asisten untuk gantikan peran Oleksandr Zavarov. Namun ketika dia menemani tim dalam melakoni gelaran Piala Eropa 2016, timnas Ukraina gagal total. Tidak ada satu pun poin yang diraih. Bahkan torehan gol pun tak ada yang bersarang di jala lawan.

Buah dari penampilan memalukan itu, Ukraina memecat semua jajaran pelatih, terkecuali Andriy Shevchenko.

Dia resmi menjabat sebagai pelatih dengan segudang permasalahan yang harus diselesaikan. Tantangan Shevchenko tak hanya sekadar membangun kembali kejayaan tim, namun dia juga harus mendinginkan tensi ruang ganti yang mana disana terdapat beberapa pemain Dynamo Kyiv dan Shakhtar Donetsk yang berkelahi.

Beruntung di bawah Sheva permasalahan itu bisa diatasi.

Dalam membangun pondasi kuat di timnas Ukraina, Shevchenko juga harus berterima kasih kepada sejumlah staf yang dibawa. Diantaranya, legenda AC Milan Mauro Tassotti yang ditunjuk sebagai asisten pelatih, orang kepercayaan Maurizio Sarri Luigi Nocentini, dan Andrea Azzalin, pelatih fisik Leicester City saat memenangkan Liga Inggris tahun 2016.

Sementara dalam berproses di atas lapangan, Shevchenko harus temui berbagai hadangan. Dia gagal membawa Ukraina menang atas Malta setelah kalah dengan skor 1-0. Kemudian Ukraina juga gagal dibawanya lolos ke ajang Piala Dunia 2018.

Namun hal itu dianggapnya sebagai pelajaran berharga, setelah pada langkah berikutnya, Sheva berhasil membawa Ukraina memuncaki klasemen UEFA Nations League 2018/2019. Bahkan mereka finis di atas juara bertahan Euro, Portugal dengan selisih 4 angka.

Hasil itu juga lantas membawa Ukraina lolos ke ajang Piala Eropa 2020.

Tak hanya dibawa lolos ke ajang Piala Eropa 2020, Shevchenko juga menjadikan tim tersebut tampil atraktif. Memang benar bila Ukraina hanya lolos ke babak penyisihan sebagai peringkat tiga terbaik, namun melalui arahan Shevchenko, Ukraina berani tampil terbuka meski lawan yang dihadapi punya kualitas pemain yang jauh lebih baik.

Ukraina berhasil kandaskan perlawanan Swedia di babak 16 besar, sebelum akhirnya tumbang di babak perempat final atas Inggris dengan skor telak 0-4.

Setelah antar Ukraina tampil brilian di ajang Piala Eropa 2020, Shevchenko lalu pamit. Dia mengumumkan bahwa kontraknya dengan Ukraina telah berakhir. Selama menjadi pelatih Ukraina, dalam 52 pertandingan yang dijalani, Shevchenko berhasil mengukir persentase kemenangan sebesar 48,1%. Dia mencatatkan 25 kemenangan, 13 hasil imbang, dan 14 kali kalah.

Membuka Ulang Gerbang Serie A Bersama Genoa

Usai resmi berstatus sebagai pelatih tanpa tim yang ditangani, tim serie A, Genoa, kemudian secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah menggaet Andriy Shevchenko sebagai allenatore anyar. Sheva ditunjuk untuk gantikan peran Davide Ballardini yang sebelumnya dipecat.

Dengan ini, Shevchenko resmi dihadapkan dengan tantangan baru. Pasalnya seperti yang kita ketahui, Genoa menjadi klub profesional pertama yang ditanganinya. Selain itu, Genoa juga tengah berada dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Mereka dekat dengan jurang degradasi dan harus segera diangkat untuk menghindari permasalahan yang kian pelik.

Di Genoa, Shevchenko membawa serta nama Tassotti yang sudah bekerja sama dengannya di timnas Ukraina. Lalu di stadio Luigi Ferraris sendiri, Shevchenko dibekali dengan sebanyak 34 pemain yang tersedia. Kombinasi pemain muda dan berpengalaman sangat kental terasa.

Shevchenko bakal mendapatkan servis dari pemain yang sudah banyak dikenal seperti Salvatore Sirigu, Criscito, Milan Badelj, Valon Behrami, Mattia Destro, Federico Marchetti, Andrea Masiello, dan Goran Pandev.

Lalu masih ada juga nama muda seperti Andrea Cambiaso, Nicolo Rovella, dan Yayah Kallon, yang jadi andalan sampai setidaknya pekan ke 12.

Cambiaso, bek sayap yang juga bisa dimainkan sebagai gelandang ini sudah mengukir sebanyak satu gol dan satu assist. Sementara itu, Rovella yang merupakan seorang gelandang, telah menjelma menjadi motor permainan tim dengan mengemas tiga assist.

Terakhir ada Yayah Kallon, yang berbekal skil dan kecepatan telah menyumbang dua assist pada musim ini.

Dengan adanya keberagaman ini, tugas Shevchenko adalah memadukan bakat-bakat tersebut agar bisa menjadi tim yang solid.

Selain hal tersebut yang kemungkinan bakal menjadi tantangan bagi Sheva, terdapat juga lubang di lini pertahanan yang harus segera ditambal. Genoa yang telah memainkan sebanyak 12 laga sudah kebobolan 24 kali. Hal itu pun membuat mereka jadi tim dengan pertahanan terburuk.

Poin plus disini adalah, komposisi pemain yang dimiliki Genoa dianggap cocok dengan skema yang bakal diusung Shevchenko. Formasi 4-3-3 atau 3-5-2 yang biasa digunakan Shevchenko ketika menukangi Ukraina diklaim bisa melebur dengan ketersediaan skuad Genoa saat ini. Apalagi, skema yang jadi andalan itu memang sempat diterapkan Ballardini pada musim lalu dan musim ini.

Dengan komposisi pemain dan skema yang dianggap serasi, Shevchenko punya satu PR lagi, yaitu menaikkan mentalitas pemain yang dianggap jauh dari karakter seorang pemenang.

Datang dengan situasi yang tak jauh berbeda ketika dia melatih Ukraina, Shevchenko sangat diharapkan bisa memberikan apa yang telah ia dapat sebelumnya. Singkirkan dahulu sembilan gelar Serie A yang pernah didapat Genoa, karena pada kenyataannya, tim ini dalam beberapa tahun belakangan lebih sering berkubang di jurang kehancuran.

Selain dituntut untuk membenahi jalur prestasi Genoa, pekerjaan ini secara tidak langsung juga telah menjadi pertaruhan bagi Andriy Shevchenko sebagai pelatih, untuk bisa naik ke level yang lebih tinggi di masa yang akan datang.

Sumber referensi: Tribune, Sport detik, Fandom id, The Flanker

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru