Valencia CF: Dulu Berjaya, Kini Bernasib Pilu di Bawah Cengkraman Peter Lim

spot_img

Awal 2000an menjadi periode yang menyenangkan bagi fans Valencia Club de Futbol. Berbagai suka dan duka mereka raih pada periode bersejarah tersebut. Klub asal kota metropolitan Valencia, Spanyol itu tercatat meraih 2 trofi La Liga di tahun 2002 dan 2004, menjadi juara Piala UEFA dan Piala Super Eropa 2004, serta 2 kali menjadi runner-up Liga Champions musim 2000 dan 2001.

Di musim 2007/2008, mereka juga menjadi kampiun Copa del Rey. Pada periode tersebut, klub berjuluk Los Che itu dihuni banyak pemain legendaris. Seperti, Ruben Baraja, David Albelda, Carlos Marchena, Pablo Aimar, Joaquin Sanchez, David Silva, David Villa, hingga kiper ikonik yang punya ciri khas rambut putih, Santiago Canizares.

Namun kejayaan tersebut tak bertahan lama. Di tahun 2008, utang Valencia mencapai 439 juta euro. Angka tersebut belum termasuk biaya pembangunan stadion Nou Mestalla yang akhirnya dibiarkan mangkrak. Pada bulan Juni 2009, utang Los Che making menggunung hingga menyentuh 547 juta euro.

Untuk mengurangi beban utang, Valencia terpaksa melepas beberapa pemain bintangnya. Raul Albiol, David Villa, David Silva, Juan Mata, dan Jordi Alba dilepas secara bertahap demi menyelamatkan keuangan tim. Sayangnya, keuangan Los Che tak terselamatkan lagi di tahun 2013. Utang mereka makin membengkak hingga pemilik Valencia kala itu tak sanggup lagi membayarnya.

Akhirnya pada bulan Mei 2014, Peter Lim, pebisnis asal Singapura membeli saham mayoritas Valencia. Lim membeli Valencia saat klub tersebut tidak punya uang cash di bank dan memiliki beban gaji 48 juta euro yang belum dibayarkan kepada para pemain.

Drama dan Kontroversi Peter Lim di Valencia

Sekadar intermezzo, Lim adalah orang terkaya ke-10 di Singapura pada tahun 2019 versi majalah Forbes. Peter Lim adalah seorang investor swasta yang cukup kontroversial di Singapura. Ia disebut punya kekayaan 2,5 miliar dolar AS. Singkat cerita, di bawah kepemilikan Peter Lim, Valencia mulai berbenah.

Pada musim 2017/2018, Valencia akhirnya mulai berhasil membayar utangnya ke bank. Setelah nyaris 1 dekade, Los Che juga berhasil mencatat pendapatan tertinggi dalam sejarah. Catatan positif itu juga diikuti dengan raihan prestasi semusim kemudian. Setelah 11 tahun, Valencia akhirnya kembali meraih trofi, yakni menjadi kampiun Copa del Rey musim 2018/2019 setelah mengalahkan Barcelona di partai final.

Akan tetapi, catatan indah itu hanyalah sebagian kecil dari kisah penuh drama dan kontroversi dari kepemimpinan Peter Lim di Valencia. Sebab, catatan prestasi tadi hanyalah bumbu manis yang pada akhirnya tertupi oleh pahitnya kenyataan.

Hanya beberapa bulan setelah memenangi Copa del Rey, pelatih Marcelino Garcia Toral dan sporting director Mateu Alemany justru dipecat setelah sebelumnya secara terbuka mengkritik kebijakan Peter Lim. Padahal, keduanya adalah aktor penting di balik kesuksesan Valencia dalam membangun skuad yang kompetitif.

Ada 2 hal yang jadi bahan kritikan Marcelino. Pertama, adalah target prestasi yang tidak jelas. Katanya, Peter Lim dan presiden Anil Murthy justru tak terlalu senang dengan hasil juara di Copa del Rey.

