Dari ujung Halmahera,
Sampai Tenggara jau,
Katong samua basudara,
Nusa ina, katong samua dari sana.
Sepenggal bait itu dikutip dari lirik lagu “Maluku Tanah Pusaka” ciptaan Eddie Latuharhary. Lagu ini dipopulerkan oleh penyanyi Hemi Pesulima dan Grup Musik Nanaku. Bagi orang Maluku, lagu ini bisa memupuk kebersamaan.
Karena orang Maluku itu penuh cinta dan kehangatan. Bagi mereka yang melancong, rasanya pulang ke Maluku adalah impian yang terus ditabung. Banyak orang Maluku yang melancong. Bukan hanya ke seluruh Indonesia, tapi juga di luar negeri.
Ada pula yang terpaksa pergi dari tanah kelahiran. Dalam sejarahnya, bahkan orang-orang Maluku banyak yang menjadi ekspatriat di Belanda. Alhasil, kita pun tidak perlu terkejut jika pada akhirnya banyak pesepakbola hebat dari Belanda yang memiliki darah Maluku.
Siapa saja mereka? Dan bagaimana hal seperti itu bisa terjadi? Mari kita mengulasnya. Namun, sebelum itu jangan lupa untuk subscribe dan nyalakan loncengnya agar tak ketinggalan video terbaru dari Starting Eleven.
Daftar Isi
Imigrasi Orang Maluku ke Belanda
Imigrasi orang Maluku ke Belanda berlangsung sejak masa-masa terakhir Hindia Belanda. Lebih tepatnya ketika Belanda kalah di Perang Dunia II dan dipaksa enyah dari Nusantara. Eksodus besar-besaran orang-orang Nusantara ke Belanda mulai terjadi setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945. Lalu, ketika Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia empat tahun berselang.
Era yang disebut sebagai era pasca kolonial inilah yang menandai banyak orang Maluku pindah ke Belanda. Kala itu, sekitar 12.500 orang Maluku hijrah ke Belanda. Dari jumlah itu, sekitar 4.000 orang adalah mantan Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau Koninklijk Nederlands Indische Leger atau disingkat KNIL.
Sebanyak 4.000 orang mantan pasukan KNIL itu juga didampingi oleh sekitar 8.500 orang anggota keluarganya. Pada tanggal 21 Maret 1951, kapal pertama yang membawa orang Maluku tiba di Belanda.
Sekitar 12.500 orang prajurit KNIL asal Maluku & keluarganya dipindahkan ke Belanda, 1951. pic.twitter.com/EP6d7rUkbU
— Video Sejarah (@VideoSejarah) September 21, 2016
Alasan Pasukan KNIL Banyak Bermigrasi ke Belanda
Dilatarbelakangi alasan politik yang timbul akibat proses dekolonisasi, keputusan pindah ke Belanda ini bukan keputusan yang gampang dibuat. Siapa pula yang mau meninggalkan tanah kelahirannya?
Namun, sulit untuk menolak kenyataan bahwa KNIL merupakan pasukan yang pernah menjadi ujung tombak Belanda, terutama saat menjajah beberapa wilayah, termasuk Nusantara. Karena hal itulah eks pasukan KNIL mau tidak mau harus bermigrasi ke Belanda.
Di lain sisi, setelah berakhirnya Perang Dunia II, Belanda hanya mau menerima dua kelompok imigran, yaitu dari Hindia Barat dan Hindia Timur. Yang dimaksud Hindia Timur adalah Hindia Belanda. Ia termasuk orang Indo-Belanda dan orang Maluku yang pernah menjadi tentara KNIL.
Orang-orang Maluku dan Belanda dari Militaire Luchvaart KNIL (Penerbangan Militer), Bandung 1947. pic.twitter.com/ZsyN9JRHJT
— 𝕮𝖊𝖗𝖎𝖙𝖆𝕯𝖚𝖓𝖎𝖆 (@HistoriDunia2) October 23, 2023
Sementara Hindia Barat berarti orang-orang yang berasal dari wilayah seperti Karibia, Suriname, hingga Antillen Belanda. Jika ada yang bertanya, kenapa ada pasukan KNIL berasal dari pribumi, dalam konteks ini adalah Maluku? Itu karena dalam mencari anggotanya, KNIL memakai sistem perekrutan.
Masalahnya, tidak banyak orang Eropa yang bergabung menjadi tentara KNIL. Sementara di sisi lain, justru banyak orang pribumi yang bersedia gabung. KNIL diresmikan pada 1830. Kerajaan Hindia-Belanda mendirikannya untuk memperluas cakupan jajahan.
KNIL lalu bubar pada tahun 1950 seiring kalahnya Belanda di Perang Dunia II. Banyak tokoh-tokoh militer Indonesia dulunya pernah menjadi tentara KNIL. Dua di antaranya yang paling terkenal adalah Soeharto dan Abdul Haris Nasution.
Ketegangan Politik
Imigrasi orang Maluku ke Belanda tidak hanya didorong karena kekalahan Belanda di Perang Dunia II, namun juga situasi politik yang memanas pada saat itu. Perlu dicatat, Indonesia memang memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, tapi rakyat Indonesia baru benar-benar berhenti berperang melawan Belanda pada tahun 1949 lewat sejumlah perjanjian damai.
Beberapa bulan setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, aksi separatisme menyeruak. Tahun 1950 terjadi pemberontakan Republik Maluku Selatan. Semula Maluku sendiri merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Pasca pengakuan kedaulatan dari Belanda, niatnya negara-negara bagian itu akan dilebur menjadi negara kesatuan.
