Bagi sebagian fans sepakbola yang mendewa-dewakan klubnya, pasti kesel kan melihat tim rivalnya meraih gelar. Namun bagaimana perasaannya ya jika klub rival merayakan gelar juara di kandang klub kebanggaanya? Duh… Malu nggak sih? Ya, tim yang berpesta juara di markas musuh bebuyutan, nyatanya pernah lho terjadi beberapa kali. Lantas, klub mana saja yang bisa melakukanya?
Sebelum mengetahuinya, subscribe dan nyalakan loncengnya dulu ya, agar nggak ketinggalan konten menarik dari Starting Eleven.
Daftar Isi
Arsenal Juara Di Anfield
Kalau bicara soal klub yang suka berpesta juara di kandang rival, Arsenal jagonya. Mungkin selain gelar invincible, hal inilah yang bisa dibanggakan Gooners sekarang ini. Tiga kali lho, mereka memastikan gelar juara Liga Inggris di kandang musuh bebuyutan mereka.
Yang pertama terjadi pada tahun 1989. Ketika itu Arsenal memastikan diri jadi kampiun Liga Inggris di Anfield. Markas The Reds tersebut rela jadi ladang pesta pasukan The Gunners. Liverpool saat itu kesel banget. Bagaimana nggak kesel coba, sebagai juara bertahan Liga Inggris, gelarnya dirampas begitu saja oleh Arsenal.
On this day in 1989 Arsenal beat Liverpool 2-0 at Anfield to win the League Title thanks to a last minute goal from Michael Thomas #afc pic.twitter.com/hPufm4fBDm
— The Arsenal (@davidhickman14) May 26, 2020
Yang lebih menyesakkan lagi, sebenarnya saat itu Liverpool masih berpeluang menjadi juara. Mereka hanya butuh hasil seri atau tidak kebobolan lebih dari satu gol untuk bisa juara back to back Liga Inggris. Karena dengan hasil tersebut, Liverpool akan unggul selisih gol atas Arsenal.
Namun apa daya, mereka malah keok 0-2. Menurut pelatih Liverpool saat itu, Kenny Dalglish, The Reds tampil penuh beban. Mereka bertekad meraih kemenangan dengan cara menyerang. Hal itu mereka lakukan demi untuk menghibur para fans mereka yang masih dirundung duka Tragedi Hillsborough.
Sebaliknya, Arsenal yang saat itu dilatih George Graham bermain pragmatis dengan cara bertahan dan hanya mengandalkan serangan balik. Pasca laga, alih-alih melakukan kerusuhan pendukung Liverpool nyatanya tetap bertahan di tribun Anfield dan tak malu bertepuk tangan untuk keberhasilan Arsenal. Ya, laga dramatis tersebut banyak dikenang fans sepakbola Inggris sebagai titik balik terpenting dalam kemajuan sepak bola Inggris.
Arsenal Juara Di Old Trafford
Tahun 2002, Arsenal di bawah asuhan Arsene Wenger kembali meraih gelar Liga Inggris. Mereka mengulangi pesta juara di kandang rival. Dulu di kandang Liverpool, kini di kandang MU. Ya, Meriam London tanpa dosa berpesta di Old Trafford.
ON THIS DAY: In 2002, Arsenal became the first team other than Manchester United to win the Premier League at Old Trafford.
— Squawka (@Squawka) May 8, 2018
Sepanjang musim 2001/02, penampilan MU sebagai juara bertahan, terlihat kurang konsisten. Sebaliknya, Arsenal di musim tersebut lagi gacor-gacornya. Mereka hanya tiga kali kalah sepanjang musim. Oh iya, musim tersebut Arsenal juga jago banget kalau bermain tandang. 14 dari 19 laga tandang mereka berhasil diakhiri dengan tiga poin.
Wajar, ketika laga penentuan gelar melawan MU di Old Trafford, mereka sangat optimis bisa menang. Padahal untuk jadi juara, Arsenal saat itu hanya butuh satu poin saja. Dan benar saja, Arsenal yang terlampau pede itu akhirnya bisa menang 1-0, berkat gol tunggal Sylvain Wiltord.
Setelah peluit panjang dibunyikan, para pemain maupun fans Arsenal larut dalam kebahagiaan. Ada yang menangis terharu, ada juga yang bangga karena mereka berhasil juara di depan rivalnya.
Pemandangan berbeda terlihat dari pendukung United yang hanya bisa terdiam melihat rumahnya jadi tempat pesta sang rival. Namun pelatih MU, Sir Alex Ferguson saat itu mencoba untuk tegar. Meski kecewa, ia tetap menenangkan emosi para pemainnya. Di tengah rasa kecewa tersebut, ia hanya bisa pasrah dan legowo mengucapkan selamat kepada Arsenal.
“Fergie datang ke ruang ganti dan memberi selamat kepada kami. Di situlah kelas seorang Sir Alex Ferguson,” kata bek Arsenal, Martin Keown.
Arsenal Juara Di White Hart Lane
Yang lebih membekas bagi perayaan gelar juara Liga Inggris Arsenal sebenarnya terjadi pada tahun 2004. Saat itu, Arsenal juara di markas musuh bebuyutan, Tottenham Hotspur. Mau ditaruh mana tuh, muka para fans ayam sayur? Ditambah lagi, Arsenal juara dengan rekor tak terkalahkan. Hmmm.. sungguh musim yang sangat indah bagi Arsenal.