Kedua, adalah kebijakan transfer sang pemilik klub. Untuk urusan ini bukan hanya Marcelino yang pernah mengeluh. Pada musim 2016, Cesare Prandelli mundur dari kursi pelatih Valencia setelah hanya bertahan selama 10 pertandingan. Prandelli mengklaim bahwa klub telah memberinya janji transfer palsu.

Sudah menjadi rahasia umum bila Peter Lim kerap terlalu ikut campur dalam urusan masalah teknis, khususnya soal kebijakan transfer pemain, baik perekrutan pemain baru maupun siapa yang harus mengisi line up tim. Lim kerap dengan seenak jidatnya merekrut pemain yang ia sukai dan mendepak siapa pun yang ia nilai kurang.

Hal tersebut juga berlaku kepada pelatih dan direktur olahraga klub. Hingga akhir 2020 saja, Peter Lim telah memecat 6 manajer dan 6 sporting director yang berbeda. Parahnya, satu-satunya manajer dan sporting director yang berhasil membawa Valencia meraih juara justru dipecat dengan tidak hormat hanya gara-gara sang pemilik antikritik.

“Jika Anda ingin mencopot pelatih dan direktur olahraga, datangkan pelatih dan direktur olahraga lain untuk membangun sebuah proyek. Tapi tidak, apa yang telah dilakukan Peter Lim adalah mundur selangkah dan kembali ke model awal, ketika mereka tiba.” kata Gaizka Mendieta dikutip dari nytimes.com.

Kritik dan Kemarahan Fans Kepada Peter Lim

Kepemilikan Peter Lim di Valencia memang sebenarnya tidak sehat. Sang pemilik dan keluarganya juga tak punya hubungan yang harmonis dengan para fan. Sudah berkali-kali suporter Valencia mendatangi kantor klub untuk melakukan demonstrasi mengkritik kebijakan Peter Lim. Bahkan, kritikan tajam juga terlontar dari mulut wakil walikota Valencia.

Kontroversi besar terjadi di bulan Juli 2020. Putri sang pemilik, Kim Lim membalas kritikan suporter Valencia melalui instagramnya. Ia menulis, “Beberapa penggemar Valencia memarahi dan mengutuk keluarga saya dan saya. Apakah mereka tidak mengerti? Klub ini milik kami dan kami dapat melakukan apa pun yang kami inginkan dengannya, tidak ada yang bisa mengatakan apa pun.”

Tak ayal, postingan yang segera dihapus itu membuat pendukung Valencia murka. Kebencian mereka terhadap kepemilikan Peter Lim makin menjadi-jadi setelah klub kesayangan mereka menjadi salah satu klub yang kondisi finansialnya begitu terhantam pandemi Covid-19.

Kala itu, Marca melaporkan bahwa Valencia sampai harus memangkas anggaran mereka hingga 40% dan memangkas tagihan gaji mereka dari 166 juta poundsterling menjadi 90 juta poundsterling. Manajemen yang buruk juga membuat Los Che terpkasa menjual pemain bintangnya lagi untuk menyeimbangkan neraca keuangan klub.

Puncaknya, di awal musim 2020/2021, ribuan pendukung Valencia berkumpul di luar stadion Mestalla. Mereka mengheningkan cipta selama satu menit sambil mengangkat tinggi-tinggi spanduk bertuliskan “Valencia, R.I.P”. Hal itu merupakan akumulasi kemarahan pendukung Valencia yang sudah tak terbendung lagi.

Pasalnya, sebelum demonstrasi tersebut, manajemen Valencia baru saja mengumumkan telah menjual kapten mereka Dani Parejo dan gelandang Francis Coquelin. Masalahnya, kedua pemain andalan tersebut dijual ke Villarreal yang notabene rival mereka di “Derbi de la Comunitat”.

Selain itu, Valencia juga hanya menjual murah bintang muda mereka Ferran Torres ke Manchester City. Di musim tersebut, Valencia juga gagal merekrut pemain baru selama jendela transfer musim panas. Bahkan di awal musim, klub tidak mampu membayar gaji pemain yang tersisa.