2. Pada bulan Juli 1950, timbul pemberontakan di Maluku oleh RMS (Republik Maluku Selatan). pic.twitter.com/OkugCTdni4
— Partai Gerindra (@Gerindra) April 16, 2015
Kebimbangan muncul. Perbedaan pendapat pun mengemuka. Ada yang pro-Belanda, pro-Indonesia, dan pro-Maluku. Sejak diproklamasikan Republik Maluku Selatan (RMS) tahun 1950, orang-orang Maluku saat itu menganggap tanah air mereka adalah RMS. RMS yang terbentuk atas desakan eks tentara KNIL dianggap sebagai pemberontakan besar terhadap Republik Indonesia.
Tentara KNIL harusnya melebur menjadi tentara Indonesia. Namun, para eks KNIL ini justru menjadi pion utama bagi gerakan RMS. Tentara Indonesia pun akhirnya memburu mereka. Ambon hingga Seram dikepung. Peperangan saudara pun tak terhindarkan. Sementara tentara KNIL di Jawa dan Sumatera dievakuasi ke Belanda demi menghindari persekusi.
Dalam ketegangan politik itu, Belanda ikut campur mencari jalan keluar untuk kemerdekaan Maluku dari Indonesia. Ketika proses itu, para bekas tentara KNIL beserta keluarganya dievakuasi ke Belanda.
Mereka ditempatkan di kamp konsentrasi Nazi di Westerbork, Vught, dan tempat lain di pedesaan Belanda. Tatkala ketegangan politik mereda, Belanda ingin memulangkan orang-orang Maluku. Namun, banyak dari mereka justru memilih menetap di Belanda sampai akhirnya malah beranak-cucu di sana.
24 april 1945: Vanaf deze dag fungeerde kamp Westerbork als een interneringskamp voor NSB’ers, SS’ers en andere personen, die van collaboratie met de nazi’s werden verdacht. #OnThisDay pic.twitter.com/s5y3EfdKhA
— Kamp Westerbork (@kampwesterbork) April 24, 2018
Banyak Pemain Belanda Berdarah Maluku
Maka, tak mengherankan kalau banyak pula pesepakbola Belanda yang berdarah Maluku. Di tengah gencarnya pencarian pemain keturunan, Belanda menjadi salah satu destinasi favorit. Karena di sana banyak sekali pemain yang berdarah Indonesia. Selain itu, juga ternyata tak sedikit yang bergaris keturunan Maluku.
Ragnar Oratmangoen bahkan jelas-jelas bermarga Maluku. Shayne Pattynama juga demikian. Sebelum Ragnar dan Shayne, ada Stefano Jantje Lilipaly yang juga memiliki garis keturunan Maluku. Selain dua nama itu, sebenarnya tak sedikit pula pesepakbola di Belanda, memperkuat De Oranje, dan bahkan menjadi legenda memiliki darah Maluku.
Sebutlah misalnya Roy Makaay yang berdarah Maluku dari sang ibu. Ia sama seperti pemain yang pernah menyepak perut Xabi Alonso, Nigel De Jong. Darah Maluku juga mengalir dalam diri mantan pemain Barcelona, Giovanni Van Bronckhorst.
Belum lama ini, para fans Ajax mengucapkan “Terima Kasih” pada legenda mereka yang juga keturunan Maluku, Simon Tahamata. Pemain muda yang kini menjadi pilar Timnas Belanda, Tijjani Reijnders juga berdarah Maluku.
“OOM SIMON TERIMA KASIH”
Suporter Ajax Amsterdam membentangkan ucapan terima kasih kepada Simon Tahamata, eks pemain Ajax keturunan Maluku. pic.twitter.com/uAOrjImFl8
— PanditFootball.com (@panditfootball) March 3, 2024
Nasib Orang Maluku di Belanda
Sayangnya, penderitaan orang Maluku di Belanda tidak berhenti setelah mereka pindah ke Belanda dan menghindari konflik politik. Orang Maluku yang pindah ke Belanda juga menghadapi situasi sulit, seperti cuaca. Mereka harus beradaptasi dari iklim tropis ke cuaca dingin yang biasa dirasakan orang Eropa.
Saat pertama kali bermigrasi ke Belanda, orang-orang Maluku ini menghadapi kenyataan banyak bahwa anak-anak mereka banyak yang meninggal. Mereka juga tak mendapat belas kasih dari Belanda. Ditambah merebaknya wabah disentri. Generasi pertama hidup dalam kenestapaan dan hanya mengandalkan uang saku.
Namun, setelah generasi kedua dan ketiga mampu menemukan profesi dan kemampuan akademik, para eks KNIL asal Maluku ini mulai mengurangi jumlah pengangguran. Mereka tidak lagi mengidentifikasi diri sebagai eksil atau pemberontak. Tapi sebaliknya, mereka justru bisa memberi sesuatu kepada Belanda.
On this day in 2010, this strike from Gio van Bronckhorst in the semifinal of the World Cup 🚀
(🎥: @FIFAWorldCup)pic.twitter.com/cczd1fEedT
— B/R Football (@brfootball) July 6, 2021
Melahirkan pesepakbola hebat salah satunya. Pemain seperti Van Bronckhorst bahkan jadi bintang Timnas Belanda di Piala Dunia 2010. Hidup di negara yang benar-benar menyeriusi sepak bola dari akar rumput, membuat para keturunan Maluku yang tinggal di sana memperoleh ilmu sepak bola yang jauh lebih baik.
Tapi mirisnya masih sering lahir tendensi negatif kepada para keturunan Maluku di Belanda. Mereka acap kali dianggap kurang memiliki jiwa nasionalisme. Padahal nasionalisme tidak seperti perhiasan yang dipamerkan dengan terus mengucap “Masya Allah, Tabarakallah”. Ia lebih jauh dari itu membutuhkan sebuah pembuktian.
Sumber: NationalGeographic, Kumparan, MinorityRights, BBC, Historia, Tempo