🗓 #OnThisDay in 2004…
🏆 We won the league at White Hart Lane 😇 pic.twitter.com/9hsAyi5IIQ
— Arsenal (@Arsenal) April 25, 2020
Saat melawat ke markas Spurs, armada Arsene Wenger hanya membutuhkan satu poin saja untuk jadi kampiun Liga Inggris. Peluang Arsenal jadi juara saat itu sangat besar, sehingga para fans, pemain, maupun official Arsenal bersiap merayakannya.
Sesaat sebelum laga dimulai, polisi meminta kepada para fans maupun pemain Arsenal agar tidak euforia berlebihan jika juara. Peringatan tersebut dilakukan untuk menghindari bentrokan yang mungkin terjadi. Pasalnya rivalitas kedua tim sangatlah panas.
Awalnya, mereka menyetujui permintaan polisi tersebut. Namun, pasca laga beberapa pemain melanggar janji tersebut. Ya, luapan euforia mereka tak bisa ditahan. Mereka akhirnya selebrasi berlebihan di depan para fans Spurs.
Apa yang dikhawatirkan oleh pihak kepolisian akhirnya terjadi. Keadaan menjadi tidak kondusif. Para fans Spurs ngamuk-ngamuk di luar lapangan. Para fans Arsenal pun sampai harus menunggu stadion sepi terlebih dulu, untuk bisa pulang.
Momen tersebut sampai saat ini masih dikenang oleh pendukung Arsenal. Bahkan setiap bertemu Spurs, fans Arsenal juga masih menyanyikan chant yang berbunyi, “Kami pernah memenangkan Liga Inggris di White Hart Lane.”
Rangers Juara Di Celtic Park
Tak hanya di Inggris saja, di Skotlandia pun pernah kejadian. Bagaimana rivalitas panas Derby Old Firm antara Rangers vs Celtic, sempat menjadi laga penentuan gelar Liga Skotlandia.
Tepatnya di tahun 1999. Saat itu Rangers butuh kemenangan saat bertandang ke markas Celtic untuk memastikan gelar juara liga. Celtic sebagai rival bebuyutan, tentu tak mau dong begitu saja merelakan Rangers berpesta seenaknya di markas kebanggaannya.
On this day in 1999, Rangers won the title at Celtic Park. pic.twitter.com/glQIvZklp0
— Rangers Bible (@RangersBible_) May 2, 2020
Laga tersebut berjalan dengan tensi tinggi. Banyak pelanggaran keras dan protes yang terjadi. Namun di tengah-tengah laga, keputusan wasit Huge Dallas dinilai publik tuan rumah berat sebelah.
Alih-alih menghukum pemain Rangers yang bermain keras, justru pemain Celtic yang memprotes wasit yang terkena kartu merah. Amarah publik Celtic Park pun jadi makin memuncak. Saat wasit Huge Dallas berada di pinggir lapangan, ia dilempari benda tajam oleh oknum fans Celtic sehingga membuat kepalanya terluka.
Namun alih-alih gentar berkat serangan fans Celtic tersebut, sang wasit justru berani menghadiahi penalti bagi Rangers. Di akhir laga, wasit juga tak segan memberikan kartu merah lagi bagi pemain Celtic yang makin kelewat brutal dengan aksi tekelnya terhadap pemain Rangers.
Suasana stadion menjadi semakin keos pasca Celtic unggul 3-0. Para pemain Celtic banyak yang emosi dan tak segan ngajak kelahi pemain Rangers di dalam lapangan. Pasca peluit dibunyikan, pasukan Dick Advocaat akhirnya berpesta merayakan juara Liga Skotlandia. Sungguh momen yang bersejarah bagi Rangers.
Inter Milan Juara di San Siro
Peristiwa bersejarah lain juga tercipta di tanah Italia. Serie A musim 2023/24, gelar scudetto-nya ditentukan di Derby Della Madonnina. Dua rival sekota Inter Milan dan AC Milan bersaing memperebutkannya.
INTER MILAN win Serie A title against city rivals AC Milan at their shared home stadium. Inter’s 20th Scudetto means they now have two stars on their jerseys, giving them bragging rights over their San Siro roommates, who have 19 Italian titles. ⭐️⭐️🖤💙pic.twitter.com/l6WQkCtbWX
— Men in Blazers (@MenInBlazers) April 22, 2024
Inter yang sudah unggul 14 poin dari Milan, membutuhkan kemenangan saat melawan Milan di San Siro. AC Milan yang tak mau hal itu terjadi, melakukan berbagai cara, termasuk provokasi sekalipun. Baik itu melalui mulut para fansnya, maupun koreo intimidatif di tribun Ultras Milan. Tak hanya itu, para pemain Milan di lapangan juga melakukan intimidasi. Termasuk aksi Calabria dan Theo Hernandez yang akhirnya diganjar kartu merah.
Namun Inter tak gentar dengan provokasi tersebut. Nerazzurri malah ingin membalaskan dendamnya kepada Milan yang sempat mengejeknya saat merayakan juara Serie A tahun 2022.
Akhirnya, pembalasan dendam Inter itu pun terwujud. Inter menang 1-2. Ya, sungguh malam yang indah bagi fans Inter. Mereka berpesta merayakan gelar scudetto ke-20, di hadapan muka sang rival.
https://youtu.be/DZeXfn7Ytj8
Sumber Referensi : arseblog.com, skysports, footballscotland, dailymail, abcnews