Parahnya, meski telah menghasilkan lebih dari 70 juta euro dari penjualan pemain, Valencia tetap terperosok dalam utang. Presiden Anil Murthy mengatakan bahwa klubnya punya beban utang lebih dari 400 juta euro kepada kreditur.

Inilah yang membuat suporter Valencia melakukan protes di luar stadion Mestalla di bulan Agustus 2020. Mereka juga menuntut Peter Lim untuk segera meninggalkan klub. Namun, pihak klub dengan segera menyatakan bahwa Los Che tidak dijual. Ironis! Sebab pada bulan Desember 2020, Valencia diperkirakan mengalami kerugian hingga 323 juta euro. Hal tersebut kemudian berdampak kepada performa tim di lapangan.

Nasib Pilu Valencia di La Liga

Di musim 2020/2021, Valencia yang ditangani 2 pelatih di musim tersebut hanya mampu finish di peringkat 13 klasemen La Liga. Los Che hanya mampu memetik 10 kemenangan dan 13 kali imbang di 38 pertandingan. Sementara di ajang Copa del Rey mereka terhenti di babak 16 besar.

Bagai dejavu, Valencia kembali menghadapi gelombang protes dari fansnya sendiri jelang musim 2021/2022. Pada bulan Mei lalu, ribuan suporter Los Che yang marah dan muak kembali berkumpul untuk memprotes Peter Lim. Mereka tak terima dengan hasil buruk musim lalu, baik dari segi performa di lapangan maupun finansial klub yang bobrok.

Di musim ini, Valencia juga hanya mengeluarkan 11,2 juta euro untuk membeli pemain anyar. Sayangnya, nama-nama yang datang tak lebih dari sekadar penambal skuad. Buktinya, performa Los Che bersama pelatih Jose Bordalas di musim ini tak mengalami peningkatan.

Hingga pekan ke-11, Valencia baru meraih 3 kemenangan dan sudah menelan 4 kekalahan. Menurut analisis OptaJoe, Los Che adalah tim paling tidak efektif di La Liga musim ini. Penguasaan bola mereka jadi yang paling sedikit. Hanya 48,4 menit menit per pertandingan.

Kini, kabar terbaru mengatakan bahwa Valencia jadi tim La Liga dengan salary cap terendah. Batas gaji mereka hanya sebesar 30,9 juta euro, lebih rendah 72,4 juta euro dari musim lalu. Sama seperti Barcelona, situasi tersebut sempat membuat Valencia mesti melepas pemainnya dulu sebelum mengontrak pemain baru.

Pada awal Oktober lalu juga sempat tersiar kabar bahwa ada seorang pebisnis yang coba membeli Valencia dari tangan Peter Lim. Ini bukan kali pertama saham mayoritas Los Che ditawar pihak lain. Namun seperti yang sudah-sudah, pihak klub buru-buru mengeluarkan statement bahwa Valencia tidak dijual!

Melihat nasib Valencia sekarang sangatlah menyedihkan. Los Che dan para pendukung setianya bak terjebak dalam hubungan toxic yang menyakitkan. Mereka sangat sulit lepas dari cengkraman Peter Lim yang mengatur klubnya dengan seenak jidatnya sendiri. Sudah banyak pihak yang menyebut bahwa Peter Lim telah menghancurkan sejarah panjang Valencia sebagai klub besar Spanyol.

“Perasaan di antara para penggemar adalah Peter Lim tidak mengerti di mana dia berada. Dia tidak pernah mengerti seberapa besar Valencia sebelum dia datang, dan sekarang dia merasa telah meninggalkan Valencia untuk mati,” kata Paco Polit, seorang jurnalis Spanyol dikutip dari The New York Times.


***
Sumber Referensi: Valencia CF, Mirror, The New York Times, Football-Espana 1, AS, Football-Espana 2.

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru